Renungan Harian: Seorang nabi tidak dihargai di tempat asalnya

65
ILUSTRASI

Renungan Harian, Senin, 24 Maret 2025

Bacaan I: 2Raj 5:1-15a
Mazmur Tanggapan: Mzm 42:2.3;43:3.4
Bait Pengantar Injil: Mzm 130:5.7
Bacaan Injil: Luk 4:24-30

“Seorang nabi tidak dihargai di tempat asalnya.”

Dalam perikop ini, Yesus berbicara di sinagoga di Nazaret, tempat asal-Nya sendiri. Namun, alih-alih diterima dengan sukacita, Dia justru ditolak oleh orang-orang yang paling mengenal-Nya sejak kecil. Mereka merasa ²² percaya bahwa seseorang yang mereka anggap “biasa” bisa memiliki kuasa dan hikmat ilahi.

Yesus mengingatkan mereka bahwa dalam sejarah, para nabi pun sering kali tidak dihargai oleh bangsanya sendiri. Ia menyebut kisah Elia dan Elisa, yang melakukan mukjizat justru kepada orang asing—bukan kepada umat Israel sendiri. Ucapan ini membuat orang-orang marah, bahkan hendak membunuh-Nya.

Sering kali kita juga bersikap seperti orang Nazaret. Kita mudah meremehkan karya Tuhan yang hadir melalui orang-orang terdekat kita—keluarga, teman, atau bahkan diri kita sendiri. Kita berpikir bahwa Tuhan hanya bekerja melalui “orang besar” atau “tokoh penting”, padahal Tuhan sering hadir dalam hal-hal yang sederhana dan biasa.

Kita juga diingatkan untuk tidak menutup hati karena prasangka atau kebiasaan lama. Ketika hati kita tertutup oleh rasa tahu segalanya, kita bisa melewatkan kehadiran Allah yang ingin menjamah hidup kita dengan cara yang baru dan tak terduga.

Marilah kita berefleksi sejenak, Apakah aku sungguh membuka hati terhadap sabda Tuhan, bahkan jika disampaikan oleh orang yang sederhana? Apakah aku pernah menolak kebenaran karena terlalu sibuk menilai siapa yang menyampaikannya? Apakah aku bersedia membiarkan Tuhan bekerja dengan cara-Nya, bukan dengan harapanku sendiri?

Doa: Tuhan Yesus, bukalah hatiku agar mampu menerima kebenaran-Mu dengan rendah hati. Ajarku untuk tidak menutup diri hanya karena aku merasa sudah mengenal segalanya. Berilah aku iman yang terbuka dan hati yang siap untuk diubah oleh Sabda-Mu. Amin.