(Pedho Lamak)
Sorong, komsoskms.org-Umat Katolik tumpah ruah mengikuti perayaan Misa Minggu Palma di Gereja Santo Arnoldus Janssen Malanu, Keuskupan Manokwari-Sorong. Misa itu dimulai sekitar pukul 08.00 Waktu Indonesia Timur (WIT). Mengawali misa dengan pemberkatan daun Palma yang dilangsungkan di luar Gereja. Pemberkatan daun Palma oleh Pastor Paroki Santo Arnoldus Janssen Pater Mathias Alex Ohoilean, SVD.
Sesuai pemberkatan daun Palma, ribuan umat Katolik mengikuti prosesi perkarakan menuju Gereja. Selanjutnya umat mengikuti perayaan Misa di dalam Gereja dipimpin Pater Mathias Alex Ohoilean, SVD. Bagian dalam Gereja tampak penuh bahkan tenda-tenda yang disiapkan Paroki di bagian depan dan samping gereja penuh.
Kursi yang disiapkan oleh Gereja habis terpakai, sehingga sebagian umat terpaksa berdiri sembari mengikuti jalannya Perayaan berahmat ini. Seorang umat Katolik Lasarus Ujan mengatakan, Misa Minggu Palma kali ini benar-benar menyentuh hati. Umat begitu banyak hadir dan bersama-sama mengikuti prosesi perarakan daun Palma menuju Gereja.
“Tadi pagi saya (Lasarus Ujan) bangun pagi-pagi untuk berisap-siap ke Gereja. Kaget juga umat begitu banyak dan prosesinya penuh hikmat,” katanya seusai Perayaan Minggu Palma. Ia melanjutkan, perayaan Misa Minggu Palma kali ini sudah sedikit bebas. Karena pandemi Covid-19 sudah landai. Umat tidak lagi menjaga jarak dan mencuci tangan seperti sebelumnya. Posisi duduk juga sudah tidak dibatasi lagi. Semua sudah normal sehingga perayaan boleh berjalan dengan suka cita.
“Pandemi sudah mulai landai jadi kita beribadah sudah tidak ada batas-batas lagi tapi pihak gereja tetap anjurkan untuk pakai masker selama beribadah,” ungkap dia. Minggu Palma atau secara resmi disebut Hari Minggu Palma mengenangkan Sengsara Tuhan adalah hari peringatan dalam liturgi Gereja Katolik. Minggu Palma selalu jatuh pada hari Minggu terakhir tepat sebelum Paskah. Dalam perayaan ini dikenang peristiwa masuknya Yesus ke kota Yerusalem dan dielu-elukan oleh orang banyak.
Masuknya Yesus Kristus ke kota suci Yerusalem adalah hal yang istimewa sebab hal ini terjadi sebelum Yesus menderita, wafat, dan bangkit dari kematian. Itulah sebabnya Minggu Palma disebut pembukaan pekan suci, yang berfokus pada pekan terakhir Yesus di kota Yerusalem.
Dalam liturgi Minggu Palma, umat umumnya mendapatkan daun palem dan ruang gereja dipenuhi ornamen palem, meniru orang banyak yang mengelu-elukan Yesus dengan daun palem. Adapun pekan suci dalam Katolik diawali dengan Minggu Palma, kemudian berlanjut ke Kamis Putih, Jumat Agung, Sabtu Suci, dan Paskah atau Minggu Paskah.
Berawal dari masuknya Yesus ke Yerusalem inilah menjadi permulaan rentetan kisah sengsara hingga wafatnya Juru selamat di kayu salib, hingga bangkit kembali. Dinamakan Minggu Palma karena ketika Yesus masuk kota Yerusalem menunggangi keledai, masyarakat menyambut-Nya dengan melambaikan daun palem atau palma sembari melantunkan kidung pujian.
Daun palem memiliki warna hijau, warna dari tumbuh-tumbuhan dan musim semi. Oleh karena itu ini menjadi simbol kemenangan dari musim semi atas musim salju atau kehidupan atas kematian. Di dalam Alkitab, ada 4 Injil yang memuat tentang Minggu Palma, yakni Markus 11:1-11, Matius 21:1-11, Lukas 19:28-44 dan Yohanes 12:12-19.
Secara historis Minggu Palma sebenarnya merupakan kebiasaan yang diwariskan sejak abad ke-4 Masehi setiap menjelang Hari Raya Paskah. Banyak peziarah datang ke Kota Yerusalem dan melakukan prosesi ke situs-situs bersejarah yang berhubungan dengan sengsara, kematian dan kebangkitan Yesus.
Sama seperti prosesi ziarah yang dibutuhkan untuk mengenang kelahiran Kristus, prosesi Paskah bisa memakan waktu seminggu. Biasanya prosesi dimulai sejak Hari Minggu sebelum Hari Raya Paskah atau yang kini disebut Minggu Palem, lalu berpuncak pada Minggu Paskah.
Secara simbolis, Perayaan Minggu Palma dirayakan oleh umat Katolik dalam prosesi bersama dengan daun palma di tangan. Biasanya umat dan pastor berarak dari suatu tempat di luar gereja menuju gereja dengan nyanyian dan doa.
Sebelumnya daun palma yang dikumpulkan pada satu tempat, diberkati oleh pastor lalu dibagikan kepada setiap umat Katolik. Namun, karena keterbatasan daun palma, kadang-kadang umat disuruh membawa daun sendiri dari rumah dan diberkati oleh pastor.
Di beberapa gereja, jemaat membentuk daun palem menjadi bentuk salib. Daun yang digunakan pun, tidak hanya palem. Beberapa negara yang tidak memiliki palem menggunakan tanaman lokal seperti bunga dan ranting pohon. Daun palem yang sudah diberkati saat Minggu Palma akan dibawa pulang untuk dipasang di rumah masing-masing sebagai tanda telah siap memasuki Paskah. Daun yang sudah kering kemudian dibakar dan digunakan untuk perayaan Rabu Abu pada tahun berikutnya.