MALINO, KOMSOSKMS.ORG – TUHAN memberkati engkau dan melindungi engkau; TUHAN menyinari engkau dengan wajah-Nya dan memberi engkau kasih karunia; TUHAN menghadapkan wajah-Nya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera. (Bilangan 6:24-26)
Setiap manusia siapapun dia tentunya amat merindukan apa yang disebut kedamaian batin. Kedamaian batin itu selalu mendorong manusia untuk terus bergerak mencarinya. Kedamaian batin bukan diperoleh dari harta yang melimpah, kekayaan yang melimpah, kedudukan dan sebagainya. Tentunya ada di antara kita yang memiliki kekayaan melimpah namun batinya kurang merasa damai.
Kedamian batin terjadi dalam perjumpan bersama Allah. Kedamian batin itu sendiri menjadi milik Allah. Perjumpan manusia dengan Allah bukan semata-mata terjadi dalam perjumpaan fisik melainkan perjumpan yang terjadi dalam kedamaian batin. Pengalaman perjumpaan dengan Allah dalam kedamaian batin itulah yang menggerakan kami para imam diosesan Keuskupan Manokwari-Sorong (selanjutnya KMS) mencari-Nya di tanah leluhur Malino selama seminggu.
Malino begitu istimewa dengan memberi kenyamanan kepada setiap orang yang berkunjung. Malino menyimpan segudang mutiara yang indah dan mendorong setiap orang untuk meraihnya. Malino menjadi pilihan terbaik para imam diosesan KMS untuk berjumpa dengan Allah dalam kedamaian batin.
Kedamaian batin disenandungkan dalam keselarasan dengan kenyataan siapakah saya dihadapan Allah; kedamian batin memberi keistimewaan kepada saya untuk berjumpa dengan-Nya. Kedamaian batin merupakan lagu yang mengalir dengan tenang dari kedalaman hidup harian, sebab hidup itu sendiri dapat membawa saya kepada saat-saat di mana saya sangat membutuhkan dukungan-Nya.
Dalam konteks semacam itu, saya mungkin merasakan kehausan yang sangat akan cinta, kelaparan akan pengampunan, dorongan kuat untuk melayani, keinginan untuk disembuhkan, hasrat akan kebebasan, atau kerinduan akan persahabatan dengan yang Ilahi. Manakala saya sungguh mendambakan salah satu dari semua itu, lubang dan kekosongan dalam jiwa akan tercipta jika dambaan itu tidak atau kurang terpuaskan. Pengalam perjumpaan bersama Allah dalam keheningan batin mampu menghantar saya semakin mencintai Allah melalui mereka yang saya layani.
Malino dalam kearifannya mampu menghantar saya berjumpa dengan Allah melalui keindahan alamnya, orang-orang yang ramah, rekan-rekan imam, pemateri maupun materi yang disharingkan. Dalam buku Latihan Rohani santo Ignasius Loyola mengantar saya untuk membatinkan apa yang disebut anugerah cinta tak bersyarat.
Rumusan anugerah cinta tak bersyarat dipahami secara mendalam yaitu cinta Allah yang melampaui batas kemampuan manusia. Kedamaian batin yang mengalir dari anugerah Allah melampuai segala kedamaian yang berasal dari pengalaman manusiawi. Ketika mendalami tema retret “Yesus: Guru & Sahabat, saya diajak untuk membatikan panggilan para murid “Mari, ikutlah Aku dan kamu akan Kujadikan penjala manusia (Mrk 1:16-17).
Dari rumusan teks tersebut saya menyadari panggilan saya sebagai seorang imam ditengah tantangan zaman. Dari pergumulan tersebut saya temukan bahwa cinta Allah begitu agung dan tak bersyarat, sangat dekat dan lembut, sehingga saya tinggal dalam ketenangan yang mendalam-kedamaian yang bertahan di tengah cobaan, ketidakpedulian dan kehilangan. Saya menjadi sadar akan bagitu banyak anugerah luar biasa yang telah diberikan oleh Allah dengan penuh cinta, dan saya memiliki kedamaian batin yang mengingatkan saya agar tidak berpaling kepada yang lain.
Ketika diajak untuk merenungkan tema retret “Rasul Paulus: Rasul segala Bangsa”, di sana saya temukan sebuah refleksi iman rasul Paulus yaitu “Cukupkanlah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna” (2Kor 12:9). Pengalaman iman rasul Paulus ini menguatkan saya untuk tetap percaya akan anugerah Allah dalam karya pelayanan. Anugerah pelayanan ini dialamtkan kepada sesama. Pelayanan kepada sesama merupakan keutamaan kristiani.
Paulus mendidik saya agar berhenti mencari kebahagiaan dalam pemenuhan diri sendiri dan terdorong untuk melayani orang lain dengan lebih baik. Saya merasakan kemurahan hati Tuhan yang tanpa batas terjadi dalam hidupku tetapi saya menyadari betapa sedikit saya telah menggunakannya. Perkara kemurahan Tuhan juga diulas oleh rasul Paulus dalam suratnya kepada Timotius “Jangan abaikan rahmat Tuhan yang ada padamu” (1Tim 4:14).
Dengan adanya kesadaran iman yang digagas rasul Paulus ini memberi kebebeasan kepada saya dalam karya pelayanan kepada sesama. Akhirnya pengalaman iman rasul Paulus ini menjadi media bagi saya untuk membatinkan hidup dan panggilan saya sebagai seorang iman diosesan KMS, dengan merenungkan keterbatasan-keterbatasan manusiawi sebagai seorang murid Kristus. (RD. Yulianus Korain)
Jikalau engkau berjalan di jalan Allah, niscaya selamanya engkau diam dengan damai sejahtera. Belajarlah di mana ada kearifan, di mana kekuatan dan di mana pengertian, supaya sekaligus kau ketahui tempat umur panjang dan kehidupan, tempat cahaya mata dan damai sejahtera. Barukh 3 : 13-14