Misa Dalam Balutan Budaya Etnis Papua Mengagumkan

289
Misa Dalam Balutan Budaya Etnis Papua Mengagumkan
Uskup Keuskupan Manokwari-Sorong foto bersama sejumlah tokoh masyarakat dan tokoh pemerintah Papua seusai misa etnis Papua Kamis, (13/4/2023)

Sorong, komsoskms.org-Gereja Katedral Kristus Raja, Keuskupan Manokwari-Sorong pada Kamis 13 April 2023, Merayakan misa bersama umat Katolik etnis Papua yang berada pada wilayah TPW Aimas dan TPW Sorong. Misa etnis Papua tersebut juga dihadiri sejumlah umat katolik dari berbagai suku yang ada di TPW aimas dan TPW Sorong dalam balutan busana pakaian adat mereka masing-masing. Misa dipimpin langsung oleh Yang Mulia Mgr. Hilarion Datus Lega, didampingi oleh Diakon Iven Kocu dan sejumlah imam konselebran yang turut hadir pada kesempatan itu.

Tercatat umat yang hadir dalam perayaan akbar tersebut di antaranya; -Umat dari Stasi Santo Paulus Klamalu SP 1, -Paroki Santo Bernadus Aimas, -Paroki Santo Yohanes Pembaptis KM 14 Kota Sorong, -Paroki Arnoldus Janssen Malanu, -Paroki Santo Petrus Remu, -Paroki Emaus HBM, -Paroki Santa Maria Bintang laut Doom, dan Paroki Kristus Raja Katedral Sorong.

Ada pula beberapa tokoh masyarakat dan pemerintahan yang turut hadir pada perayaan agung ini diantaranya; Bpk. Gabriel Asem, S.E., M.si, PJ Bupati Kabupaten Maybrat, PLH Sekda Kabupaten Maybrat, Bupati Kabupaten Asmat, PJ Walikota Sorong yang diwakilkan oleh asisten bidang ekonomi, dan juga perwakilan pemerintah kabupaten Tambrauw.

Misa menjadi amat meriah dan mengagumkan oleh karena unsur budaya Papuanya amat terasa. Hal ini nampak dalam keseluruhan jalannya perayaan misa kudus, mulai dari rombongan Uskup dan Pastor diantar oleh tarian adat dari komunitas Kokvere Mare di Sorong, persembahan diantar dan diiringi tarian adat dari umat Stasi Santo Paulus Klamalu SP 1, lalu doa umat dari berbagai suku yang ada dengan bahasa mereka masing-masing, sehingga rangkaian demi rangkaian perayaan benar-benar menampilkan dengan jelas unsur budaya Papuanya.

Perayaan Etnis Papua ini memang sungguh-sungguh menampilkan nuansa kepapuaan dalam balutan budaya yang amat mengagumkan dan menggugah hati setiap umat yang turut hadir dalam misa tersebut. Demikian juga tercatat di sini beberapa penggalan sambutan dari tokoh masyarakat dan tokoh pemerintah yang turut hadir pada momen khusus ini:

Pertama: Bpk Gabriel Assem mengatakan bahwa “dengan hari kebangkitan Kristus kita umat katolik harus dekatkan diri dengan Gereja Katolik karena Gereja Katolik terbuka untuk menerima kita semua yang ingin mendekatkan diri dengan gereja, dan gereja ini ada untuk kita semua umat katolik”.

Kedua: Pastor moderator etnis katolik Papua, Pastor Izak bame, Pr berkata bahwa “dengan adanya misa etnis Papua ini mengikat kita kembali menjadi satu yaitu umat Katolik, menumbuhkan kembali agar tidak ada perbedaan, dan kita harus bangkit seperti Yesus yang bangkit. Berarti kita melakukan pekerjaan kita dengan sungguh-sungguh, bukan kerja asal-asalan itu tidak boleh. Kita kerja di tanah ini harus kerja dengan sungguh-sungguh”. Lanjut pastor Izaak, “unsur dan nilai-nilai budaya lokal Papua sudah saatnya diinkulturasikan dalam liturgi sehingga menjadi nafas dan warna dalam Liturgi Gereja”.

Ketiga: PJ Bupati Maybrat mengatakan; “dalam semangat kebangkitan Kristus maka, pada tahun ini mudah-mudahan aspal dari ibu kota Maybrat menuju distrik Mare, distrik lain yang belum diaspal semoga tahun ini diselesaikan karena itu tanggung jawab pemerintah, dan sudah bekerja maksimal untuk mengembalikan masyarakat di distrik Aifat Timur, Aifat Timur Tengah, Aifat Timur Jauh, Aifat Selatan kurang lebih 80% masyarakat sudah kembali beraktivitas seperti biasa.”

Keempat: Bupati Kabupaten Asmat menyampaikan bahwa; “kita bersyukur atas hari kebangkitan Kristus karena kita semua bangkit kembali, kita semua bisa dipertemukan di momentum ini dan kita semua harus bekerja sesuatu dengan hati seperti Yesus mengasihi kita umat manusia”.

Kelima: Uskup; Bapa Uskup menyampaikan bahwa “paskah bagi orang kristiani adalah kebangkitan Tuhan Yesus dari alam maut, di mana dia tidak akan mati lagi. Dengan demikian halnya orang yang percaya kepadanya juga akan mati dan bangkit bersama dia dan tidak mati lagi”. Uskup sambil ambil contoh Abraham dalam perjanjian lama dan Bunda Maria Pernjanjian Baru, kedua tokoh ini memberikan pelajaran yang amat mendasar dalam iman, kepercayaan pada Tuhan.

Abraham adalah orang yang taat terhadap janji tuhan yaitu selama 40 tahun untuk kembali ke tanah terjanji begitu pula Bunda Maria orang yang taat menerima kabar tentang Yesus melahirkan dan membesarkan Yesus sehingga memeluk Yesus diturunkan dari salib, umat kristiani harus mengikuti contoh dua tokoh itu.

Lanjut uskup, kunci dari predikat kekatolikan yaitu harus rela berkorban dengan mempertahankan kualitas iman secara bertanggung jawab dan gereja melihat budaya Papua harus masuk lewat program inkulturasi seperti lagu, tari, seni ukir, perhiasan dan anyaman.

Selanjutnya Usai misa ada acara ramah-tamah bersama, dimeriahkan oleh music Papua dengan nama BEND SINIFAGU. Luarbiasa meriahnya acara tersebut menghadirkan sukacita bersama Kristus yang bangkit.* (Herman Syufi, S.Pd.)