Renungan Harian – 4 Desember 2025
Bacaan I: Yes 26:1-6
Injil: Mat 7:21.24-27
Bagi seorang pembangun, fondasi adalah segalanya. Tidak peduli seindah apa bentuk bangunan itu, tanpa dasar yang kuat semuanya dapat runtuh seketika. Seorang tukang yang baik tidak pernah bermain-main dengan fondasi. Ia tahu: dasar menentukan kualitas bangunan.
Yesus memakai gambaran ini untuk meneguhkan kita tentang pentingnya dasar hidup yang benar. Dalam Injil hari ini, Yesus mengajarkan dua macam dasar:pDasar di atas batu – hidup yang kokoh “Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu.” (Mat 7:25).
Ini adalah gambaran orang yang mendengarkan Sabda Tuhan dan melakukannya. Sabda tidak berhenti di telinga, tetapi masuk ke hati, menggerakkan tindakan, dan mengubah hidup. Sabda menjadi kompas yang menuntun keputusan-keputusan penting. Fondasi ini membuat hidup kita kuat menghadapi badai apa pun.
Dasar di atas pasir – hidup yang rapuh. “Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya.” (Mat 7:27)
Ini gambaran orang yang mendengar Sabda tetapi tidak melakukan apa pun. Sabda tidak menjadi hidup. Ia hanya menjadi suara tanpa daya, tidak menuntun, tidak mengarahkan, tidak menjadi fondasi iman. Akibatnya, ketika badai datang — pencobaan, penderitaan, konflik, pergulatan, bahkan salib — hidup mudah goyah dan runtuh.
Setiap Hidup Selalu Menghadapi Badai. Yesus tidak menjanjikan hidup tanpa hujan, banjir, atau angin kencang. Ia justru menegaskan bahwa badai pasti datang. Hidup kita selalu bersentuhan dengan salib: kesulitan ekonomi, tekanan batin, relasi yang retak, penyakit, penolakan, dan berbagai prahara lainnya.
Namun, bedanya adalah fondasi.
Jika dasar hidup kita adalah Sabda Tuhan, kita tidak mudah hancur. Kita tetap berdiri teguh, sebab Allah sendiri menopang kita. Sabda yang dihayati dan dihidupi membuat hati kita kuat, bijaksana, dan penuh pengharapan.
Menjadikan Sabda Tuhan Fondasi Hidup. Meletakkan Sabda Tuhan sebagai dasar berarti: Mendengar dengan hati yang terbuka. Tidak sekadar membaca atau mendengar, tetapi membiarkan Sabda berbicara kepada diri.
Melakukan Sabda Tuhan. Mengubah kebiasaan, sikap, dan cara berpikir menurut Injil. Menjadikannya pedoman dalam setiap keputusan. Tidak memakai ukuran dunia, tetapi ukuran Allah.
Membiarkan Sabda itu mendarah daging dalam diri kita. Hingga menjadi cara baru kita bersikap, mengasihi, dan memikul salib.
Semakin kita mengizinkan Sabda itu membentuk hidup, semakin kokoh pula kita menghadapi badai. Bahkan salib yang berat pun dapat kita pikul dengan keteguhan hati.
Marilah kita membangun hidup di atas Batu Karang, yaitu Sabda Tuhan sendiri. Dengan fondasi yang kokoh, kita akan tetap berdiri bahkan di tengah badai terbesar.
Tuhan memberkati. Ave Maria!





