Di Sumur Samaria
Yesus Sumber Air Hidup |
(RD. Januarius Vaenbes)
Kepada Yesus kita hendaknya berseru:“Aku haus, berikanlah aku air itu, supaya aku tidak haus lagi”. Yesus Tuhan Engkaulah Air Hidup.
Dua ribu tahun yang silam, Yesus duduk di pinggir sebuah sumur di Samaria dan berbicara dengan seorang wanita yang sedang menimba air di sumur itu. Wanita Samaria itu berjuang menimba air untuk memenuhi dahaga dirinya, ternak-ternaknya dan urusan rumah tangga yang membutuhkan air. Fakta memperlihatkan bahwa sepanjang usia hidupnya, wanita Samaria itu telah banyak berkorban dan menghabiskan separuh waktu hidup untuk menimba air. Sebuah potret pekerjaan sederhana sebagaian besar wanita di kampung yang selalu digeluti sebagai rutinitas. Mereka menjunjung kendi, periuk tanah, ember, atau wadah apa saja yang menampung air untuk dibawa pulang ke rumah. Air yang ditimba dan dibawa pulang ke rumah akan digunakan untuk kebutuhan minum, memasak, mencuci, membersihkan tubuh dan lain sebagainya.
Sebagai wanita yang bernaluri ibu, wanita Samaria itu ingin memastikan bahwa ada air, ada kehidupan. Ada air, dahaga disejukkan. Ada air, ada proses memasak untuk makan. Ada air, ada kebersihan tubuh. Ada air, ada riak kehidupan. Pemahaman wanita Samaria tentang air berhenti pada tataran pemenuhan kebutuhan hidup secara fisik. Ia tidak salah. Ia hanyalah seorang wanita yang menunjukkan tanggungjawabnya menimba air untuk maksud-maksud di atas.
Yesus yang duduk di pinggir sumur mengapresiasi pengorbanan wanita Samaria itu akan betapa berartinya pekerjaan menimba air. Yesus mengatakan: “Berilah Aku minum”. Suatu permintaan yang mengandung makna peneguhan akan betapa berharganya pekerjaan menimba air untuk memberi air kepada orang lain. Secara implisit Yesus ingin mengatakan, engkau sedang menimba kehidupan untuk memberi kehidupan kepada orang lain.
Permintaan Yesus, “berilah Aku minum”, memantik percakapan yang menghantar wanita samaria itu pada pemahaman tentang Yesus Sebagai Air Hidup. Air yang berkaitan dengan hidup kekal yang adalah berkat tertinggi yang diberikan Allah. Yesus membuka cakrawala rohani wanita Samaria yang dijumpai di sumur, bahwa air yang umumnya kita minum, membuat kita haus lagi tetapi Air hidup yaitu Yesus tidak akan membuat kita haus lagi untuk selamanya. Air Hidup yaitu Yesus akan menjadi mata air di dalam diri seseorang yang memancar sampai kepada hidup yang kekal. Percakapan Yesus dengan wanita Samaria bermuara pada kerinduan rohani atau kehausan rohani dari wanita samaria itu. Katanya kepada Yesus: “ Tuhan, berikanlah aku air itu, supaya aku tidak haus lagi”.
Di sumur Samaria itu, ada dua kebenaran tentang air yakni, air bersih untuk kehidupan jasmani dan air hidup dari Yesus untuk kehidupan rohani. Tanpa air bersih, manusia akan mati secara fisik, tanpa Yesus sumber air hidup manusia akan mati secara rohani dalam dosa. Di sumur, wanita Samaria tidak hanya menimba air minum tetapi juga menimba air hidup dari Yesus. Di sumur Samaria, wanita Samaria menemukan makna sejati tentang air untuk hidup di dunia dan air untuk hidup di akhirat. Bahwa dari air bersih segala yang hidup menggantungkan kelangsungan hidupnya secara fisik dan dari Yesus air hidup, Segala macam kehidupan berawal dan kepada Yesus segala yang hidup menggantungkan kelangsungan hidupnya sampai kekal untuk kehidupan yang kekal. Kepada Yesus kita hendaknya berseru: “Aku haus, berikanlah aku air itu, supaya aku tidak haus lagi”. Yesus Tuhan Engkaulah Air Hidup.*