Stasi Santo Wilhelmus Sausapor Ditingkatkan Menjadi Praparoki: Tonggak Sejarah Baru Misi Katolik di Kepala Burung

39

KOMSOSKMS, SAUSAPOR — Dalam sebuah perayaan Ekaristi yang penuh sukacita dan makna historis, Uskup Keuskupan Manokwari-Sorong, Mgr. Hilarion Datus Lega, secara resmi menetapkan peningkatan status Stasi Santo Wilhelmus Sausapor menjadi Praparoki. Perayaan penuh makna ini berlangsung pada Rabu, 28 Mei 2025, dan dipimpin langsung oleh Mgr. Hilarion didampingi para imam konselebran, termasuk Pastor Alex Laike dan Diakon Charles Singpanki yang akan bertugas di wilayah tersebut.

Umat Praparoki Sausapor mengikuti perayaan Ekaristi peningkatan status Stasi menjadi Praparoki

Peningkatan status ini menandai babak baru dalam sejarah perkembangan Gereja Katolik di wilayah Kepala Burung, Papua Barat Daya. Stasi Sausapor, yang sebelumnya merupakan bagian dari pelayanan Paroki Kristus Raja Katedral, kini berdiri secara mandiri sebagai Praparoki yang akan melayani stasi: Mega, Werur, dan Wao.

Dalam homilinya, Mgr. Hilarion menegaskan bahwa keputusan ini bukan semata-mata hasil kebijakan administratif Gereja, melainkan wujud nyata dari kehendak Tuhan dan kerinduan umat di wilayah pesisir utara (Pantura) Papua.

“Dalam perlintasan waktu, Sausapor ini menerima Kekatolikan melalui jalur laut dan masuk terus ke wilayah pegunungan hingga Senopi. Pada hari ini kita mengangkat status stasi Sausapor ini sesungguhnya melanjutkan kenang-kenangan sejarah itu. Tuhan tidak meninggalkan umat-Nya,” tegas Uskup.

Perayaan diwarnai dengan tarian tradisional Timur untuk mengarak persembahan ke altar

Mgr. Hilarion juga menggarisbawahi pentingnya Sausapor sebagai salah satu titik awal misi Katolik di Kepala Burung. Menurutnya, Sausapor menjadi jalur awal bagi para misionaris untuk masuk ke belantara Papua melalui laut, meneruskan pewartaan Injil hingga ke daerah pegunungan sampai Paroki Senopi.

Salah satu tokoh penting dalam sejarah ini adalah almarhum Wilhelmus Yapen, seorang awam Katolik yang berjasa mendampingi Pater Rombouts, OFM dalam menjalankan misi awalnya di Papua.

“Masuknya Kekatolikan melalui Sausapor ini terus berkembang bukan karena karya Tuhan saja tetapi tanggapan manusia. Salah satu pertimbangan pendirian Praparoki ini adalah tanggapan dan kesiapan umat di empat stasi yang semuanya berada di jalur Pantura. Dan tanggapan umat ini bisa terbaca dari data-data dan sekaligus geliat umat dalam hidup beriman,” ujar Uskup.

Koor mengiringi perayaan peningkatan status menjadi Praparoki

Dalam perayaan ini juga diumumkan pembentukan wilayah pastoral baru, yaitu Tim Pastoral Wilayah Tambrauw (TPW Tambrauw), yang akan mencakup Paroki St. Yosep Senopi, Paroki St. Benediktus Fef, dan Praparoki St. Wilhelmus Sausapor. Keputusan ini bertujuan untuk meningkatkan pelayanan pastoral yang lebih terarah dan kontekstual bagi umat di wilayah Tambrauw.

“TPW Tambrauw ini memiliki keterkaitan sejarah yang mendalam. Paroki Senopi sebagai saudara sulung. Paroki St. Benediktus Fef dilahirkan dari St. Yosep Ayawasi dan kini Praparoki Sausapor menjadi anak bungsu dalam dinamika Gereja lokal,” ujar Uskup.

Mgr. Datus juga menetapkan Pastor Alex Laike sebagai Pastor Praparoki St. Wilhelmus Sausapor sekaligus sebagai Ketua TPW Tambrauw, mengingat peran strategis dan semangat kaum muda dalam pelayanan pastoral di wilayah ini. Ia menyebut TPW Tambrauw sebagai “berkat bagi kelompok muda,” dengan para pastor paroki yang semuanya merupakan imam muda penuh semangat.

Sukacita umat pun terasa dalam seluruh rangkaian acara. Yakobus Yapen, salah satu tokoh umat, menyatakan rasa syukurnya atas peningkatan status ini. “Awal berdirinya stasi ini hanya terdiri dari segelintir orang saja. Tapi kami tetap bertahan dan bertekun dalam iman. Kini kami menjadi Praparoki, semua ini karena Tuhan,” tuturnya penuh haru.

Pastor Alex Laike,  mengajak umat untuk terus bertumbuh dalam iman, kasih, dan harapan. Ia juga menyampaikan harapannya agar peningkatan status ini menjadi momentum untuk memperkuat pembinaan iman di wilayah Pantura. “Semoga semangat pelayanan makin menyala, dan umat semakin teguh dalam perjalanan imannya,” tegasnya.

Perayaan ini juga diramaikan oleh kehadiran umat dari keempat stasi, yang datang untuk bersyukur bersama. Dalam perayaan itu juga dilantik Dewan Praparoki Santo Wilhelmus Sausapor.

Dengan ditetapkannya Praparoki ini, Gereja Katolik di wilayah Kepala Burung menapaki babak baru dalam sejarah pewartaannya. Sebuah langkah maju dalam menjawab tantangan zaman dengan tetap berpijak pada akar sejarah iman yang kokoh dan penuh semangat misioner awal.

P. Frans Katino, Pr – Komsos