Jalan Salib Tematis: Melangkah Bersama Kristus, Merenung Bersama Umat Paroki Santo Petrus Remu

73
Ibdah Jalan Salib Tematis di Paroki St. Petrus Remu, Sorong

KOMSOSKMS.ORG, SORONG – Umat Katolik dari dua paroki besar di Kota Sorong, yakni Paroki Santo Petrus Remu dan Gereja Santo Wensenslaus, bersatu dalam suasana penuh khidmat mengikuti ibadah Jalan Salib Tematis menjelang Pekan Suci (11/4/2025). Dengan semangat devosional yang tinggi, kegiatan ini menjadi momentum yang tak hanya memperdalam makna penderitaan Kristus, tetapi juga mempererat persaudaraan umat beriman.

Jalan Salib Tematis berlangsung Khidmat di dalam Gereja Paroki St. Petrus Remu

Ibadah Jalan Salib Tematis ini menampilkan pendekatan liturgis yang berbeda dari biasanya. Setiap perhentian Jalan Salib tidak hanya diisi dengan doa dan renungan, tetapi juga disemarakkan dengan lagu-lagu rohani yang berbeda pada tiap stasi, termasuk beberapa nyanyian dari kelompok ovos yang memberikan nuansa musikal yang menyentuh dan meditatif. Lagu-lagu yang dibawakan dirancang selaras dengan suasana perhentian, memperkuat refleksi umat akan penderitaan Yesus. Tak hanya musik, puisi bertema sengsara Kristus pun disisipkan dalam beberapa bagian, menciptakan pengalaman doa yang lebih puitis, emosional, dan mendalam.

Acara ini melibatkan partisipasi aktif umat dari dua komunitas paroki besar. Perayaan ini juga didukung oleh kelompok koor gabungan, petugas liturgi lintas lingkungan, serta anak-anak dan remaja Katolik yang turut menjadi petugas pembaca renungan serta pembawa salib di tiap perhentian.

Umat merasakan nuansa yang berbeda pada Jalan Salib Tematis ini

Ibadah Jalan Salib ini dipimpin oleh Pastor Yoseph Ola Sabhe, SVD, yang juga menyampaikan homili penuh refleksi teologis. Dalam khotbahnya, beliau menyinggung relevansi kisah Nabi Yeremia dalam konteks kehidupan umat masa kini.

Kegiatan ini dilangsungkan di halaman utama Gereja Paroki Santo Petrus Remu, Sorong, pada Jumat, 11 April 2025, pukul 17.30 WIT. Pemilihan waktu senja hingga malam hari memberikan efek visual dan atmosfer yang mendukung kontemplasi umat, mengingatkan mereka pada suasana getir di Bukit Golgota.

Selain sebagai bagian dari tradisi liturgis menjelang Paskah, Jalan Salib Tematis tahun ini menjadi sarana reflektif yang membawa pesan mendalam tentang keberanian menyuarakan kebenaran, seperti yang diteladankan oleh Yesus dan Nabi Yeremia. Dengan mengangkat tema kejujuran, keteguhan iman, serta pertobatan ekologis, kegiatan ini memperluas makna Jalan Salib sebagai bentuk pertobatan menyeluruh—baik secara spiritual, sosial, maupun ekologis.

Dalam homilinya, pastor menyampaikan pesan yang tajam dan menyentuh:

“Mengapa kita takut kalau kita benar? Mengapa kita cemas, khawatir, jangan-jangan saya dihabisi? Yeremia adalah contoh nyata bahwa menyuarakan kebenaran bisa membuat kita ditolak. Tapi justru karena itu kita diutus: untuk menunjukkan pekerjaan Allah,” ucap pastor.

Beliau mengangkat kisah bagaimana Yesus menghadapi fitnah dan penolakan, serta menantang orang-orang yang menuduh-Nya:

“Mengapa engkau mau melempari Aku dengan batu? Apa salah-Ku? Buktikanlah kesalahan-Ku,” seru pastor, menirukan tantangan Yesus kepada orang Farisi dan Saduki.

Pastor Paroki bersama para petugas Jalan Salib Tematis

Pesan yang disampaikan menekankan pentingnya keberanian untuk hidup dalam kebenaran, walaupun bisa mengakibatkan kehilangan hubungan atau bahkan penderitaan. Dengan mengacu pada Yeremia, umat diajak untuk meneladani keberanian dalam menghadapi ketidakadilan dan menyuarakan kebenaran Tuhan.

Pastor juga menyampaikan seruan untuk pertobatan ekologis, mengingatkan umat bahwa sebagai pengikut Kristus, mereka juga diutus untuk menjaga bumi, merawat ciptaan, dan membela kehidupan dari kerusakan yang ditimbulkan oleh keserakahan manusia.

Suasana berlangsung sangat khusyuk. Penerangan obor di sepanjang jalur Jalan Salib, ditambah dengan puisi dan musik yang disajikan di tiap perhentian, menciptakan atmosfer sakral yang mendalam. Umat tampak larut dalam doa, banyak yang menitikkan air mata, menunjukkan kedalaman pengalaman rohani yang mereka rasakan.

Beberapa umat menyampaikan kesan positif usai kegiatan. “Ini bukan sekadar Jalan Salib biasa. Kami benar-benar dibawa masuk ke dalam suasana penderitaan Yesus. Musik dan puisi sangat menyentuh. Saya merasa seperti sedang berjalan bersama Yesus,” ujar salah satu umat.

Jalan Salib Tematis di Paroki Santo Petrus Remu tahun ini tidak hanya menjadi bagian dari ritual liturgi menjelang Paskah, tetapi juga menjadi pengalaman rohani yang membekas. Dengan menggabungkan seni, doa, dan refleksi teologis, umat diajak untuk hidup lebih berani dalam kebenaran, setia pada kehendak Tuhan, dan bertanggung jawab menjaga bumi sebagai bagian dari panggilan iman.

Kegiatan ini menjadi pengingat bahwa penderitaan Yesus bukan hanya peristiwa sejarah, melainkan pesan abadi bagi umat manusia untuk tetap setia, berani, dan berharap di tengah dunia yang penuh tantangan.

Kontributor: Debiana Soga (Komsos St. Petrus Remu Sorong)