Tuhan tidak menciptakaan penderitaan sebab Ia bukan bagian dari hal yang fisik atau materi, penderitaan pun hanya terjadi dalam dunia fisik dan materi.
Ukuran kebahagiaan sesorang sebenarnya dapat diukur dengan kadar hormon oksitosin atau dopamine dalam tubuh, namun kebahagiaan sendiri menunjukan keadaan jiwa atau psikis seseorang. Jiwa itu tak dapat mati, karena jiwa berasal dari Tuhan dan Tuhan itu abadi maka jiwa pun abadi. Karena kebahagiaan di dunia ini tidak abadi, maka pastinya ada kebahagian yang abadi atau sejati pada kondisi tertentu, sebab sesuatu yang tidak sempurna yang menunjukkan kondisi tidak bahagia, mengandaikan bahwa ada kondisi yang sempurna dan bahagia.
Tentang Tuhan, Ia adalah sumber segala kebaikan dan kesempurnaan. Lalu mengapa Ia tidak menganugerahkan kebaikan dan kesempurnaan sementara manusia harus menderita dan sengsara untuk menggapainya. Penderitaan sebenarnya adalah produk dari manusia sendiri, dan kebahagiaan itu bukan hanya melulu soal materi tetapi keadaan batin. Tuhan tidak menciptakan penderitian karena Ia sendiri tidak termasuk dalam kategori ini. Manusialah yang menjadikan Tuhan sebagai pelampiasan atas ketidakberdayaannya dalam menghadapi kehidupan. Manusia telah dibekali pikiran dan kehendak agar ia bisa berkembang dan menjadi manusia yang unggul dalam hidup, oleh karena itu manusia adalah makhluk hidup yang paling berkembang jika dibandingkan dengan spesies lain di muka bumi.
Lalu mengapa penderitaan ini masih terus ada, selama darah masih mengalir dalam tubuh dan masih adanya kehidupan penderitaan itu tetap ada. Artinya bahwa penderitaan adalah bagian dari kehidupan itu sendiri, dan karena kebahagiaan itu bukan terkait materi maka kita tidak bisa menjumpainya dalam dunia materi, begitupun dengan Tuhan kita tidak menemukannya dalam dunia materi yang terbatas dalam ruang dan waktu. Dan tentang hal ini bagaimana bisa kita mencampur adukan keduanya yang adalah berbeda yang berarti tidak sama.
Oleh karena itu saya rasa, kita bisa sampai pada tesis bahwa penderitaan adalah bagian dari hidup, sedangkan kebahagiaan bukan melulu tentang materi melainkan keadaan batin, Tuhan tidak menciptakaan penderitaan sebab Ia bukan bagian dari hal yang fisik atau materi, penderitaan pun hanya terjadi dalam dunia fisik dan materi. Dan kita akan selalu melalui keduanya, sedangkan mengeluh bukanlah cara untuk membenarkan kehidupan yang seharusnya hanya berjalan mulus, sebab mengeluh adalah bentuk pengingkaran akan kehidupan di mana derita dan bahagia ibarat “dua sisi mata uang” yang harus ada sehingga ia tetap memiliki nilai.*