Mgr. Hilarion Datus Lega dan 66 tahun -Kesaksian

17
Ultah Uskup ke 66

Ia (baca: Mgr. H. Datus Lega) memang dikenal luas sebagai pribadi pandai, cerdas, kerja keras out of the box, minim bersungut-sungut, tidak suka mengeluh, memberi teladan bukan perintah, memberi senyum, bukan mencibir, gembala yang baik, hidup apa adanya, bukan ada apanya, makan pun demikian.

 (RM. Daniel W. Gobai, Pr)

Hari ini, tanggal 21 Oktober 2022 merupakan hari istimewa. Penulis menyebutnya “istimewa” semata-mata untuk memaknai dan mensyukuri peristiwa kelahiran dan perayaan hari ulang tahun Mgr. Hilarion Datus Lega (21 Oktober 1956-21 Oktober 2022). Tepat hari ini, 21 Oktober 2022, ia merayakan ulang tahun ke-66 tahun. Tulisan ini memang tidak mengakomodir banyak hal. Sebab bila berbicara mengenai Mgr. Hilarion Datus Lega berarti berbicara mengenai banyak aspek. Sebut saja kita berbicara suatu wilayah gerejani yang luas, seantero Papua Barat. Itu berarti sudah barang tentu, di dalamnya melingkupi aneka karya, pengabdian, cinta, bela rasa, keberpihakan, kepedulian, dedikasi, dan pengorbanan bagi banyak pihak agar kemudian bermuara pada upaya memuji serta memuliakan Tuhan. Keikhlasan dan ketulusan kasih kepada segenap umat KMS pada khususnya dan Gereja Universal pada umumnya, membuat ia sulit dilupakan banyak kalangan. Begitu pula angka enam puluh enam tahun (66 tahun) sebetulnya bukan sekedar angka. Lagi pula, Mgr. Hilarion Datus Lega lebih besar, lebih dasyat, lebih melegenda, lebih empowering, dari sekedar sebuah nama, apalagi sekedar angka 66 tahun.

Untuk itu, ketika kita berbicara mengenai Mgr. Hilarion Datus Lega, maka hal yang perlu juga patut dilihat, disimak, direkam, ditinjau, ditiru oleh semua orang di Papua adalah gebrakan-gebrakannya, kiprah-kiprahnya, visi dan mimpi-mimpinya. Barangkali ada pembaca bertanya? Apa sesungguhnya gebrakan-gebrakan Mgr. Hilarion Datus Lega yang paling mutakhir bagi Gereja Partikular KMS dan Gereja Universal selama beberapa dekade belakangan ini? di sini penulis menyoroti satu hal sajalah.
Salah satu karya terbesar (masterpiece) dari Uskup Kelahiran Kupang 21 Oktober 1956 ini, adalah kerja kerasnya mendirikan Lembaga Pendidikan Seminari Petrus van Diepen Sorong. Lembaga pendidikan seminari ini, mulai dibangun sejak 29 Juni 2005. Sejak dibangun hingga kini, lembaga ini menjadi wadah pemersatu atau tempat perjumpaan berbagai macam khazanah kebudayaan. Perjumpaan atau pertemuaan semacam ini, tidak akan pernah menjadi nyata, bila tidak dimulai/tidak dirintis dengan visi dasar demi kemanusiaan, kemandirian, kemaslahatan seluruh anak-anak Papua di daerah pegunungan, lembah-lembah, dataran-dataran, juga di pesisir dan pulau-pulau. Menurut penulis, di sinilah nama Mgr. Hilarion Datus Lega (Uskup Keuskupan Manokwari-Sorong) melampaui angka enam puluh enam tahun (66 tahun).

Para pembaca barangkali sulit, untuk membayangkan, betapa luar biasa buah karya Mgr. Hilarion Datus Lega, pada bidang pendidikan Seminari Petrus van Diepen Sorong. lembaga ini, saat ini menjadi miniatur Papua atau Nusantara yang luas dan luar biasa besar ini. Semua anak dikumpulkan di sana. Mereka bukan hanya anak Papua Gunung, tetapi juga dari Pesisir, juga mereka bukan hanya dari Jawa melainkan juga dari Sumatera, NTT, Sulawesi, Kalimantan. Mereka dihimpun, digembleng, dipadukan, dirangkul, dibimbing, dituntun dan diajari. Inilah suatu mahakarya, inilah capaian luar biasa yang menempatkan nama Mgr. Hilarion Datus Lega, jauh melampaui segala prestasi dan kesuksesan apapun, termasuk perayaan momentum 66 tahun perayaan ulang tahun ini.

Kecuali merintis satu panti pendidikan dan pembinaan calon imam di Keuskupan Manokwari Sorong, Mgr. Hilarion Datus Lega, tentu amat luar biasa dalam memberdayakan orang Papua. Keberpihakkannya yang jelas, tidak abu-abu melainkan hitam putih, sikap tegas, lugas dan eksplisit membuat dirinya layak dan pantas untuk dikenang, diabadikan, disanjung dan dipuja puji. Namun, rupanya bukan ketenaran, kepopuleran, prestise/harga diri yang dikejarnya. Bagi Mgr. Hilarion Datus Lega, Allahlah yang layak dan pantas dimuliakan manusia. Barangkali hal ini ada kaitan dengan motto tahbisan episkopalnya: nomen tuum glorificetur (nama-Mu Tuhan dimuliakan). Inilah gambaran konkret yang melukiskan dirinya sebagai pribadi yang rendah hati. Bahkan nama seminari yang dibangun pada tahun 2005 di Aimas Kab. Sorong, justru mengambil nama: Seminari Petrus van Diepen, yakni (Seorang Misionaris Augustinian) yang kemudian menjadi Uskup pertama Manokwari-Sorong.

 Penghargaan dan sikap kerendahaan hati Mgr. Hilarion Datus Lega inilah, yang layak dan pantas untuk dirayakan, disyukuri, dipestakan, disemarakkan, diramaikan dan digegap gempitakan. Oleh sebab itu, sekali lagi Mgr. Hilarion Datus Lega merupakan semua nama abadi, mulia dan luhur, melampaui batasan ruang dan waktu, daripada momentum perayaan/pesta pora pada ulang tahun ke-66 tahun. Ia (baca: Mgr. H. Datus Lega) memang dikenal luas sebagai pribadi pandai, cerdas, kerja kerap out of the box, minim bersungut-sungut, tidak suka mengeluh, memberi teladan bukan perintah, memberi senyum, bukan mencibir, gembala yang baik, hidup apa adanya, bukan ada apanya, makan pun demikian. Kerja hingga larut malam kerap lupa makan, menyetir sendiri walau jarak pandang mata sedikit menurun. Inilah kenyataan hidup, keteladanan yang menyejarah, kebajikan yang tahan uji. Untuk itu, nama Mgr. Hilarion Datus Lega (Uskup Manokwari Sorong) selalu abadi, sebab itu engkau adalah gembala kami, namamu besar dan akan terus dikenang dari generasi ke generasi. Kebesaran namamu, agung dari sekedar kita merayakan ulang tahunmu yang ke 66 tahun 21 Oktober 2022. Selamat ulang tahun kelahiran bagi Mgr. Hilarion Datus Lega. Tuhan memberkati Bapa, memberi rahmat kesehatan, kekuatan, rejeki, dan tentu memberi hati yang menghibur. Ad multos annos.*