Sang Misionaris Agustinian Sejati Itu Telah Pergi; Mengenang Sedikit Tentang RP. Anton Tromp, OSA

2238
Sang Misionaris Agustinian Sejati Itu Telah Pergi
RP. Anton Thromp, OSA. Bersama Para Seminaris dan Anggota Rumah Bina Keimuyun Tolentino di Aula Seminari Petrus van Diepen Pada Tahun 2007

Daniel W. Gobai, Pr

Catatan Awal

Selamat Jalan menuju Yerusalem Surgawi Pater Anton Tromp, OSA (Haarlem Belanda 20 Maret 1945-8 Mei 2023). Tulisan singkat ini, sekedar mengingat “sedikit” kisah dan pengalaman penulis bersama beliau. Kami hidup bersama hampir lima (5 tahun) lebih sedikit di kompleks Seminari Menengah Petrus van Diepen. Tulisan yang singkat ini, jelas sederhana, barangkali juga singkat. Penulis sesungguhnya takut pada bahaya mereduksi segala hidup dan karya P. Anton Tromp yang tersohor, terkenal luas dan luar biasa di seantero tanah Papua pada umumnya dan wilayah kepala burung pada khususnya. Untuk itu, penulis mencoba mengingat kembali tentu dalam suasana duka yang mendalam mengingat, almarhum adalah orang yang amat sangat berjasa bagi sejarah panggilan imamat penulis, sebab saya bisa menjadi imam alumni Seminari Petrus van Diepen juga karena banyak campur tangan mendiang terkasih RP. Anton Tromp, OSA.

Pater Tromp dan Pengorbanannya

Barangkali banyak orang di luar Papua, khususnya mareka yang belum pernah bertemu dengan dia, mungkin saja terbersit pertanyaan dibenak, apa saja jasa-saja dan pengorbanan Pater Anton Tromp OSA? Kami orang di Papua dan Orang Asli Papua sendiri, khusus umat Tuhan yang tersebar luas di wilayah kepala burung pater Tromp adalah, segalanya bagi mereka. Bukan hanya imam dan pendidik melainkan orangtua bagi banyak kalangan dari segala usia dan generasi.

Salah satu pengorbanan utama Pater Tromp OSA adalah, ia rela untuk meninggalkan negeri Belanda dan segala gemerlap kotanya. Bahkan, ia rela pula meninggalkan orangtuanya, saudara/inya. Juga rela berpisah dengan rekan-rekannya, gurunya, sahabat serta teman-teman bermain masa kecilnya. Ia rela dan berani berkorban. Berani untuk memulai hidup yang sama sekali baru baginya. Dia mau pergi ke negeri lain. Negeri yang kemudian, ia jadikan tanah air kedua, selama setengah abad lebih hidup sebagai imam di Papua hingga saudari maut menjemputnya kembali kepada Allah yang mengutus-Nya. Negeri baru tersebut adalah tanah misi Indonesia dengan fokus pelayanan di tanah Papua.

Ia dikirim sebagai misionaris Augustinian (OSA). Ia menjadi misionaris berarti ia sungguh dikhususkan oleh Allah untuk mewartakan kebaikan Allah bagi sesama saudara/inya di tanah misi-tanah Papua. Kebaikan demi kebaikan dengan setia ia tabur dari tahun ke tahun. Hal-hal tersebut tentu masih terus diingat oleh semua orang dari segala suku bangsa yang mengenalnya, karena itu Pater Tromp bagi mereka adalah “segalanya”.

Pater Tromp adalah seorang pastor bonus, seorang gembala yang baik. Ia terbuka, komunikatif tetapi juga ia seorang abdi Allah yang setia. Semua orang mengenal dia. Orang tua, orang muda; orang Papua dan orang non Papua ia rangkul, ia sapa, bahkan ia mengenal hingga silsilah keluarga yang dikenalnya. Inilah keutamaannya, inilah kelebihan dan kualitas sang sosiolog jebolan Filipina. Ia sungguh pastor bonus, hidupnya sungguh mencerminkan kasih kebapaan juga kasih keibuan Kristus.

Lagi, tidak sedikit orang yang mengenal dia. Telah sekian tahun, ia melayani bukan hanya di bidang karya pastoral tetapi juga karya pendidikan dan aneka bidang karya lainnya. Kecuali itu, sebagian besar tempat di Papua, ia kunjungi hingga ke pelosok-pelosok sambil berbuat baik. Dia memberi dan menghidupi teladan dan spiritualitas hidup Kristus yang juga berjalan keliling ke daerah-daerah sambil berbuat baik.

Tentu terlalu banyak hal kami mau menulis tentang beliau. Bahkan teladan serta kesaksian hidupnya amat sangat menginspirasi kami. Namun biarlah secuil kisah ini, sengaja kami sisipkan mengenang jasa dan dedikasinya bagi Gereja Keuskupan Manokwari-Sorong. Karena penulis sejatinya sadar, Pater Anton tromp OSA, bukanlah orang yang gemar untuk dipublikasi, melainkan ia gemar bergerak dan bekerja dalam diam. Dia militant dan bersemangat. Dia sedikit bersungut, dan banyak memberi teladan. Penulis sadar sepenuhnya bahwa, spiritualis kerendahan hati yang diwariskan bapa pendirinya Santo Augustinus dari Hippo (354-430) merupakan keutamaan dan harta rohani yang dihayati, dihidupi, dipraktekkan dalam seluruh sepak terjang karya pelayanannya di Papua. Atas dasar inilah, sepotong demi sepotong tulisan ini dirajut kembali, hanya bermaksud sebagai sebuah upaya mengenang dan mengembalikan segelintir memori indah bersama RP. Antonius Tromp OSA di Seminari Petrus van Diepen.

Rektor Pertama Seminari Petrus Van Diepen Sorong

Setelah dibangun dan diresmikan, bahkan sejak awal perintisan Seminari Petrus van Diepen Sorong (selanjutnya: SPvD) oleh Mgr. Hilarion Datus Lega (Uskup ketiga KMS, sejak 7 September 2003-sekarang), Bapa Uskup Sorong Mgr. H. Datus Lega mempercayakan RP. Anton Tromp OSA sebagai rektor SPvD Sorong yang pertama. Karya dan tugas ini bukanlah hal mudah atau enteng. Tugas pelayanan ini tidak pula mengenakkan sebab ia mesti bertanggungjawab penuh pada penyelenggaraan pendidikan dan pembinaan di SPvD di tahun-tahun awal berdirinya tempat persemaian calon imam ini. Namun, tugas dan kepercayaan itu ia terima sebagai anugerah dan berkat. Ia menjalankan dengan amat sangat bertanggungjawab dengan baik dan luar biasa.

Kerelaan dan kesediaan untuk menerima mandat dan kepercayaan pucuk pimpinan Keuskupan Manokwari-Sorong tersebut tentu memperlihatkan kesetiaan P. Anton Tromp kepada Allah dan Gereja-Nya juga tentu sebagai cerminan kesetiaan kepada persaudaraan Ordo Santo Augustinus (OSA) Christus Totus Papua-Indonesia.

Selama ia bertugas sebagai rektor SPvD, kami sering mengalami butir demi butir kebaikannya. Ia tidak membuat jarak/sekat antara kami. Ia merangkul kami, bahkan mengajak kami jalan-jalan keliling kota Sorong. Banyak anak seminari dibuatnya kerasan, nyaman dan merasa at home tinggal di seminari. Ia sungguh membawa kesejukkan dan kedamaian, kerukunan dan kenyamanan. Bahkan setiap minggu kedua dalam bulan, kami mengadakan rekreasi terpimpin di aula seminari, seminari menengah Petrus van Diepen. Dia kerja hinggal larut malam dan sibuk tapi dia hadir dan rekreasi bersama kami. Bahkan rekreasi dalam suasana acara Kental hiburan dan guyonan sekalipun ia setia duduk, mendengarkan dan menikmati cerita lucu ala Papua yang lazim dikenal dengan akronim MOB. Bahkan ia juga kreatif mengoceh perut para seminaris dengan membawakan dan menceritakan MOB. Ia sungguh pastor bonus, gembala baik bagi kami.

Dia setia hadir dengan tulus bagi kami. Pastoral kehadiran, atau keterlibatan Pater Tromp dalam seluruh dinamika hidup bersama di Seminari Petrus van Diepen patut diancungi jempol. Namun demikian, sekali lagi dia bukanlah orang dengan tipe gemar untuk dipopulerkan. Dia rektor namun dalam komunikasi harian, menyapa kami dengan sebutan “sobat”. Inilah kekuatan, inilah kasih dan cinta seorang pastor bonus kepada kami anak-anak kala itu.

Nilai plus lain dari Pater Anton Tromp OSA, tidak lain, tidak bukan adalah ia mengenal setiap seminaris. Bahkan Dia mengenal dengan baik orang tua mereka, termasuk mengetahui opa dan omanya. Sejatinya dialah abdi Allah yang setia mengejawantahkan sabda Allah, Sebab aku mengenal dan memanggil engkau dengan namamu (Bdk Yes 43:1b). Untuk itu, tidaklah berlebihan kemudian orang-orang sering menyebutnya sosiolog hidup, atau kamus hidup. Bagi para seminaris pun, Pater Tromp adalah segalanya bagi mereka. Dia mengenal kami termasuk dengan seluk beluk kami, daerah asal kami, dan segala ciri corak keunikan kearifan lokal masyakarat di mana ia kunjungi dan layani di hampir seantero tanah Papua. Ada salah satu pengalaman unik, tetapi juga sedikit jenaka penulis bersama Pater Tromp. Kami sengaja beri sub judul: “orang paniai tahu hitung uang di mana). Kisah ini bukan hinaan apalagi hendak mendiskreditkan keluhuran dan mertabat penulis yang kebetulan datang dari salah satu suku besar di Papua tetapi justru memperlihatkan betapa besar kedalaman cinta dan kasih, juga pengenalan dan keakraban kami orang papua dengan beliau.

ORANG PANIAI TAHU HITUNG UANG DI MANA

Satu hal yang tidak akan pernah penulis lupakan adalah, ketika penulis bertemu almarhum Pater Tromp di Manokwari tahun 2011 silam. Ketika itu, dia sudah berpindah merintis salah satu maha karya pendidikan Ordo Santo Agustinus di Susweni Manokwari. Cerita ini berawal, ketika penulis bersama dua orang rekan penulis yakni Oktovianus Arianto (kini: Pastor Octovianus Arianto dan bertugas sebagai guru SMA SPvD) dan Renold Alexander Laike (Kini: Diakon yang sebentar lagi bakal imam KMS). di tahun itu, kami bertiga mengikuti satu kegiatan Olimpiade Sains Nasional (OSN) tingkat Provinsi di Manokwari. Sehabis kegiatan kami diberi tahu oleh Romo Yan Vaenbes bahwa, Pater Tromp mau bertemu kalian. Dia sekarang ada di toko bangunan di Sanggeng, demikian Rm. Yan melanjutkan. Akhirnya, kami bergegas pergi menjumpai Pater Tromp. Beberapa menit kemudian, kamipun tiba di toko di mana Pater Tromp sedang berbelanja. Akhirnya, kami saling sapa, berangkulan dan berpelukan satu sama lain. Dialog pun terjadi. Seperti biasa, dia mulai menginterogasi dan tertanya kami satu per satu.

Pater Tromp: Ya… sobat-sobat selamat siang. Selamat bertemu. Sebenarnya, dalam rangka apa, anda ada di Manokwari ini?
Kami: Ikut olimpiade Sains, Pater!
Pater Tromp: “Ya… olimpiade itu apa, sobat? dan Kamu mengikuti mata pelajaran apa saja? (ia mulai masuk menyebut dan menyapa kami satu demi satu). Lalu Pater Tromp melanjutkan lagi.
Pater Tromp: Laike, kamu ikut olimpiade apa???
Alex Laike: Saya ikut Fisika Pater.
Pater Tromp. “Ya…..memang kamu itu memang pintar. Saya pikir itu susuai kemampuan dan kecerdasanmu. Apakah kamu masih juara-juara di SPvD”, tanyanya lebih lanjut.
Alex Laike: Menjawab sambil agak malu dan menunduk, “iya sering Pater”. Ya Sobat itu bagus. Luar biasa. Kamu hebat, sobat”. Kira-kira demikian, Pater mengakhiri sesi tanya jawab dengan diakon Alex Laike. Sekarang tiba giliran Vian Arianto (Pater Vian).
Pater Tromp: …”dan Kamu Arianto! Kamu mengikuti lomba mata pelajaran apa? tanya pater Tromp, dengan nada sedikit explorative-interogatif.
Vian Arianto: Saya, ikut lomba Kebumian pater?
Pater Tromp: Apa itu Kebumian…sobat?
Vian Arianto: Dengan raut sedikit pucat, ia menjelaskan, “pater..saya sebenarnya ikut mata pelajaran geografi tetapi ada juga materi materi tentang susunan tata surya..jadi saya ikut saja!. Demikain Vian menjelaskan kepada Pria kelahiran Belanda 1945 tersebut.
Pater Tromp: Ya…Sobat Arianto…(pater Tromp melanjutkan). Kamu dari Masni dan orang maumere Kan. Ya…Orang Maumere tahu tentang musim-musim dan itu baik. Mereka ada pengetahuan alam tentang itu dengan baik. Jadi baik juga kalau….kamu ikut mata pelajaran itu. Mantap ya sobat. sukses,” Demikian, Pater Tromp sambil tarik satu dua batang rokok untuk dinikmatinya siang itu. Dan kini tiba giliran saya. Saya nyaris kabur, keringat biji jagung. Juga takut lapis dengan rasa gugup. Akhirnya tibalah kini giliran saya.
Pater Tromp : Gobai… kamu ikut lomba pelajaran apa? (ia bertanya sambil kedua matanya melotot tajam kepada saya.
Saya: “iya Pater, saya ikut mata pelajaran Akuntasi, pater”.
Pater Tromp: Apa??? (ia bertanya dan rasa gugupku semakin kuat timbul dalam hati.)
Saya: Ikut Akuntansi, pater. Ya semacam menghitung Laba-Rugi, neraca pembayaran dll..ya kira-kira begitu pater.
Pater Tromp: (Pater Tromp sambil melotot tajam kepada saya berkata, “Sobat…Orang Paniai tahu hitung Megee di mana (Paniai: megee=Uang)., Orang Paniai hanya tahu habiskan uang, tanpa menghitung”. Itu ko harus tahu sobat”. Begitulah ia mengakhiri sesi tanya jawab. Akhirnya kami sama-sama tertawa.

Dengan Pater Tromp membuat guyonan seperti itu, suasana yang tadinya kaku, menjadi suasana penuh cerita dan penuh canda tawa. Kami kembali saling berpelukan, berbagi kisah dan saling meneguhkan. Perjumpaan singkat namun penuh makna. Dia tidak melupakan kami, tetapi mengingat kami. Dia tidak mengabaikan kami, melainkan peduli dengan kami.

Kemudian kami sadari bahwa diakhir dari pertemuan singkat kami, Pater Tromp membuat guyonan karena kami sungguh merasa berat menjawab pertanyaan Pater Tromp yang banyak kritis. Apalagi penulis, sungguh merasa berat untuk menjawab pertanyaan mantan rektor SPvD. Saya berpikir wahh..lebih berat menjawab pertanyaan mantan rektor SPvD ketimbang menjawab pertanyaan-pertanyaan lomba OSN kala itu. Demikianlah pengalaman penulis yang membekas. Kami akhirnya kembali, dan ia pun meneruskan urusannya membeli bahan-bahan bangunan untuk pembangunan asrama dan sekolah SMA Katolik Villanowa Manokwari.

Sekali lagi, bagi penulis, tidaklah berlebihan untuk menempatkan Pater Tromp sebagai sosok/figure sahabat yang baik. Walaupun kami lama berpisah sekalipun, ia merindukan dan menyapa serta masih mengenal kami baik. Itulah ciri khas dari Seorang Pastor Bonus RP. Anton Tromp OSA. Ia sederhana dan kesederhanaannya merupakan ciri khas imam Imam kelahiran Haarlem Belanda 20 Maret 1945.

Seorang Pekerja Keras

Pater Tromp sejatinya bukan hanya setia melayani Kristus, Gereja dan sakramen-sakramen-Nya. Dia seorang pekerja keras pula. Ia juga bertindak sebagai guru dan pendidik. Dalam riwayat karya dan pengabdiannya, dia mantan pimpinan OSA (Prior) tempo doeloe, namun ia sesungguhnya adalah penakluk alam Papua yang terkenal berat dan terisolir ini pula.

Selama di Seminari, ia juga rela bersentuhan dengan pekerjaan-pekerjaan yang kotor dan menjijikkan. Ia masuk lumpur dan kebun untuk bekerja, rela berpeluh keringat dan tidak takut kotor. Ia kerap menunda makan siang, ketika pekerjaan banyak perlu dibereskan. Dia sungguh merendahkan diri dan melayani. Ia bersuka cita melaksanakan tugas yang dipercayakan Kristus dan gereja-Nya melalui wakil-waliknya uskup dan pimpinan ordonya. Karena itu, dia kerja tanpa pamrih.

Pater Tromp memang bukanlah seorang yang menjaga wibawa dengan duduk manis memerintah bawahannya. Kualitas diri lain, dari Pria berkebangsaan Belanda ini adalah bertugas di hampir semua daerah pedalaman Keuskupan Manokwari-Sorong. Hutan-rimba, sungai dan rawa, yang terkenal berat dan jahat ditaklukannya. Ia bepergian dari satu kampung ke kampung lain dengan perahu, jalan kaki dan seterusnya.

Untuk itu, ketika kita dikejutkan dengan kematiannya pada hari ini 8 Mei 2023, semua orang berduka, semua orang merasa kehilangan seorang pastor bonus, seorang gembala yang baik dan ramah. Dia setia dan penuh kasih. Dia sungguh misionaris kasih Allah. Dia mengejawantahkan secara riil amanat perutusan Kristus kepada murid-murid-Nya, “Pergilah ke seluruh dunia dan wartakan injil. Dan baptislah mereka dalam Nama Bapa, Putra dan Roh Kudus. Dan ketahuilah, Aku menyertai kalian hingga akhir zaman (Bdk. Mat 28: 20)”.

Dengan berlandaskan amanat suci Kristus inilah, sebetulnya telah mengobarkan semangat pelayanan dedikasi, solidaritas dan jiwa sosial kemartiran dari seorang Pater Anton Tromp OSA untuk keluar masuk kota dan kampung-kampung, daerah-daerah pesisir dan lembah-lembah untuk mewartakan Injil Allah dan segala kebaikannya bagi alam dan orang Papua. Penulis sungguh percaya, bahwa namanya akan selalu abadi, akan selalu hidup, dan akan senantiasa menjadi buah bibir warisan berharga dari generasi ke negerasi.

Memilih Mati di Tanah Misi

Satu hal penting bagi penulis, sekaligus merupakan hal yang mengherankan penulis sebagai mantan anak didiknya adalah, mengapa dia tidak memilih menghabiskan masa-masa tuanya di Negeri Belanda? Hal itu bisa saja ia lakukan, namun toh pada akhirnya tidak dia melakukannya pula. Kecuali itu, mengapa pula, hanya sekedar berobat mengapa dia tidak meminta/memohon supaya dirawat di suatu rumah sakit yang baik dan nyaman dari segi fasilitas dan pelayanannya? Hal itupun dia tidak lakukan. Barangkali, inilah hal paling esensial dari hidupnya yang serba sederhana, tidak menuntut banyak, dan tak ingin merepotkan banyak pihak. Dia tahu bahwa semua dia lakukan dengan hati demi kemaslahatan orang banyak.

Pater Tromp OSA, memilih mati di tanah misi, bahkan rela dikuburkan di tanah air Indonesia. Dia tahu hidup dan mati ada di tangan Tuhan. Dia seyogianya sadar, bila hidup sepenuhnya milik Kristus, dan bahwa semuanya berawal dan berakhir di dalam Kristus. Hal menarik lain, ketika rayakan HUT imamat ke-50 pun, ia tidak tergiur sedikitpun untuk merayakan di Negeri Belanda dengan pesta pora. Rupanya dia sungguh meninggalkan negeri asalnya dengan sepenuh hati, dengan tulus dan iklas. Begitu pula dengan kecintaannya pada tanah misi, rupaya dia memilih dengan bebas dan bertanggungjawab untuk melayani dan mengabdi Gereja Katolik Indonesia pada umumnya dan Gereja Katolik Keuskupan Manokwari-Sorong Papua Barat pada khususnya dengan ketulusan dan keiklasan hati yang luar biasa. Hingga maut menjemputmu pada 8 Mei 2023, engkau telah menunjukkan kesetiaanmu, imam Allah terkasih RP. Anton Tromp OSA, sang misinonaris sejati, selamat jalan.

Anda memberi kami teladan untuk merangkul dan menyapa, memberi dan melayani tanpa pamrih. Biarpun ragamu secara fisik tak terlihat lagi, cerita dan celotehan-celotehanmu akan selalu hidup. Namamu abadi dalam sanubari orang Papua sebagai seorang yang telah berjasa mengantar banyak kaum muda Papua menjadi orang-orang hebat di tanah airnya sendiri. Selamat jalan Pater Tromp. Ampunilah kami, kasihanilah kami dan doakanlah kami dari surga baka, dan percayalah kami pun mendoakan dan mengampunimu.

Selamat berjumpa dengan Kristus gembala junjunganmu, imam agungmu, dan teladan kebajikanmu. Doakanlah kami agar kelak kita pun dapat berjumpa denganmu. Engkaulah gembala baik pastor bonus, misionaris augisitinian yang handal, militant, pekerja kerja, minim bersungut-sungut dan kerja tanpa pamrih demi kebaikan sesama dan demi kemuliaan dan kebesaran Allah di bumi ibu pertiwi. Selamat jalan saudara dan orangtua kami RIP. RP. Anton Tromp OSA.

Daniel W. Gobai Pr (imam diosesan KMS, bekerja di Jayapura).
Jayapura 8 Mei 2023