AMBIGUITAS PERAN DAN FUNGSI TRITUNGGAL DALAM KEHIDUPAN

182
AMBIGUITAS PERAN DAN FUNGSI TRITUNGGAL DALAM KEHIDUPAN

Yosep A. Moa Lusi, OSA
(Mahasiswa Pasca Sarjana semester II, di STFT Fajar Timur-Abepura) 

Pendahuluan

    Gereja Katolik kaya akan misteri. Mulai dari misteri Maria mengandung dari Roh Kudus, Yesus yang lahir dari seorang perawan yang bernama Maria dan tetap menjadi perawan, kehidupan Yesus dengan banyak mukjizat dan tanda, wafat-Nya di kayu salib demi menebus dosa umat manusia hingga kebangkitan-Nya. Tak hanya sampai di situ, misteri dalam Gereja Katolik lainnya ialah menyangkut “satu Allah, tiga Pribadi.” Tentang Tritunggal. Allah Bapa, Allah Putra dan Allah Roh Kudus. Allah dalam Bapa, dalam Putra dan dalam Roh Kudus. Bagaimana Allah memberikan Diri kepada manusia, dalam Yesus Kristus?

    Semua umat beriman Kristiani tahu sebutan “satu Allah, tiga Pribadi”, namun tak banyak yang tahu tentang fungsi dan peran dari masing-masing pribadi dalam kehidupan umat manusia khususnya umat beriman Kristiani. Sama halnya dengan penulis. Penulis sendiri pun tak tahu-menahu bahkan kebingungan tentang peran dan fungsi dari masing-masing pribadi dalam “satu Allah, tiga Pribadi.” Penulis mengalami kebingungan soal peran dan fungsi dari masing-masing pribadi dalam kehidupan umat manusia. Hal ini menjadi semakin sulit jikalau harus berhadapan dengan orang-orang yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan bahkan amat tinggi tentang “satu Allah, tiga Pribadi”. Mereka akan senantiasa berusaha untuk bertanya demi mendapat jawaban yang memuaskan, dan penulis akan dan tetap senantiasa mengalami kebingungan dalam mencari argument yang tepat demi memuaskan kegelisahan mereka. Untuk itu, melalui tulisan ini penulis akan berusaha untuk menguraikan tentang peran dan fungsi Tritunggal dalam kehidupan umat beriman Kristiani. 

Ambiguitas Peran Dan Fungsi Tritunggal Dalam Kehidupan

    Hal pertama yang perlu diketahui ialah bahwa Allah Tritunggal merupakan rangkuman dan kesimpulan dari seluruh sejarah pewahyuan Allah dalam diri Yesus Kristus dan tanggapan iman dari manusia atas pewahyuan Allah dalam Diri Yesus Kristus.  Allah yang menjadi manusia dalam Diri Yesus Kristus dan bersama Roh Kudus mencurahkan kasih-Nya bagi kita (Rm. 5:5). Allah menggunakan manusia untuk menunjukan bukti nyata cinta kasih-Nya bagi manusia. Allah, sebagai “sesuatu” yang tak-kelihatan menggunakan manusia yang kelihatan dalam Diri Yesus Kristus. Sebab dalam diri Yesus, manusia dapat melihat Allah yang tak-kelihatan. Manusia dapat melihat Allah dalam perkataan dan perbuatan Yesus yang senantiasa selaras.

    Allah menjadi nyata dalam Yesus dan oleh Roh Kudus senantiasa berkarya dalam kehidupan manusia. Karya dari Yesus dan Roh Kudus merupakan karya Allah, karena Allah ada di dalam-Nya. Karya yang dikerjakan oleh Yesus dan oleh Roh Kudus ialah karya keselamatan. Sebab karya-Nya merupakan penampakan dari kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya (Rm. 1:20). Dengan karya dan kekuatan yang demikian kekal, apakah Bapa, Putra dan Roh Kudus memiliki peranan dan fungsi masing-masing dalam karya yang senantiasa terlaksana ?

  • Kitab Suci dan tradisi Gereja

    Di dalam Kitab Suci khususnya Perjanjian Baru, tidak ada ajaran tentang Allah Tritunggal.  Sebab, Kitab Suci Perjanjian Baru lebih menyajikan tentang warta Kerajaan Allah melalui Yesus Kristus. Yesus lebih terkenal sesudah kebangkitan-Nya. Sebab dengan menampakan Diri (Mrk. 16:9; Luk. 24:34), maka para murid mengenal-Nya kembali. Setelah bangkit dan dikenal kembali oleh para murid, Yesus disebut sebagai Anak Allah (Rom. 1:4). Walaupun, Ia pernah disebut sebagai Anak (Allah) ketika dibaptis di sungai Yordan (Mrk. 1:9-11; Luk. 3:21-22).

    Antara Bapa, Anak dan Roh Kudus tidak dapat dipisahkan. Paulus mengajarkannya sendiri dalam setiap pembuka suratnya (Gal.1:1; 1Tes. 1:1; Flm. Ay. 3), Matius dalam perutusannya (Mat. 28:19) dan Markus dalam pembuka Injilnya (Mrk. 1:1). Yesus Kristus adalah Anak Allah dan merupakan gambar Allah (2Kor. 4:4). Melalui Yesus Kristus-lah Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya (2Kor 5:19). Yesus Kristus adalah Anak Allah (Mrk. 1:1) dan senantiasa penuh dengan Roh Kudus (Luk. 4:1). Roh Kudus yang berasal dari Allah yang menjadi tanda penghibur (Yoh. 14:26). Sehingga manusia senantiasa dihibur oleh Roh Kudus yang berasal dari Allah. Dengan begini, peran dan fungsi dari Bapa, Anak dan Roh Kudus tetap sama dan bersama. Tidak dapat dipisahkan, satu dari yang lain. Bapa, Anak dan Roh Kudus menjalankan fungsi dan peran yang sama. Jikalau dipisahkan, maka tidak dapat disebut sebagai Tritunggal.

    Kitab Suci juga merupakan salah satu tradisi, sebab berisikan tentang kisah Yesus dan pewartaan-Nya tentang Kerajaan Allah dalam waktu dan ruang bersama para rasul-Nya. Tradisi yang dibangun atas dasar para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru (Ef. 2:20). Kitab Suci merupakan tradisi dan Gereja menghormati itu. Sebab, dalam Kitab Suci Bapa yang ada di surga dengan cinta kasih menjumpai putera-Nya dan berwawancara dengan mereka (DV 21). Kitab Suci merupakan tradisi yang berisikan kehidupan dan kekuatan (Ibr. 4:12). Dengan kehidupan dan kekuatan yang dimiliki oleh Kitab Suci, kita mendapat warisan di antara semua orang kudus (Kis. 20:32). Kita merupakan alih waris, orang yang berhak menerima janji-janji Allah bersama-sama dengan Kristus (Rm. 8:17).

  • Bapa Gereja dan Teolog

    Tertullianus merupakan teolog yang membahas tentang Tritunggal dan sekaligus sebagai pencetus  istilah “Trinitas” yang dikenal umum seperti sekarang ini. Tertullianus berpegang teguh pada pemikirannya bahwa pada hakikat Allah yang esa dalam tiga pribadi yang berhubungan satu sama lain. Saling berhubungan dan tidak terpisah. Ketiga pribadi itu berbeda jikalau dalam derajat, bentuk, dan rupa dan tidak berbeda jikalau dalam kondisi, hakikat dan kuasa.  Kelemahan Tertullianus ialah pada hal derajat. Baginya derajat merupakan pembeda antara tiga pribadi.

    Dengan saling berhubungan dan tidak terpisah, peran dan fungsi Tritunggal pun sama. Tiga pribadi tetap sama dalam segala hal kecuali derajat, bentuk dan rupa. Sehingga peran dan fungsi dari Tritunggal dalam kehidupan selalu bersama. Memiliki peran dan fungsi yang sama dalam kehidupan.Walaupun ada orang yang berpendapat lain, bahwa Allah Bapa memiliki peran dan fungsi sebagai pencipta. Allah Putra sebagai penebus, yang terlaksana dalam diri Yesus Kristus. Dan Allah Roh Kudus sebagai bentuk pewahyuan, yang memampukan kita untuk melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak mampu untuk kita lakukan.

    Bagi Augustinus (354-430), Trinitas itu satu Allah dan tidak berhenti menjadi tunggal, karena Ia tritunggal. Bagi Augustinus, Bapa, Putra dan Roh Kudus semua-Nya aktif. Tidak ada keaktifan yang hanya melibatkan Bapa atau hanya Putra saja atau hanya Roh Kudus saja. Jikalau semuanya aktif, maka semuanya berperan dan berfungsi bersama-sama. Tidak hanya Bapa atau hanya Putra saja atau hanya Roh Kudus saja. Semuanya bersama tanpa pembagian ataupun pengkhususan. Karya-karya Allah Tritunggal dapat dipisahkan, jikalau hanya segi luar saja lain dari pada itu tidak dapat dipisah-pisahkan. Segi luar yang dimaksud ialah ad extra, ad creaturam.  Allah Tritunggal tidak dapat dipisahkan karena ketiga Pribadi ilahi selalu bekerja dalam harmoni.

Penutup

    Allah adalah sempurna dan itu kelemahan manusia. Manusia memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, namun tetap saja tidak bisa membatasi pengertian akan Allah menggunakan bahasa manusia. Jikalau manusia berhasil untuk mengetahui akan Allah, berarti itu bukan Allah. Sebab manusia tetap tidak akan mampu. Allah itu tak terselami, manusia tidak akan mungkin sampai kepada Allah jikalau tanpa kerendahan hati untuk mengakui kelemahan dan keterbatasan.

    Kerendahan hati untuk mencari Allah di dalam diri sendiri. Kerendahan hati untuk mendengarkan setiap bisikan Allah, yang sebenarnya tak pernah dianggap. Manusia berdosa. Manusia egois. Hanya mau berhasil dengan caranya sendiri. Manusia lupa mengandalkan Allah dalam setiap situasi. Semua teolog dan Bapa Gereja hanya berusaha untuk merumuskan dengan bahasa manusia mereka sendiri tentang Allah yang tak terbatas dalam ruang dan waktu. Mereka berusaha merumuskan agar mudah untuk dimengerti khalayak umum. Keberhasilan mereka dalam merumuskan bahasa tentang Allah, bukan berarti bahwa mereka mampu dan sudah bertemu Allah. Tidak. Manusia tetap tidak mampu. Semua usaha dapat berhasil jikalau tetap dalam Tuhan. Sebab, hidup ini senantiasa merupakan sebuah perjalanan menuju Allah. Cor Unum et Anima Una In Deum.

DAFTAR PUSTAKA
Abineno, J. L. Ch. Dr. Pokok-Pokok Penting dari Iman Kristen. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2001.
Dokumentasi dan Penerangan KWI. Dokumen Konsili Vatikan II. Jakarta: Obor, 2013.
Konferensi Waligereja Indonesia. Iman Katolik: Buku Informasi dan Referensi. Yogyakarta: Kanisius, 1996.
Syukur Dister OFM, Niko . Dr. Teologi Sistematika 1: Allah Penyelamat. Yogyakarta: Kanisius, 2004.
Walker, D. F. Dr. Konkordansi Alkitab. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2001.