Renungan Harian, Jumat 18 April 2025
Jumat Agung
Salib sebagai Takhta Kemuliaan Kristus
Hari ini kita berdiri di kaki salib. Kita menyaksikan peristiwa yang mengguncang langit dan bumi—Tuhan yang kita imani, Yesus Kristus, tergantung tak berdaya di atas kayu salib. Namun, Injil Yohanes yang kita renungkan hari ini tidak menghadirkan salib sebagai simbol kekalahan atau kehinaan. Justru sebaliknya: salib adalah takhta kemuliaan, tempat Kristus memerintah dengan kasih.
Di dalam Injil Yohanes, sengsara Yesus bukan hanya penderitaan, melainkan penggenapan rencana keselamatan. Yesus tidak dipaksa wafat—Ia menyerahkan nyawa-Nya dengan penuh kesadaran:
“Tidak seorang pun mengambil nyawa-Ku dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri.” (Yoh 10:18)
Ketika Yesus berkata “Sudah selesai!” dan menyerahkan nyawa-Nya, itu bukan teriakan kegagalan. Itu adalah seruan kemenangan. Salib, yang bagi dunia adalah simbol kehinaan, oleh Yesus dijadikan altar kasih dan penggenapan karya penebusan.
Apa arti salib bagi kita?
Salib bukan sekadar kenangan akan penderitaan masa lalu, tetapi tanda kehadiran Allah dalam penderitaan manusia. Di tengah dunia yang penuh luka, salib mengingatkan kita bahwa Tuhan tidak jauh. Ia turut menderita bersama kita. Ia tidak tinggal di menara gading, tetapi turun ke dalam kegelapan hidup manusia—untuk meneranginya dengan kasih.
Salib juga mengajarkan kita tentang ketaatan dan kerendahan hati. Kristus taat sampai mati. Ia memilih jalan yang tidak populer: jalan pengorbanan. Di dunia yang sering mengagungkan kekuasaan dan kemenangan, Yesus menunjukkan bahwa kasih yang rela berkorbanlah yang membawa kehidupan sejati.
Hari ini kita merenungkan salib, bukan dengan rasa takut, tetapi dengan iman dan harapan. Sebab salib bukan akhir cerita. Di balik Jumat Agung, ada Minggu Paskah. Dan siapa yang berani memeluk salib bersama Kristus, akan mengalami kuasa kebangkitan.
Maka, mari kita bertanya pada diri sendiri: Apakah aku melihat salib sebagai beban, atau sebagai jalan kasih? Apakah aku hanya mau kemuliaan tanpa pengorbanan?
Yesus tidak hanya mengundang kita untuk memandang salib-Nya, tetapi juga memanggil kita untuk memikul salib kita masing-masing dan mengikuti-Nya. Karena di salib, kasih menjadi nyata, dan melalui salib, hidup kita ditebus.
Hari ini, mari kita menyembah salib dengan hati yang hancur dan penuh syukur. Karena di sanalah, kasih Allah menjelma paling sempurna.
Tuhan memberkati dan Ave Maria!