Para Frater Harus Mencinta Orang Asli Papua dan Kepapuan

48
Para Frater cukup serius mendengarkan pembekalan dari Bapak Uskup

Ayawasi -Maybrat. Pembekalan para Frater TOP-er dan TOK-er pada hari ketiga diawali dengan perayaan Ekaristi dipimpin oleh Pater Fransiskus Katino. Perayaan diawali dengan doa Rosario dan dilanjutkan dengan Ekaristi Kudus peringatan wajib St. Thomas Aquinas.

Para Frater serius mendengarkan pembekalan dari Bapak Uskup

Dalam homilinya Pater Frans Katino mengajak untuk menimba semangat spiritualitas St. Thomas Aquinas dengan berusaha menumbuhkembangkan tiga kecerdasan yakni kecerdasan Intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual.

Pada hari ketiga ini, Uskup Manokwari-Sorong, Mgr. Hilarion Datus Lega, menekankan tentang kecintaan terhadap Papua.

Uskup menegaskan sebagai seorang calon imam di Tanah Paua, kita harus mencintai Papua dan kepapuan. Kita harus mencintai dan menghargai Orang Asli Papua. Kita harus menumbuhkan kecintaan kepada orang miskin dan segala dinamika kehidupannya.

Mencintai orang Papua berarti juga menyelami segala promblematika di Papua. Frater diajak untuk memiliki kepekaan terhadap segala bentuk problematika di tanah Papua ini.

Kecintaan kita terhadap Papua harus diwujudkan dengan mempelajari nilai-nilai kepapuan. Kita harus belajar untuk bertindak berdasarkan perspektif orang Papua. Artinya, para Frater harus masuk dan belajar perspektif orang-orang asli Papua.

“Jangan pernah kita memandang dan menghakimi berdasarkan perspektif kita sendiri,” kata Uskup.

Untuk menyelami problematika orang Papua harus memandang dari perspektif Orang Asli Papua.

“Mari kita pandai-pandai menakar banyak hal dengan cara takaran yang diberikan oleh Orang Asli Papua” kata Uskup.

Selanjutnya uskup menegaskan kepada Frater agar menggunakan pengalaman TOP dan TOK ini untuk memperkaya khasanah pengetahuan tentang Papua sebagai medan karya kita.

“Pengalaman-pengalaman yang tidak ada kelanjutannya, alias hajya sekali, jika tidak dimanfaatkan dengan baik hanya akan membangkitkan rasa penyesalan. Rasa penyesalan harus dibayar mahal.” Kata Uskup.

Mempelajari dan mendalami pengalaman – pengalaman Papua akan membantu kita untuk beranglangkah dalam ranah pastoral di Keuskupan Manokwari-sorong.

“Harus melihat pastoral seperti roda. Roda pastoral adalah karya besar Tuhan. Kita seperti satu skrup kecil. Tapi skrup kecil itu berfungsi dan penting. Maka peran kita, yang mungkin masih sangat kecil, itu menjadi kontribusi besar bagi roda pastoral.” Kata Uskup.

Para Frater kerjabakti membersihkan lokasi pastoran baru Paroki Ayawasi

Untuk itu, Uskup meminta agar para Frater memiliki fokus yang jelas dan membangun kerjasama dengan seluruh petugas Gereja dan umat.

“Harus bangun kerjasama dengan seluruh petugas Gereja dan pelayan-pelayan yang lain. Selalu melakukan kunjungan dan membangun kebersamaan dengan orang-orang Papua. Disana kita akan menemukan nilai-nilai yang sangat luhur dalam kehidupan mereka.” Tegas Uskup.

Menutup materi pembekalanya, Uskup sekali lagi menegaskan, “mari memanfaatkan kesempatan TOP dan TOK. Para Frater harus memetik sebanyak mungkin kekayaan orang Papua dan seluruh dinamikanya.”.

Sesudah menerima pembekalan dari Bapak uskup, para Frater langsung menuju ke lokasi pastoran baru untuk melakukan pembersihan.

Para Suster OSF mendukung kegiatan para Frater dengan menyajikan es cream yang menjadi pelepas dahaga mereka. (FK)