Pendahuluan
Suatu hal yang biasa jika ada kepala negara berkunjung kenegara lainnya untuk menjalin hubungan bilateral atau kerjasama tertentu. Namun kali ini berbeda bagi Indonesia setelah waktu yang cukup lama yaitu 35 Tahun yang lalu, Indonesia di kunjungi oleh Paus Yohanes Paulus II. Setelah kepemimpinan Paus Benediktus XVI, Kepala negara Vatikan sekaligus Pemimpin gereja Katolik seluruh dunia saat ini, Paus Fransiskus memilih Indonesia sebagai negara yang dikunjunginya. Tentunya ini menjadi penantian khusus bagi umat katolik di Indonesia, namun disamping itu juga menimbulkan pertanyaan bagi masyarakat pada umumnya terkait maksud dan tujuan kedatangan Paus kali ini setelah sekian lama. Tentunya kemudian berita Kedatangan Paus Fransiskus ke Indonesia ini menjadi kabar yang terus keluar dalam beranda media sosial baik dalam bentuk literasi atau tulisan terlebih lagi dalam bentuk video yang entah disematkan dalam tayangan berita nasional maupun dalam bentuk potongan-potongan video yang dibagikan melalui youtube , tiktok, instagram, facebook dan media sosial lain.
Berita ini masih menjadi trending topik diawal bulan September ini,. 2 hal yang sensitif dan bersinggungan di dalamnya tentu adalah terkait isu politik dan agama. Merujuk dari itu, salah satu dari jadwal agenda kegiatan Paus Fransiskus adalah dialog antaragama di masjid Istiqlal Jakarta kamis pekan ini. Semua itu dapat dimengerti dan dipahami bila dilihat dalam posisinya yang adalah selain sebagai kepala negara, namun terutama sebagai pemimpin gereja Katolik termuat tugas dan tanggung jawab yang tidak mudah.
Signifikansi Kedatangan Paus Fransiskus
Paus Fransiskus adalah pemimpin gereja katolik seluruh dunia. Dan karena itu secara kenegaraan meskipun wilayah kepemimpinannya hanya berada di Vatikan, kota Roma Italia, namun sebagai Paus tonggak kegembalaannya kepada seluruh umat katolik dalam skala kecil maupun besar diberbagai belahan dunia. Paus Fransiskus, ia yang di percaya sebagai penganti rasul Petrus yang diyakini oleh umat katolik dahulunya ditunjuk langsung oleh Yesus Kristus untuk memimpin gerejanya. Kini kuasa kegembalaan itu, ada dan diteruskan oleh Paus Fransiskus.
Dan karena Indonesia adalah negara dengan mayoritas muslim, maka bukti dari kunjungan ini adalah bukan sekadar kujungan ‘keagamaan” lebih dari pada itu merupakan kunjungan kemanusiaan. Bisa dilihat bahwa Paus Fransiskus memilih masjid Istiqlal untuk menyampaikan pesan-pesan kemanusiaan itu. Pesan yang bersifat universal, tidak hanya spesifik kepada pemimpin pemerintahan atau pemimpin keagamaan tertentu, tetapi pesan kemanusiaan kepada semua orang. Tanpa disadari sejalan dengan ideology negara kita, yakni Pancasila bersama dalam Iman kepada Tuhan yang Maha Esa dan bersatu dalam Bhineka Tungga Ika.
Harapan, Tantangan dan Tujuan
Seberapa pentingnya kunjungan ini, sehingga bapa Paus Fransiskus mau datang dan berdialog dalam forum pemerintahan dan keagamaan. Mari kita mengukurnya demikian, secara mata telanjang kita bisa melihat bahwa secara kondisi fisik beliau bahkan tidak bisa menuruni tangga pesawat dan hanya duduk dikursi roda. Kesimpulan sementaranya demikian, “jika berita dan pesan itu tidak penting, maka seharusnya ia beristirahat saja di Vatikan, dan jika berita itu hanya untuk umat katolik maka seharusnya ia memilih gereja saja bukan Masjid.” Presiden kita, Jokowi Widodo menyambut kedatangan Paus dengan terlebih dahulu menyampaikan bahwa, “Indonesia dan Vatikan memiliki komitmen yang sama memupuk perdamaian dan persaudaraan serat menjamin kesejahteraan bagi umat manusia.” Menindak lanjuti itu sebagi tuan rumah mempersiapkan agar semua agenda Paus ini selama 4 hari berada di Indonesia berjalan lancar. Harapanya pesan-pesan kemanusian ini tetap bertahan demi kebaikan kehidupan berbangsa di tanah air kita. sehingga pada akhirnya tujuan dari pada musyawarah atau dialog bersama antar semua elemen masyarakat membuahkan hasil sesuai dengan harapan bersama.
Penutup
Segala sesuatu yang bertujuan baik, hendaknya dicapai dengan cara-cara yang baik pula. Tujuan dari pada kunjungan paus ini adalah membawa pesan perdamaian dan persaudaraan. Jika perdamaian dan persaudaraan itu masih terasa samar-samar terlebih terkait kesejahteraan sosial, bukankah berarti pesan ini masih relevan dan tepat dengan situasi sosial bangsa Indonesia saat ini. Marilah kita bangsa Indonesia menjadikan momen ini untuk mampu mengaaplikasikan hidup berbangsa dan bernegara bukan untuk kepentingan individu atau kelompok melainkan demi kemajuan bersama.