Selamat Jalan Sobatku RP. Benediktus Jehamin, OSA

388
Selamat Jalan Sobatku RP. Benediktus Jehamin, OSA
Foto Dokumentasi Alm. RP. Benediktus Jehamin, OSA (kiri) dan RP. Hilarius Soro, OSA (kanan)

RP. Hilarius Soro, OSA

Minggu, 28 Mei 2023 segenap umat beriman merayakan Hari Raya Pentakosta, hari turunnya Roh Kudus ke atas para rasul. Usai merayakan misa bersama umat di paroki Imanuel Sanggeng, saya mendengar kabar saudara Beni Jehamin OSA telah tiada.

Antara percaya dan tidak membaca pesan via whatsapp yang dikirim oleh Pater Vikaris. Kabar kepergianmu ini, mengingatkan kembali kenangan pertemuan kita pertama kali hampir 16 tahun silam. Pada Agustus tahun 2007 kita berjumpa di Rumah Bina St. Nikolaus Tolentino Aimas.

Duapuluhan orang di Rumah Bina, 12 orang diterima di Novisiat OSA di Klagana, beberapa teman memilih menjadi calon imam diosesan dan beberapa mengundurkan diri. Setahun di Novisiat “Hippo” Klagana, enam orang memilih mundur, dan sisa enam yang mengucapkan kaul pertama dalam Ordo Santo Augustinus pada tahun 2009.

Dalam menempuh pendidikan di STFT “Fajar Timur” selama empat tahun, empat orang teman seangkatan dalam OSA mengundurkan diri. Tinggal kita berdua yang masih bersama. Setelah menjalani Tahun Orientasi Pastoral kita bertekad untuk mengikrarkan kaul kekal dalam Ordo Santo Augustinus di gereja Paroki Emaus, pada 06 Agustus 2014. Kebersamaan kita berlanjut sampai di tahap tahbisan diakonat di Manokwari pada Februari 2018 dan tahbisan imam pada 1 September 2018.

Usia imamat kita masih balita. Tetapi saya merasakan usia imamat kita, seusia kebersamaan kita; 16 tahun. Engkau pribadi yang loyal; tidak ada istilah pelit dalam kamus hidupmu. Engkau selalu berbagi apa yang kamu miliki, termasuk apa yang kamu rasakan selama bersama dalam formatio sampai kita berkarya. Dedikasi dan pelayananmu luar biasa kawan.

Engkau begitu mudah bergaul dengan siapa saja. semua orang yang mengenalmu memiliki kesan yang hampir sama; bahwa kamu mudah bergaul. Dalam sekejap mereka menjadi sahabatmu. Anak kecil, orang muda ataupun orangtua selalu mengenangmu, karena “cara masuk” dalam pergaulanmu. Anak-anak Papua di tempat yang pernah engkau layani sungguh merasa kehilanganmu. Yuruf, Senopi, Mare dan mereka yang pernah bersama denganmu di Asrama Putera “Jonkergouw” Maripi. Engkau tidak memilih-milih teman dengan siapa harus bergaul.

Pater Tromp pernah sharing mengeluh tentangmu, dan engkau juga pernah sharing mengeluh tentang Pater Tromp. Usia kalian berdua selisih jauh, tetapi karena engkau tidak memandang usia dalam bergaul, kalian berdua sejawat. Ah kawan, kini kalian telah bersama lagi. Kalian memilih bersama dengan selisih waktu 20 hari. Kebersamaan kalian berdua di Maripi abadi. Kebersamaan kalian mengajarkan kami tentang hidup bersama dalam komunitas; menerima kelebihan dan kekurangan sesama saudara. Sehati sejiwa dalam perjalanan menuju Allah.

Saya tidak terlalu bersedih, engkau harus pergi secepat ini. Pada sambutan misa perdana imamatmu di kampung halamanmu di Manggarai Timur; di akhir sambutan saya meminta doa kepada umat yang hadir, untuk mendoakan kita berdua agar 25 tahun lagi kita kembali ke kampung halamanmu. Setelah itu engkau berceletuk kepada saya bahwa 25 tahun terlalu lama, engkau ingin mati muda.

Celetukanmu itu engkau genapi, bahkan di usia imamat kita yang masih benar-benar muda. Usia balita imamat kita mungkin terlalu cepat, tetapi engkau mampu mempertahankan stola dan kasulamu sampai akhir hayatmu. Setiap pertemuan ordo di masa mendatang, tidak akan ada lagi reuni angkatan kita di ordo. Namun saya yakin engkau selalu mendoakanku dari surga suci. SELAMAT JALAN KAWAN.