Renungan Harian: Hati Tersuci Santa Perawan Maria

114

Renungan Harian, Sabtu, 28 Juni 2025
Peringatan Wajib Hati Tersuci Santa Perawan Maria
Bacaan Injil: Lukas 2:41–51

Kemarin, kita merayakan Hari Raya Hati Yesus yang Mahakudus, sebuah perayaan yang menyoroti cinta Allah yang tak terbatas dan kerelaan-Nya untuk menebus dunia. Hari ini, Gereja mengajak kita menatap hati yang paling dekat dengan Hati Yesus—Hati Tersuci Santa Perawan Maria. Sebuah hati yang penuh rahmat, lembut, hening, dan setia, yang tak henti-hentinya memuliakan Tuhan dalam suka maupun duka.

Dalam Injil hari ini, kita melihat Maria sebagai ibu yang begitu peduli dan bertanggung jawab. Bersama Yosef, ia menjalankan kewajiban religius sebagai keluarga Yahudi: berziarah ke Yerusalem setiap tahun untuk merayakan Paskah. Namun dalam perjalanan pulang, mereka menyadari bahwa Yesus, yang saat itu berusia dua belas tahun, tidak ada bersama mereka. Kecemasan yang wajar dirasakan orang tua mana pun, namun Maria tidak panik, ia bertindak—kembali ke Yerusalem, mencari, dan menemukan Yesus di Bait Allah.

Saat menemukan Yesus, Maria menegurnya dengan penuh kasih, dan Yesus menjawab dengan jawaban yang mengejutkan: “Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?” (Luk 2:49). Sebuah pernyataan yang tidak langsung dapat dimengerti. Namun, Injil mencatat, Maria menyimpan semuanya itu di dalam hatinya (Luk 2:51).

Mari sejenak kita merenungkan Hati Maria:

Pertama, Hati yang bersyukur dan bersukacita dalam Tuhan. Maria senantiasa memuliakan Allah dalam hidupnya. Dalam Magnificat, ia memuji Allah karena kasih dan keadilan-Nya. Dalam peristiwa pencarian Yesus pun, ia tetap menunjukkan pengendalian diri, ketenangan, dan tidak kehilangan iman.

Kedua, hati yang terbuka dan mendengarkan. Jawaban Yesus tidak mudah dipahami, tetapi Maria tidak membantah atau marah. Ia justru memilih jalan sunyi: menyimpan semuanya itu dalam hatinya. Ia membatinkan, merenungkan, dan mempercayakannya kepada Allah. Di sinilah tampak kebijaksanaan dan kesucian hatinya.

Ketiga, hati yang setia dan penuh kasih. Maria tidak pernah meninggalkan Yesus, baik dalam sukacita maupun dalam penderitaan. Ia hadir sejak kandungan hingga ke bawah salib. Kesetiaannya menjadi teladan bagi kita semua dalam mengikuti Kristus.

Meneladani Hati Maria:

Peringatan Hati Tersuci Maria mengajak kita untuk menata hati seperti dia:

Hati yang penuh syukur, bukan hanya ketika hidup berjalan baik, tetapi juga dalam kekhawatiran dan penderitaan.

Hati yang terbuka untuk merenung, bukan reaktif atau terburu-buru dalam menilai atau menghakimi.

Hati yang setia dan mencintai, bukan hanya kepada Allah, tapi juga kepada sesama, dalam pelayanan yang tulus.

Dalam dunia yang sering bising dan reaktif, kita diajak untuk menjadi seperti Maria: hening dalam permenungan, dalam dan kokoh dalam iman, serta setia dalam kasih. Kiranya melalui perayaan hari ini, kita dimampukan untuk memiliki hati yang bening dan terbuka bagi karya Allah seperti Hati Bunda Maria.

Santa Perawan Maria, Bunda yang berhati suci, doakanlah kami agar kami dapat belajar dari hatimu yang rendah hati, tenang, dan setia. Bimbinglah kami untuk menyimpan sabda Allah dalam hati kami dan melaksanakannya dengan kasih yang tulus. Ave Maria, penuh rahmat, Tuhan sertamu. Amin.

Tuhan memberkati dan Ave Maria!