Akulah Kebangkitan Dan Hidup

115
Rm. Daniel W. Gobai, Pr.

Rm. Daniel W. Gobai, Pr.

(Formator Seminari Tinggi Interdiosesan Yerusalem Baru Abepura)

 
Akulah Kebangkitan 
Dan Hidup

    (Yoh 11:25)

     “Menemukan makna kebangkita kita, dengan menyasar kebangkitan Lazarus”

    Perikop Yoh 11: 25 di atas, memperlihatkan dasar keyakinan Kristiani, yaitu Yesus sebagai Tuhan dan Penyelamat. Nampak dua dimensi serentak. Aksentuasi “kebangkitan” memperlihatkan Yesus sebagai yang mahakuasa atas segala sesuatu. Kebangkitan di sini tidak untuk dilawankan dengan kehancuran, kebinasaan, tetapi kebangkitan memiliki derajat luhur, mulia dan abadi. Kebangkitan dengan demikian, adalah hal ikhwal menyangkut pribadi Yesus sendiri, bukan sesuatu yang berasal dari luar. Juga bukan sesuatu yang diperoleh Yesus berkat partisipasi-Nya dengan manusia melalui Inkarnasi. Namun, Yesus adalah kebangkitan. Sementara “hidup” memberitakan kepastian hakiki pada tujuan iman. Jika tujuan iman kita adalah hidup kekal, maka percaya kepada Yesus menjadi sebuah keharusan kepada hidup Kristus. Dengan hidup dalam Kristus, kita menutup kesempatan bagi dosa yang berpotensi membinasakan, menghancurkan dan mematikan.

    Dengan demikian, perikop Yoh 11:25 ini sengaja penulis pilih. Dasar kami memilih adalah pertama perikop ini memiliki kaitan erat dengan tanda terbesar yang dibuat oleh Yesus; Lazarus dibangkitkan. Sementara sabda, “Akulah Kebangkitan dan hidup (Yoh 11: 25)”, memiliki aspek Kristologis-soteriologis, juga aspek eskatologis.  Atas dasar inilah, mendorong penulis memilih dan mencoba menguraikannya. Hal ini kemudian bermuara kepada nasib hidup manusia.

    Letak perikop 11:25 tidak berdiri sendiri, melainkan memiliki keterkaitan dengan konteks dekat sebelum maupun sesudah. Perikop ini merupakan satu kesatuan utuh dengan tanda terakhir sekaligus tanda terbesar yang dibuat Yesus yakni, Lazarus dibangkitan (Lih Yoh 11:1-44). Raymond Brown menempatkan teks ini pada bagian keempat, poin pertama dalam eksegesenya. Sub tema yang diberikannya berbunyi: Inilah saat bagi Yesus bergerak dari kematian menuju kepada kemuliaan (Brown, The Gospel According to John (1966); 419). Ungkapan pernyataan diri, Aku Adalah Kebangkitan dan Hidup (ego eimi anastasis kai zoe) hendak menggarisbawahi kesatuan relasi antara Yesus dengan Allah. Dia bersyukur (Bdk Ay 41-42), karena melalui peristiwa Lazarus, Yesus yakin bahwa Allah beserta Dia dan semakin banyak orang akan percaya kepada-Nya sebagai Kebangkitan dan hidup. Yesus memberikan manusia kehidupan. Untuk itu, kisah pembangkitan Lazarus (11:1-44), mempunyai peranan penting, yakni sebagai petunjuk kebangkitan Yesus sendiri dari antara orang mati. Yesus menyatakan “Akulah Kebangkitan dan Hidup 11:25 dengan ini, Lazarus sudah mencicipi kenyataan pada diri Yesus itu, maka penginjil dalam rumusannya juga memasukkan gambaran kebangkitan Yesus sendiri (Lih ay 41 dan 44; Bdk: 20:1b. 6.7).

    Dalam Yoh 11: 25, Penginjil memberikan nilai baru bagi kebangkitan Yesus. Kebangkitan Yesus membangkitkan orang lain. Kebangkitan Yesus bukan hanya menempatkan Yesus ke dalam kemuliaan Bapa-Nya, seperti kerap ditemukan dalam rumusan Kristologi awal (Kis 2:22-36, Rm 1:3-4), melainkan juga memiliki dimensi eksistensial, mempunyai nilai bagi hidup orang Kristiani kini (Darmawijaya, Pesan Injil Yohanes (1988); 80). Bagi orang beriman, meskipun secara fisik mati akan dipimpin kepada hidup ilahi. Bernard dan beberapa penafsir menyebutkan bahwa ayat sesudahnya (ay. 26) menekankan kehidupan fisik (physical life) kemudian mereka memahami lalu membuat perbandingan antara ayat 25 dan 26 bahwa: Jika setiap orang beriman walaupun mati secara ragawi, secara rohani akan hidup (the believer, if he dies physicaly, will live spirituality). Kata “the life” dalam ayat 25 ini adalah bersifat rohani atau hidup rohani, hal yang sama juga dua kali lipat ditemukan dalam ayat 49-50.

    Hanya pada peristiwa Lazarus dibangkitkan Yesus melanjutkan dengan doa (Ay 41-41). Singkatnya dalam doa, Yesus bersyukur kepada Allah. Hal ini berbeda dari enam tanda lain yang dibuat-Nya yang berakhir begitu saja, tanpa doa. Tanda syukur Yesus ini hendak menegaskan kepada manusia bahwa apa yang diperbuat Yesus sungguh diindahkan Allah agar melalui kisah tersebut, kita dapat mengakui dan mengimani Yesus sebagai Kebangkitan dan Kehidupan. Tanda terakhir tersebut terkait erat dengan pribadi Kristus sendiri, yakni berkaitan dengan kehidupan kekal baik di akhirat maupun kini dan di sini (hic et nunc). Inilah teologi eskatologi yang khas dalam Injil Yohanes bahwa kehidupan kekal itu tidak terbatas hanya pada akhir zaman, tetapi orang harus mengalaminya di dunia. Maka, dengan percaya kepada Yesus yang hidup, kita tentu telah mencicipi kehidupan kekal yang nanti akan dilimpahkan pada kita, sebagaimana dialami Lazarus.

    Dengan berkata, Akulah Kebangkitan dan Hidup, Yesus sesungguhnya  tidak terpusat pada fakta kebangkitan-Nya, tetapi terutama bagaimana kualitas-Nya mengantar siapa saja yang beriman kepada-Nya memperoleh hidup ilahi, atau hidup kekal yang tidak binasa. Selain itu, sebagaimana digarisbawahi Rasul Paulus: “Tak seorang pun di antara kita hidup bagi dirinya sendiri, dan seorang pun mati bagi dirinya sendiri. Sebab kalau kita hidup, kita hidup bagi Tuhan, dan kalau kita mati kita mati bagi Tuhan. Jadi baik dalam hidup, maupun dalam mati, kita tetap milik Tuhan. Karena dengan maksud inilah, Kristus telah mati dan hidup kembali, supaya ia menjadi Tuhan bagi orang hidup maupun orang yang mati (Rm 14: 7-9).”
Kata Penutup
Hidup di dunia maupun hidup kekal di surga, semuanya bersumber, berpusat dan berpuncak pada Kristus. Beriman kepada Kristus, dengan demikian adalah sebuah keharusan bagi orang beriman Kristiani. Mengapa? Karena Kristus adalah kebangkitan dan hidup.     Hari ini 2 Nopember 2022, Gereja merayakan Hari Raya Semua orang beriman. Kita percaya bahwa kematian setiap orang memiliki arti penting dalam imannya kepada Yesus. Untuk itu, kendati Dosa memiliki konsekuensi buruk berdimensi empat rangkap; yakni merusakkan hubungan pendosa dengan dirinya, hubungan pendosa dengan sesamanya, pendosa dengan alam sekitar dan pendosa dengan Allah penciptanya, akan teapi kebangkitan Kristus dari mati, maupun pengalaman Lazarus dibangkitkan dari kematian memperlihatkan secara amat terang benderang bahwa hidup dan mati sepenuhnya bersumber pada Allah.

Daftara Pustaka
Darmawijaya, St. 1988. Pesan Injil Yohanes. Yogyakarta: Kanisius,
E Brown, Raymond. 1966. The Gospel according to Jhon I-XII  The Anchor Bible. USA: Geoffrey Chapman.
Lembaga Biblika Indonesia. 2015. Alkitab Deuterolanonika (KWI: Lembaga Alkitab Indonesia.

Selamat Hari Raya Semua Orang Beriman