Renungan Harian: “Semua Orang Berharga di Mata Allah”

91

Renungan Harian, Jumat 31 Oktober 2025
Bacaan I: Roma 9:1–5
Bacaan Injil: Lukas 14:1–6

“Semua Orang Berharga di Mata Allah”

Setiap manusia adalah karya agung ciptaan Allah. Tak ada satu pun di antara kita yang sia-sia di hadapan-Nya. Setiap orang diciptakan dengan kasih, dikasihi, dan berhak untuk dikasihi. Maka, tak seorang pun pantas dibenci, disingkirkan, atau diabaikan. Itulah pandangan iman yang diajarkan oleh Rasul Paulus dan diteladankan oleh Kristus sendiri.

Dalam bacaan pertama, Paulus menyingkapkan isi hatinya yang terdalam. Ia begitu mengasihi bangsanya, Israel. Ia rela kehilangan segala-galanya asalkan umat yang dilayaninya mengenal dan menerima kasih Allah dalam Kristus. Cinta dan pengorbanan Paulus tidak bersumber dari dirinya sendiri, tetapi mengalir dari kasih Kristus yang telah mengubah hidupnya. Dari Yesus, ia belajar memandang setiap orang sebagai pribadi yang berharga dan layak diperjuangkan.

Yesus sendiri memberi teladan nyata. Dalam Injil hari ini, Ia menyembuhkan seorang yang sakit busung air pada hari Sabat. Tindakan ini menimbulkan kontroversi karena, menurut hukum, hari Sabat adalah hari istirahat dari segala pekerjaan. Namun bagi Yesus, kasih jauh lebih besar daripada aturan. Ia melihat penderitaan manusia lebih penting daripada ketaatan buta terhadap hukum. Ia mengutamakan belas kasih di atas ritual, karena bagi-Nya, keselamatan dan kebebasan manusia adalah hal yang utama.

Tindakan Yesus ini menegaskan satu hal penting: Cinta kasih sejati selalu memulihkan martabat manusia. Ia menghargai mereka yang lemah, miskin, sakit, dan dikucilkan. Dalam setiap sentuhan dan penyembuhan-Nya, Yesus memperlihatkan wajah Allah yang penuh kasih dan belas kasih.

Kita pun diajak untuk memiliki hati seperti Yesus — hati yang peka terhadap penderitaan sesama, hati yang berani mengulurkan tangan bagi mereka yang kecil dan terluka. Menghargai sesama bukan sekadar menghormati keberadaannya, tetapi juga menyalurkan kasih Allah agar mereka merasakan bahwa hidup mereka berharga di mata Tuhan.
Santo John Henry Newman pernah menulis dengan indah:

“Jika aku sakit, biarlah sakitku menjadi alat-Nya. Jika aku susah, biarlah susahku menjadi alat-Nya. Dia tidak memberi sesuatu yang sia-sia.”

Kata-kata ini mengingatkan kita bahwa dalam setiap situasi — baik suka maupun duka — Allah berkarya. Bahkan melalui kesulitan, Ia dapat memancarkan kasih-Nya bagi dunia.

Marilah hari ini kita membuka hati untuk mengasihi tanpa batas, menghargai tanpa pandang bulu, dan membiarkan hidup kita menjadi saluran kasih Allah bagi siapa pun yang kita jumpai.

<span;>Tuhan memberkati. Ave Maria!