
SORONG, KOMSOSKMS.ORG-Bertempat di gereja paroki Kristus Raja Sorong (20/01/2024), Civitas Akademika Sekolah Tinggi Pastoral Kateketik (STPK) St. Benediktus Sorong menggelar perayaan Ekaristi Perutusan bagi ke-11 orang Calon Wisudawan/wati Sarjana Strata Satu (S-1) STPK St. Benediktus Sorong. Perayaan Ekaristi ini dipimpin oleh Bapa Uskup Manokwari-Sorong, Mgr. Hilarion Datus Lega dan didampingi 6 imam konselebran.
Dalam homilinya, Bapa Uskup Hilarion mengajak para calon wisudawan/wati dan para orangtuanya beserta seluruh mahasiswa/i STPK untuk selalu mengedepankan rasa syukur atas penyertaan Tuhan. “Perutusan calon wisudawan/wati STPK St. Benediktus Sorong ini menambah tenaga pelayan pastoral di Keuskupan Manokwari-Sorong ini […].
Peristiwa ini sekurang-kurangnya memberi pembelajaran bahwa Tuhan tetap menyertai kita. Bahwa dalam kehidupan kita, rasa syukur itu harus melingkupi kita, karena sadar atau tidak, Tuhan selalu menyertai kita. Nafas kehidupan kita disertai oleh Tuhan. Pergerakan dan pergumulan, termasuk pergumulan pemikiran, adanya karena kejernihan akal budi yang merupakan anugerah tinggi dari Tuhan bagi makhluk ciptaan termulia-Nya, yakni kita manusia. Maka apa lagi kalau bukan bersyukur”.
Untuk menjelaskan pentingnya rasa syukur itu, Mgr. Hilarion mengutip penggalan kalimat pendek dari seorang Uskup asal Filipina yang antara lain, bunyinya: “If you want to be happy, you have to thanksfulness, because the mother of happiness is thank you” = “kalau anda mau berbahagia, anda harus bersyukur. Karena ibu dari kebahagiaan adalah terima kasih”.
Maka kata Bapa Uskup Hilarion: “Bagi orang-orang yang bersyukur, selalu segera dihubungkan dengan permohonan berkat, karena syukuran biasanya dilakukan atas terselesainya suatu pencapaian tertentu, seperti ini [momentum wisuda] namun ini kan baru permulaan. Maka kita perlu memohon dengan penuh harapan dan penyerahan diri supaya wisuda itu diisi dengan kebaikan, kemuliaan, dan keluruhan martabat di hari-hari yang akan datang pada pengabdian luhur tugas panggilan. Itulah sebabnya, syukur selalu teriring dengan mohon berkat Tuhan”.
Selanjutnya, Bapa Uskup Hilarion menegaskan bahwa “Dalam narasi sebelumnya pada perikop Injil Markus ini, dikisahkan perihal Tuhan memberi berkat kesembuhan rohani karena adanya permohonan kesembuhan. Jadi berkat kesembuhan secara kejiwaan bagi jiwa manusia yang letih, lesu dan terbeban berat oleh dosa. Hari ini, bukan kebetulan, bacaan-bacaan khususnya bacaan Injil memberi pesan tunggal yakni Tuhan memberi berkat melalui makanan jasmaniah. Dia memberi makan kepada orang-orang yang datang kepada-Nya. Oleh karenanya, berkat bagi para calon wisudawan/wati ke depannya mudah-mudahan komplit: berkat jasmani dan rohani”.
“Berkat jasmani dan rohani”, menurut Bapa Uskup, “itu karena pengabdian tugas, pelayanan pastoral sebagai guru, katekis, petugas gereja, tidak mudah dalam zaman yang begitu cepat, dalam kelenturan peradaban yang tidak mudah dicerna oleh siapapun, maka berkat penyertaan Tuhan yang komplit tersebut mudah-mudahan menyertai bukan hanya wisudawan/wati, tetapi juga mereka yang dilayani oleh para wisudawan/wati kelak sehingga nilai dan keutamaan Katolik selalu mengingatkan kita mengenai warna keterbukaan. Kita untuk semua.
Kita tidak pernah inklusif untuk diri sendiri. Sama seperti menjadi sarjana, tidak pernah atas nama secarik kertas untuk dipajang. Menjadi sarjana bukan untuk foto-foto dan tersenyum-senyum dengan orangtua, meskipun itu juga adalah bagian dari kebanggaan dan rasa syukur. Tapi kebanggaan dan rasa syukur itu harus dibuktikan dalam hidup pengabdian dan pelayanaan ke depannya. Menjadi sarjana dan pekerjaan-perkerjaan di dalamnya adalah penghayatan hidup selama hayat dikandung badan untuk menjadikan rasa syukur kita pada hari ini bukan hanya berwarna, tetapi sungguh-sungguh bermartabat”.*** (Ivko)