Mendoakan Formandi

43
Mendoakan Formandi

Devosi Kepada Sakramen Maha Kudus, yang rutin dilakukan oleh Para Seminaris, pada setiap hari Selasa sore, di Seminari Petrus van Diepen-Keuskupan Manokwari-Sorong

(RD. Mateus Syukur)

Imam adalah manusia pendoa. Keseluruhan hidupnya tidak bisa terlepas dari doa. Doa merupakan kebutuhan rohani yang hakiki untuk seorang imam dan calon imam. Untuk itulah seorang imam yang adalah formator di lembaga pendidikan calon imam perlu membimbing para formandi untuk mencintai kehidupan doa. Lebih jauh dari itu, seorang formator harus selalu mendoakan para formandi agar para formandi mampu menemukan Tuhan dalam perjalanan panggilan hidup mereka.

Dalam Katekismus Gereja Katolik Doa berarti mengangkat hati dan budi menuju Allah, atau memohon hal-hal baik kepada-Nya. Doa selalu merupakan rahmat Allah, yang datang untuk berjumpa dengan manusia. Doa Kristen adalah relasi anak-anak yang personal dan hidup dengan Bapa mereka yang mahabaik, dengan putra-Nya Yesus Kristus, dan dengan Roh Kudus yang tinggal dalam hati mereka.

Doa dalam Kehidupan formator, merupakan salah satu unsur kehidupan yang sangat dibutuhkan dalam perjalanan hidup rohaninya. Dengan berdoa seorang formator merendahkan dirinya di hadapan Tuhan dan memohonkan hal-hal yang baik terjadi untuk kehidupan di komunitas seminari. Seorang formator yang selalu mendoakan para formandi akan Nampak dalam pelayanannya yang tulus dan tidak pilih kasih.

Dalam doa yang tulus, seorang formator berkomunikasi dengan Allah. Allah tentu hadir dan menjawabi kerinduannya dalam mendidik dan membina para formandi kearah yang lebih baik. Mendidik dan membina para formandi memang tidak hanya sebatas pada wacana, nasihat, dan motivasi, melainkan kekuatan doa justru menjadi penggerak utama dalam keseluruhan pembinaan.

Dari pemahaman seperti yang dijelaskan dalam tulisan ini, saya menjadi sadar akan pentingnya mendoakan formandi. Pengalaman saya dalam mendidik dan membina para seminaris, fokus perhatian saya cenderung hanya sebatas pada yang nampak. Semua nasihat, ajaran, motivasi telah saya lakukan namun saya lupa mendoakan mereka. Seharusnya saya mempersembahkan kehidupan mereka dalam doa.

Berdoa agar membiarkan Tuhan yang bekerja dalam segala aspek pembinaan. Tentu saja ke depan setelah mempelajari formasi spiritual dan formasi manusiawi, saya akan mewujudnyatakan apa yang saya pelajari dalam tugas saya sebagai formator di seminari. Sehingga tidak sekadar pada tataran mendidik dan membina tetapi harus melampaui itu yakni mendoakan para formandi. Dengan mendoakan formandi di situlah saya membiarkan Tuhan untuk terlibat dalam kehidupan mereka.*