Agama Katolik Masuk di Sekru, Umat Katolik Papua Pertama Berasal Dari Kampung Torea

613
Agama Katolik Masuk di Sekru
Pastor Le Cocq d’Armandville Sumber Foto:http://www.blogger.com

(Ronaldo Letsoin)

Komsoskms.org-Torea merupakan 1 dari 142 kampung yang terletak di kabupaten Fakfak Provinsi Papua Barat, kampung torea juga masuk dalam wilayah administrasi Distrik Pariwari. Dari data yang yang berhasil didapatkan dari RPJM kampung torea 2016-2021 jumlah penduduk kampung Torea sebanyak 800 jiwa dari jumlah KK sebanyak 235, secara mayoritas masyarakat kampung Torea memeluk Agama Katolik. Sebanyak 755 jiwa di kampung Torea memeluk agama Katolik , Islam 32 umat dan Kristen Protestan sebanyak 13 Jemaat.

Menurut kondisi Geografi kampung Torea berada di bagian Barat kabupaten Fakfak dengan jarak tempuh sekitar 7,5 Km dari pusat kota Fakfak yang dicapai melalui Darat dan Laut. Luas wilayah Kampung Torea sebesar 950 Ha dengan struktur kemiringan lahan 25-40 persen, 109 Ha perbukitan dan kampung ini sendiri berada di atas ketinggian permukaan Laut 500 Mdpl.

Kampung Torea juga berbatasan langsung dengan wilayah-wilayah tetangga, di antaranya sebelah Utara kampung terletak kelurahan Dulanpokpok, bagian Selatan lautan Pulau Panjang, bagian Timur kampung Sekban serta di Barat terletak kampung Sekru.

Kampung Torea sendiri menjadi kampung yang sangat-sangat bersejarah bagi Umat Katolik di Papua. Mengapa kampung Torea di katakana kampung bersejarah bagi umat Katolik di bumi cendrawasih? mari kita lihat bersama bahwa ada satu hal penting yang belum diketahui dengan jelas oleh umat Katolik di tanah Papua, yaitu orang Papua yang pertama kali dibaptis untuk menjadi umat katolik oleh Pastor Le cocq di kampung sekru kabupaten Fakfak adalah mereka orang-orang yang berasal dari kampung torea. Jadi boleh dikatakan orang di kampung torea menjadi orang katolik pertama di bagian barat pulau berbentuk burung (Tanah Papua).

Napak tilas115 tahun Agama Katolik masuk tanah Papua di Kampung Sekroe tahun 2010/Dok. Nato Harbelubun (radiohmsfakfak)

Gereja katolik bisa diartikan orang banyak adalah gedung bahkan ada juga yang mengatakan orang-orang yang percaya akan Yesus Kristus, sebagai Tuhan dan Penyelamatan. Dalam arti kedua ini meliputi orang-orang yang percaya akan Yesus Kristus yang dipercaya, seperti nyata dalam sabda Yesus sendiri:” dimana dua atau tiga orang berkumpul atas nama-Ku, di situ aku ada di tengah-tengah mereka.’’ (Mat 18:20) gereja menjadi lengkap karena terdapat anggota yaitu jemaat dan Yesus Kristus sendiri sebagai kepala tubuh-Nya(kol 1:18)

Gereja katolik dalam dua arti tersebut, benih-benihnya telah ditaburkan, tumbuh dan berkembang di bumi Papua lewat kota pala Fakfak. Menurut catatan Prefektur Apostolik Batavia, Kedatangan Pastor Cornelis Le Cocq d’Armandville, SJ di Pantai Kapur Fakfak (kampung Sekru) sebelah Barat kampung Torea adalah menjadi awal agama Katolik di kabupaten Fakfak serta terlebih khusus di bumi Papua ( Missie Di Nieuw Guinea)..

Pada tanggal 22 Mei 1894 Misionaris Serikat Jesus (SJ), Pater Le Cocq tiba di kampung Sekru, kemudian Pater di sambut oleh warga kampung yang bernama Dunari Samai dan Umar Halantan Serkanasa yang telah memeluk agama Islam. Pada masa itu orang di kampung Sekru sudah memeluk agama Islam lantaran kampung ini di pengaruhnya orang pendatang dari Tidore dan Ternate serta pedagang-pedagang Arab yang mencari rempah-rempah, Kampung Sekru juga menjadi gudang pala dan pintu masuk para pedagang. Walaupun sudah memeluk Agama Islam mereka menerima Pastor dengan baik bahkan disanalah pater di berikan tumpangan menginap di rumah Dumaris Samai.

Pada saat Pater di rumah Dumaris Samai, Dialah yang mengatakan kepada Pastor Cornelis Le Cocq d’Armandville, SJ bahwa di sebelah timur kampung sekru ( kampung torea saat ini), ada saudara-saudaraNya yang masih belum memiliki kepercayaan (kafir), dari informasi yang diberikan kepada pastor, pastor berhasil melakukan tugasnya menyelamatkan anak-anak Tuhan. Kurang lebih 10 hari lamanya Pater berada di sekitaran kapur, Pater berhasil membaptis 73 orang anak.

Dari 73 orang 4 di antara mereka yang dibaptis adalah, Kodia Homba-Homba setelah di baptis menjadi Markus Homba-Homba, Moses Sembilan Homba-Homba, Agustinus Turimondop dan Ngah Nga Made (Herman).

Setelah 10 hari Pater di Fakfak, pada Bulan Juni 1894 beliau kembali berlayar mengunjungi Bomfia di Seram, Kasegui dan akhirnya di Langgur (kei). Saat pater Le Cocq pergi meninggalkan kampung sekru menjalankan misi perutusannya, mereka umat Katolik yang baru saja dibaptis oleh Pater, tinggal dan mempertahankan ajaran yang mereka terima, bahkan ada dari mereka yang berpindah ajaran (Agama). Hal ini disebabkan karena tidak ada imam untuk melayani mereka.

Perkembangan umat katolik di Torea, seperti dikutip dari catatan sejarah Agama Katolik di Stasi Santo Petru Torea yang ditulis oleh mantan ketua dewan stasi Jimmy Piter Irenius Simon Letsoin, dalam catatannya, dituliskan bawah Tahun 1938 Orang Katolik mulai berpindah dari tempat tinggal pertama ke tempat tinggal ke 2 ‘’Dulan Paha” dekat ‘’Air Hibru” sampai dengan tahun 1946. Pada tahun 1947 mereka menetap di ‘’War Prihe” yang sekarang menjadi i kampung Torea, sebelum mereka berpindah tempat tinggal tempat tinggal orang katolik pertama kali adalah ‘’Temare Huhur’’ (Mondokendik).

Menurut catatan dan hasil penelitian Piter Letsoin kepada orang-orang tua kampung Torea dan kampung Sekru, Ia menjelaskan bahwa tepat pada tahun 1974 dibawah pimpinan Laurens sius homba-homba dan juga di bawah bimbingan pater Philipus Morse memilih dua orang tua agama, yaitu Pius Homba-Homba (kampung Torea) dan Victor Ginuni (kampung Dulanpokpok). Disinilah orang-orang katolik dari Generasi Ke Generasi mulai berkembang sampai saat ini. Mulainya berkembang pada saat itu, dilihat dari mereka melakukan ibadah secara kekeluargaan disertai dengan mereka mendirikan tempat ibadah di depan SD YPPK Torea sekarang ini.

Dengan lajunya perkembangan umat Katolik di kawasan ini, dengan sendirinya semangat dan inisiatif mereka untuk membangun sebuah gedung Gereja yang baik, maka pada tahun 1976 di bawah koordinator seorang pensiunan guru Bapak Petrus Hindom membentuk panitia pembangunan gedung Gereja dengan di susunlah panitia pembangunan diantaranya; ketua Lourensius Homba Homba, sekertaris Andrianus Homba Homba dan bendaharaWilhelmus Anggiluli. Tepat pada bulan april 1978 peletakan batu pertama di mulai oleh umat di bawah bimbingan Pater Nesen, OSA.

Seiring waktu berjalan pada tahun 1984 panitia pertama di bubarkan dan di bentuk panitia kedua yang di komandai oleh Pater Piet Tep, OSA dan juga umat yang membentuk panitia antara lain; ketua Patrisius Homba Homba, Sekertaris Anton Kilmas, Bendahara Thomas Lefteuw. Berkat semangat umat pada tanggal 6 April 1986, Uskup KMS Mgr. Petrus Van Diepen OSA memberkati dan meresmikan dan di beri nama Gereja Katolik Santo Petrus Torea. Di wilayah Stasi Santo Petrus Torea berdirilah sebuah Biara Susteran Tarekat Maria Mediatrix dan SD YPPK Torea.*