Renungan Harian: Engkau adalah Petrus, dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku

143

Renungan Harian, Minggu 29 Juni 2025
Hari Raya Santo Petrus dan Paulus
Bacaan Injil: Matius 16:13-19

“Engkau adalah Petrus, dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku.” (Mat 16:18)

Hari ini Gereja merayakan dua sosok yabg sangat berpengaruh dalam sejarah kekristenan: Santo Petrus dan Santo Paulus. Mereka disebut sebagai sokoguru Gereja, karena dari tangan dan perjuangan mereka, dasar pewartaan Injil ditegakkan dan diperluas ke seluruh dunia. Dua pribadi yang sangat berbeda latar belakang, namun disatukan oleh satu hal: pengalaman pribadi akan Kristus yang mengubah seluruh arah hidup mereka.

Petrus: Batu Karang yang Pernah Rapuh

Petrus, yang awalnya bernama Simon, adalah nelayan Galilea yang sederhana. Ia bukan orang terpelajar, bukan pula seorang tokoh agama, tetapi Yesus melihat sesuatu yang besar dalam dirinya—iman yang jujur dan hati yang terbuka. Maka, kepada Petrus Yesus berkata, “Engkau adalah Petrus, dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku.”

Namun kita tahu, batu karang itu pernah goyah. Petrus menyangkal Yesus tiga kali. Ia jatuh. Tetapi justru dalam kejatuhan dan pertobatannya, Petrus dimurnikan menjadi gembala yang rendah hati. Kristus tetap mempercayakan kunci Kerajaan Surga kepadanya, karena kasih dan kesetiaannya tumbuh dari pengalaman akan belas kasih Allah. Petrus mengajarkan kita bahwa kepemimpinan rohani bukan tentang kesempurnaan, tetapi tentang kesetiaan dan kesediaan untuk bangkit kembali dalam rahmat Tuhan.

Paulus: Pendosa yang Diubah Menjadi Rasul

Sementara Paulus memulai perjalanannya bukan sebagai murid Kristus, melainkan sebagai penganiaya umat Kristiani. Ia seorang Farisi terpelajar, keras dan fanatik. Namun dalam perjalanan menuju Damsyik, Allah menghentikannya secara dramatis. Saulus yang lama menjadi Paulus yang baru—dari pemburu murid Kristus menjadi pewarta Kristus yang gigih dan militan. Ia mewartakan Injil ke seluruh penjuru kekaisaran Romawi, menulis surat-surat yang menjadi bagian penting dalam Perjanjian Baru, dan akhirnya menyerahkan nyawanya sebagai martir di Roma.

Paulus adalah simbol pertobatan sejati. Ia mengajarkan kita bahwa tidak ada masa lalu yang terlalu kelam untuk diubah oleh kasih karunia Allah.

Iman yang Militan dan Saksi yang Setia

Kedua Rasul besar ini tidak hanya beriman, mereka hidup dari iman itu. Mereka berani mengorbankan kenyamanan, reputasi, bahkan nyawa demi Injil. Mereka tidak hanya percaya, tetapi menjadi saksi yang hidup dan rela mati untuk Kristus.

Di tengah zaman yang menuntut kompromi iman, kita diajak belajar dari Petrus dan Paulus: untuk teguh, berani, dan setia. Mungkin kita seperti Petrus yang pernah gagal dan rapuh, atau seperti Paulus yang dulu melawan kebenaran. Tapi Tuhan tidak melihat masa lalu kita. Ia melihat kemungkinan di masa depan jika kita mau menyerahkan hidup kepada-Nya.

Tuhan Yesus, berikanlah kami semangat Santo Petrus yang rendah hati dan kepemimpinannya yang setia. Tanamkan dalam hati kami keberanian dan semangat misioner Santo Paulus. Semoga kami pun menjadi batu karang kecil di tempat kami, dan menjadi pewarta kasih-Mu di dunia yang haus akan terang. Amin.

Tuhan memberkati dan Ave Maria!