Natal: Perayaan Sederhana yang Mahadahsyat

12

Umat stasi Santo Albertus Agung Mega, Paroki Kristus Raja Katedral Sorong, merayakan Misa Hari Raya Natal, 25 Desember 2024, pada sore hari sekitar pukul 17.00. Alasannya adalah saya masih merayakan Misa di Werur dan Sausapor. Dalam perjalanan menuju ke Mega langit masih cerah. Ketika sampai di mega, beberapa kilo meter ke arah laut, terlihat langit yang gelap dan kabur pertanda di sana turun hujan.

Kami biasanya merayakan Ekaristi di sebuah rumah setengah jadi, karena belum memiliki gedung kapela atau gereja. Ketika Misa dimulai, angin bertiup kencang. Saya merasa kesal. Pasalnya, saya cukup terganggu dengan lilin yang padam tertiup angin. Beberapa kali saya menyalakannya, tetapi padam lagi. Saya pun berdoa di dalam hati agar Tuhan menjaga lilin ini tetap bernyala. Lilin pun tetap menyala hingga Misa usai.

Hari Raya Natal, kelahiran Yesus Kristus, merupakan peristiwa penyelamatan yang berahmat. Allah yang di tempat mahatinggi rela turun ke dunia dan tinggal di antara  kita manusia. Inkarnasi merupakan aksi solidaritas Allah terhadap manusia. Kristus adalah terang, cahaya yang menerangi hati dan hidup kita. Tanpa Kristus, sang Terang Sejati, hidup kita dan segala yang diusahakan menjadi terasa sia-sia. Oleh karena itu, kita perlu merelakan diri dituntun Terang tersebut.

Warta Gembira disampaikan kepada para gembala. Mereka pun pergi dengan segera dan mendesak menyambut Kristus yang lahir di Betlehem. Sebagaimana tema Natal KWI-PGI tahun 2024, “Marilah sekarang kita pergi ke Betlehem” (Luk. 2:15a). Tema tersebut mengungkapkan bahwa karya penyelamatan Allah disambut dengan segera dan sukacita.  Para gembala mendapatkan rahmat istimewa, karena mereka menjadi saksi mula-mula dari Kabar Gembira. Tanggapan mereka perlu diteladani oleh semua orang Kristen.

Di samping itu, kehadiran para gembala menyadarkan kita akan sebuah perspektif keselamatan Allah. Jika kita menyelidiki Kitab Suci, maka akan menemukan bahwa Allah selalu menggunakan orang-orang sederhana dalam karya penyelamatan-Nya yang sungguh mengagumkan. Orang-orang kecil dan cara-cara sederhana mengungkapkan kemuliaan Allah yang mahadahsyat. Maka tak heran Kristus Tuhan memilih lahir di kandang sederhana ketimbang istana yang serba mewah. Kemewahan dan kemapanan cenderung membuat kita menjadi raja-raja kecil, yang tidak mau membiarkan Kristus meraja di hati.

Umat stasi Santo Albertus Agung Mega hanyalah sekelompok orang kecil nan sederhana. Jumlah kami tidak banyak dan belum memiliki gedung gereja. Namun, hal tersebut tidak meredupkan semangat persaudaraan dan hasrat untuk beribadah kepada Allah. Saya teringat bahwa Gereja pun berawal dari sekelompok orang-orang kecil tetapi dengan semangat satu hati dan satu jiwa yang mempesona.

Pada akhirnya, selamat merayakan Hari Raya Natal.  Semoga damai bayi Yesus yang terbaring di palungan menyertai kita semua.
(Kontributor: RD. Alex Laike)