Pasca Vakum Empat Tahun, OMK Imanuel Sanggeng Manokwari Kembali Menggelar Drama Tablo Jalan Salib Hidup

129
OMK Imanuel Sanggeng Manokwari Kembali Menggelar Drama Tablo Jalan Salib Hidup
Sekelompok pemuda OMK yang melakoni prajurit Romawi mengiringi lecut cambuk, tamparan, tendangan dan pekikan kata-kata umpatan kepada Yesus yang diperankan oleh Remondus Narahawarin,

Manokwari, komsoskms.org-Umat Katolik di seluruh dunia memasuki hari terakhir dalam rangkaian Tri Hari Suci, yakni Vigili Paskah yang tahun ini jatuh pada Sabtu, (8/4/2023). Dalam Perayaan Vigili Paskah umat diajak untuk turut bersukacita dan bergembira merayakan Kristus yang bangkit.

Sehari sebelumnya, Jumat (7/4/2023), umat mengenang kembali kisah sengsara dan wafat Tuhan Yesus dalam keheningan perayaan Jumat Agung. Orang Muda Katolik (OMK) Paroki Imanuel Sanggeng, Manokwari, Papua Barat, lantas menggunakan momen Jumat Agung tahun ini, untuk kembali memvisualisasikan kisah sengsara penyaliban Yesus dalam 14 peristiwa.

Dimulai pukul 08.00 WIT dan berakhir sekira pukul 10.00 WIT, ratusan umat mengikuti tablo jalan salib Yesus, dari halaman Gereja Katolik Imanuel di Jalan Pahlawan Sanggeng hingga Bukit Sahara Manokwari. Dalam balutan pakaian hitam, tanda perkabungan atas kisah sengsara dan wafat Tuhan Yesus di salib, ratusan umat mengikuti tablo sambil bernyanyi dan berdoa.

Seringai sekelompok pemuda OMK yang melakoni prajurit Romawi mengiringi lecut cambuk, tamparan, tendangan dan pekikan kata-kata umpatan kepada Yesus yang kali ini diperankan Remondus Narahawarin (29). Raymond, sapaan Remondus Narahawarin, mengaku tablo jalan salib kembali dibawakan OMK Imanuel Sanggeng pasca-vakum empat tahun lamanya.
“Ini kali pertama saya memerankan Tuhan Yesus. Saya merasa sangat bersyukur tapi harus melalui proses yang berat juga,” kata Raymond Sabtu (8/4/2023). Menurut dia,

Membawakan jalan salib hidup pada Jumat Agung tujuannya mengantar umat mendalami kisah sengsara dan wafat Tuhan Yesus, mulai dari Taman Getzemani hingga Bukit Golgota.
Ikhtiar OMK Imanuel Sanggeng itu lantas berhasil membuat umat sampai meneteskan air mata menyaksikan Yesus merintih kesakitan ditindih salib kayu yang beratnya diperkirakan mencapai 80-90 kg.

Di bawah langit mendung, suasana semakin muram ketika tiba di peristiwa ke-12 yaitu Yesus disalibkan. Rumput menjadi alas umat berlutut selama beberapa menit, tanda penghormatan kepada Yesus yang menyerahkan nyawa-Nya bagi keselamatan manusia.

“Untuk memerankan Yesus yang paling banyak saya lakukan adalah berdoa dan latihan. Ibadat tuguran saat Kamis Putih (6/4/2023) sangat membantu saya,” ujar Raymond. Saat mengamini lakon sebagai Yesus, ucapnya, ia sudah paham betul apa yang akan terjadi pada dirinya.

Lantaran, walaupun hanya sebatas drama, tetapi para prajurit akan memersekusinya dengan sungguh-sungguh sebagai bagain dari totalitas akting. “Itu benar-benar ditampar, dicambuk, diludah, dipukul dan didorong-dorong. Kita berusaha membuatnya hidup seperti waktu zaman Yesus,” tutur Raymond. Ia pun tak menampik, jika imbas dari adegan-adegan itu menyisakan lebam hampir di sekujur tubuhnya.

Tetapi, bagi Raymond, semua itu telah menjadi satu kesatuan dari memaknai Jumat Agung.
Pastor Paroki Imanuel Sanggeng Pater Philip Sedik, OSA mengaku, larut dalam tablo penyaliban Yesus yang dibawakan oleh puluhan anggota OMK itu. “Mereka memerankan dengan sangat baik. OMK adalah penerus gereja dan bangsa. Jadi, semoga dengan tablo jalan salib ini, iman mereka semakin dikuatkan,” jelas Philip.

Puncak ibadat Jumat Agung adalah penghormatan pada salib suci. Warna liturgi yang digunakan adalah merah yang melambangkan darah Yesus yang tercurah dalam pengorbanan-Nya disalib untuk keselamatan manusia. Salib dibawa pastor mengelilingi gereja agar umat dapat melakukan penghormatan salib lebih dekat. (Kresensia Kurniawati Mala Pasa)