Renungan Harian: Setia Dalam Tantangan, Tulus Dalam Perutusan

116

Renungan Harian, Jumat, 11 Juli 2025
Peringatan Wajib Santo Benediktus, Abas
Bacaan Injil: Matius 10:16-23

“Setia Dalam Tantangan, Tulus Dalam Perutusan”

Menjadi orang baik dan hidup dalam kebenaran adalah sebuah panggilan luhur, namun tidak jarang menjadi jalan yang penuh duri. Kenyataannya, kebaikan sering kali justru memicu penolakan, bahkan dari mereka yang berada di lingkaran terdekat kita. Ini bukan hanya masalah zaman sekarang; Alkitab mencatat hal ini dengan sangat jelas.

Lihatlah Yusuf, putra Yakub. Ia dikenal sebagai pribadi yang tulus, setia, dan dikaruniai mimpi-mimpi dari Allah. Namun justru karena integritas dan panggilan ilahinya, Yusuf dianggap ancaman oleh saudara-saudaranya sendiri. Ia dikhianati, dibuang ke sumur, dan akhirnya dijual sebagai budak. Dari sanalah kisah penderitaannya dimulai. Tetapi justru melalui penderitaan itu, Allah memurnikan imannya dan mempersiapkan Yusuf menjadi penyelamat bagi keluarganya dan seluruh bangsa Mesir di masa kelaparan.

Yesus dalam Injil hari ini berkata tegas kepada para murid-Nya: “Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala…” (Mat 10:16)
Sebuah penggambaran yang kuat—bahwa menjadi murid Kristus bukan berarti hidup nyaman tanpa resiko, melainkan sebuah panggilan untuk bersaksi di tengah dunia yang kadang keras, tidak adil, dan penuh penolakan. Yesus tidak menutup-nutupi kenyataan itu. Ia justru mempersiapkan para murid agar mereka cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati—penuh hikmat, tetapi tetap murni hati.

Pesan Yesus kepada para murid-Nya adalah juga pesan bagi kita. Di tengah dunia yang penuh dengan tipu daya dan ketidakadilan, kita dipanggil untuk tetap berpegang pada kebenaran, tetap setia dan tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Kita ditantang untuk bertahan dalam tekanan, tetap menjadi terang dalam kegelapan, dan tidak kehilangan arah dalam pusaran kebencian dan fitnah.

Seperti Yusuf yang tetap setia dan akhirnya menjadi berkat, seperti para murid yang tak gentar menghadapi aniaya karena mereka bersandar pada bimbingan Roh Kudus, kita pun diajak untuk menaruh dasar iman kita pada Kristus, Sang Guru sejati. Tantangan tidak akan pernah hilang, tetapi bersama Tuhan, kita tidak pernah ditinggalkan.

Marilah kita belajar dari semangat Santo Benediktus yang kita peringati hari ini. Dalam keheningan biara, ia membangun kehidupan doa, kerja, dan pelayanan yang menjadi kekuatan Gereja. Semangatnya menunjukkan bahwa kekuatan sejati berasal dari keheningan yang mendalam dan kesetiaan dalam hal-hal kecil setiap hari.

Tuhan memberkati dan Ave Maria!