Renungan Harian, Selasa, 08 Juli 2025
Bacaan Injil: Matius 9:32–38
Memberi Apresiasi Positif
Dalam kehidupan sehari-hari, kita kerap menyaksikan orang-orang yang melakukan berbagai kebaikan: menolong sesama, bekerja dengan tulus, atau bahkan berhasil dalam pelayanan dan karya sosial. Namun, kenyataan yang pahit adalah bahwa tidak semua kebaikan tersebut disambut dengan sukacita dan apresiasi. Ada saja orang yang justru merasa terganggu, tersaingi, bahkan berusaha menjatuhkan. Kebaikan yang seharusnya membahagiakan bersama, justru ditanggapi dengan kecemburuan dan kebencian.
Inilah yang juga dialami oleh Yesus dalam Injil hari ini. Ia baru saja menyembuhkan seorang yang bisu karena dirasuki setan. Reaksi orang banyak sangat positif: mereka kagum dan mengakui bahwa belum pernah terjadi hal seperti itu di Israel. Tetapi tidak demikian halnya dengan orang-orang Farisi. Dengan penuh prasangka buruk, mereka menuduh Yesus memakai kuasa penghulu setan untuk mengusir setan.
Sikap ini menunjukkan hati yang keras dan tertutup. Orang Farisi tidak mampu melihat terang karena mereka memilih untuk tinggal dalam kegelapan prasangka dan kepentingan pribadi. Bagi mereka, kebaikan Yesus adalah ancaman bagi kekuasaan dan pengaruh mereka. Inilah bentuk keegoisan rohani yang membutakan mata hati.
Sebaliknya, kita diajak untuk menjadi pribadi yang terbuka, yang mampu melihat dan mengapresiasi kebaikan sekecil apa pun yang dilakukan sesama. Orang yang hatinya bersih akan senantiasa bersukacita atas berkat yang diterima orang lain. Ia tidak merasa terancam oleh keberhasilan orang lain, karena ia sadar bahwa kebaikan itu datang dari Tuhan, dan setiap orang dipakai-Nya sebagai saluran berkat.
Yesus tidak berhenti karena fitnah. Ia tetap berkeliling dari kota ke kota, dari desa ke desa, mengajar, memberitakan Injil, dan menyembuhkan orang sakit. Ia melihat banyak orang “lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala.” Maka Ia mengajak para murid untuk berdoa agar lebih banyak pekerja diutus ke ladang tuaian.
Saudara-saudari terkasih, melalui sabda ini kita diajak untuk: Membangun sikap hati yang positif, yang mampu melihat kebaikan dalam diri orang lain. Memberi apresiasi atas karya baik sesama, bukan dengan iri hati atau mencurigai, tetapi dengan syukur dan dukungan. Menjadi pekerja di ladang Tuhan, dengan membawa kebaikan, menyembuhkan luka sesama, dan menjadi tanda kasih Allah di dunia.
Jangan pernah ragu untuk melakukan kebaikan. Meskipun tidak selalu mendapat pujian, bahkan mungkin difitnah, tetaplah melangkah bersama Tuhan. Tuaian memang banyak, dan dunia sangat membutuhkan orang-orang yang mau bekerja bagi kerajaan-Nya. Biarlah hidup kita menjadi alat kasih Tuhan yang membawa terang dan harapan bagi sesama.
Tuhan Yesus, ajarlah aku untuk memiliki hati yang bersih dan terbuka. Mampukan aku untuk melihat kebaikan dalam diri sesamaku dan memberi apresiasi dengan tulus. Utuslah aku menjadi pekerja di ladang-Mu, agar melalui hidupku, semakin banyak orang merasakan kasih dan kuasa penyelamatan-Mu. Amin.
Tuhan memberkati. Ave Maria!