Momen bersejarah dalam Gereja Katolik Indonesia terukir kembali dengan kedatangan Paus Fransiskus di Indonesia. Pemimpin tertinggi Gereja Katolik sedunia sekaligus kepala Negara Vatikan mengadakan lawatan Apostolik ke Indonesia dari tanggal 2 – 6 September 2024. Momen ini merupakan momen yang langka dan bersejarah.
Indonesia menjadi negara pertama yang dikunjungi Paus dalam lawatannya ke benua Asia dan Oceania pada tahun 2024 ini. Selain Indonesia, Paus akan mengunjungi negara Papua New Guinea (6-9 September 2024), Timor Leste (9-11 September 2024) dan Singapura (11-13 September 2024). Lawatan ke Indoensia yang berlangsung dari tanggal 2 – 6 September 2024 ini mengusung tema “Iman, Persaudaraan dan Bela Rasa”.
Paus Fransiskus adalah Paus ketiga yang berkunjung ke Indonesia. Pada tahun 1970, Paus St. Paulus VI berkunjung ke Indonesia. Selanjutnya sembilan belas tahun kemudian, pada tahun 1989, Paus St. Yohanes Paulus II. Dan saat ini, sesudah 35 tahun, Paus Fransiskus mengadakan kunjungan Apostolik ke Indonesia.
Dalam Konferensi Pers di Kantor Konferensi Waligereja Indonesia, Rabu 28 Agustus 2024, Ketua Konferensi Waligereja Indonesia, Mgr. Anton Bunjamin Subianto, OSC menegaskan bahwa KWI telah bekerjasama dengan Nuncio Apostolik Tanah Suci Vatikan untuk Indonesia dalam membentuk panitia pada bulan April 2024. Ketua panitia kunjungan ini adalah Bapak Ignasius Jonan.

Sejak terbentuknya Panitia, yang terdiri 56 panitia inti dan 107 relawan inti, sudah bekerja keras dalam mempersiapkan kedatangan Paus Fransiskus. Sementara koordinasi dengan pemerintah dan otoritas setempat, dalam hal ini panitia KWI bekerjasama dengan pemerintah dan otoritas yang berwenang telah dilakukan untuk mengatur logistik, koordinasi keamanan, transportasi, protokol kesehatan, dan publikasi media.
Mgr. Anton mengucapkan terima kasih kepada pihak pemerintah yang cukup serius menanggapi kedatangan Paus Fransiskus ini.
Dalam koordinasi internal dan persiapan rohani, Gereja telah mengeluarkan selebaran doa untuk kelancaran Paus Fransiskus ke Indonesia. Doa ini disebarkan dan dihimbau untuk didoakan di seluruh Gereja di Indonesia. Berkaitan dengan hal ini, terdapat kelompok khusus yang berdoa secara intensif untuk kedatangan Paus Fransiskus. Secara istimewa pada tanggal 3-6 September, kelompok doa dari pertapaan CSE Cikanyere berdoa 24 jam untuk kelancaran kunjungan Paus Fransiskus.
Sementara di Keuskupan-keuskupan dan paroki se-Indonesia mengadakan katekese berkaitan dengan Sri Paus. Kedatangan Paus ini menjadi kesempatan untuk mengajarkan berbagai ajaran iman dalam kehidupan kita sehari-hari.
Berkaitan dengan kunjungan Paus ini ada tiga nilai yang diungkapkan dalam tema yaitu faith, fraternity and compassion. Jadi, Iman, persaudaraan dan bela rasa menjadi tiga nilai yang mau ditekankan. Paus Fransiskus , dalam kaitan dengan iman, telah mengeluarkan surat apostolik yang berjudul Evangelii Gaudium pada tahun 2013. Dalam surat apostolik ini ditegaskan tentang pentingnya perjumpaan dengan Tuhan yang akan membawa sukacita.
Lalu berkaitan dengan persaudaraan, Paus Fransiskus mengeluarkan sebuah Ensiklik yang berjudul Fratelli Tuti ada tanggal 3 Oktober 2020. Dalam Ensiklik ini Paus menegaskan tentang persaudaraan sosial. Paus mengajak untuk menjalin persahabatan dengan semua orang karena semua orang saudara. Maka iman yang teguh menghasilkan persaudaraan sejati dan persaudaraan sejati diungkapkan dalam bela rasa. Dan semuanya itu sejalan dengan Ensiklik Laudato Si tanggal 24 Mei 2015 yang berkaitan dengan ekologi. Bela rasa kepada umat manusia dan bela rasa kepada alam semesta.
Berkaitan dengan media liputan kunjungan Paus Fransiskus, Mgr. Anton menyampaikan ada 723 media yang telah terakreditasi yang akan meliput. Termasuk didalamnya ada 88 media yang ikut rombongan bersama Paus dari Roma. Dari 88 media tersebut terdapat tiga media dari Indonesia yang meliput perjalanan Paus dari Roma dan sekaligus nanti kembali ke Roma.
Mgr. Ignatius Kardinal Suharyo, berkaitan dengan kunjungan Paus ini menegaskan bahwa kedatangan Paus Fransiskus ke Indonesia itu penting. Dan yang tidak kalah penting juga adalah mempelajari gagasan-gagasan Paus Fransiskus. Bukan hanya ajaran-ajarannya tetapi teladan hidupnya. Menurut Mgr. Suharyo, Paus Fransiskus memiliki pengaruh yang sangat besar tentang kemanusiaan.
Kalau menilik tentang riwayat hidupnya, gagasan dan pilihan hidup Paus Fransiskus, berawal ketika dia berusia 17 tahun. Pada waktu itu, di Argentina, setiap tanggal 21 September dijadikan sebagai hari orang-orang muda. Pada hari itu, Jorge Mario Bergoglio, nama kecil Paus Fransiskus, mau pergi ke pesta tersebut. Tetapi dalam perjalanan, dia melewati sebuah gereja Katolik dan dia melihat seorang pastor. Maka dia mengambil keputusan untuk menerima Sakramen Tobat. Pada saat menerima Sakramen Tobat itulah dia menerima pengalaman akan Allah yang menancap di dalam hatinya yaitu Allah yang Maharahim. Ini adalah pengalaman batin yang sangat mendalam yang kemudian mempengaruhi seluruh hidup Paus Fransiskus hingga saat ini.
Kalau kita melihat logo Paus Fransiskus terdapat tulisan Miserando Atque Eligendo, yang adalah salah satu potongan kalimat dari Injil Matius ketika Santo Matius melihat kerahiman Tuhan. Ayat tersebut terpatri dalam batinnya sejak Paus Fransiskus berumur 17 tahun dan mempengaruhinya hingga saat ini.
Dari pengalaman batin itulah maka mengapa Paus dalam karya kegembalaannya sangat menekankan kerahiman Allah dalam kehidupan manusia. Menurut Mgr. Suharyo, sumber utama dari gagasan dan pilihan-pilihan hidup Paus Fransiskus adalah pengalaman otentik tentang Allah. Allah yang kerahimannya tanpa batas.
Hal tersebut bisa kita lihat dalam pengalaman konkret hidupnya. Misalnya saja, sepatu seorang Paus pasti warna merah. Namun, Paus Fransiskus lebih memilih sepatu hitam dan sangat sederhana. Hal itu menyimbolkan transformasi hidupnya. Contoh lain tentang kesederhanaan terjadi ketika dia terpilih sebagai Paus. Kunjungan pertama yang dilakukan adalah mengunjungi pulau kecil di bagian selatan Italia yang ditempati oleh para pengungsi imigran dari Afrika. Disitu beliau merayakan Ekaristi dengan menggunakan altar perahu rusak yang pernah dipakai oleh imigran menuju tanah harapan baru. Semuanya itu menyimbolkan tentang pilihan dan gagasan ajaran Paus Fransiskus.
Pilihan Paus Fransiskus ini juga terlihat ketika berkunjung ke Indonesia. Paus memilih menggunakan mobil yang sangat sederhana. Dia tidak menggunakan mobil mewah dan anti peluru. Ini semua merupakan simbol kesederhanaan yang dipancarkan dalam Gereja Katolik.
Mgr. Suharyo juga menegaskan tentang harapan kedatangan Paus Fransiskus ke Indonesia. Menurutnya kedatangan Paus Fransiskus menjadi tanda harapan. Kehadiran Paus Fransiskus selalu menunjukkan keberpihakan kepada orang-orang yang lemah. Secara pribadi Mgr. Suharyo mengharapkan agar kunjungan Paus Fransiskus menumbuhkan harapan akan kedamaian dan keberpihakan kepada mereka yang lemah.
Perjalanan Paus Fransiskus dimulai sejak tanggal 2 September 2024 dan tiba di Indonesia pada tanggal 3 September 2024. Pada tanggal 4 September Paus menghadiri empat acara yakni dua acara di kompleks istana, kunjungan kehormatan kepada Bapak Presiden dan pertemuan dengan kalangan pemerintah Diplomatik. Pada sore hari, Paus mengadakan pertemuan pribadi dengan Serikat Yesus dan pertemuan dengan para Uskup, imam dan biarawan-biarawati, seminari dan katekis di Gereja Katedral Jakarta.
Pada Tanggal 5 September mengunjungi Masjid Istiqlal untuk mengadakan pertemuan antar umat beragama. Yang menjadi tuan rumah pertemuan ini adalah imam besar Nasaruddin Umar di masjid Istiqlal. Setelah itu akan mengadakan pertemuan dengan penerima manfaat organisasi sosial dan umat yang kurang beruntung di Konferensi Waligereja Indonesia.
Pada sore hari akan diadakan misa Kudus di Stadion Gelora Bung Karno pada pukul 17.00-18.30 WIB. Misa ini akan dihadiri kurang lebih 80.000 umat. Pada tanggal 6 September, Paus Fransiskus akan bertolak ke Papua New Guinea dengan menggunakan maskapai penerbangan Garuda Indonesia.
Penulis: Fransiskus Katino, Pr