Renungan Harian, 21 November 2025
PW. Maria Dipersembahkan Kepada Allah
Bacaan I: 1Mak 4:36-37.52-59
Bacaan Injil: Luk 19:45-48
Kadang kita membayangkan cinta kasih selalu lembut, halus, dan penuh belas kasih. Namun hari ini Yesus menunjukkan sisi lain dari cinta itu—cinta yang tegas, bahkan tampak keras. Dalam Injil, Yesus mengusir para pedagang dari Bait Allah. Ia marah bukan karena emosi sesaat, melainkan karena kecintaan-Nya yang mendalam kepada Bapa dan manusia. Ia marah karena Bait Allah, rumah doa, dirusak oleh keserakahan dan kepentingan pribadi.
Sebelumnya, Yesus menangis atas Yerusalem yang buta terhadap lawatan Tuhan. Yang tidak mampu melihat kasih Allah hadir di tengah hidup mereka. Hari ini, Yesus tidak lagi menangis—Ia marah! Kemarahan-Nya adalah wujud kasih, karena Ia ingin menyadarkan manusia dari dosa yang merusak kehidupan rohani mereka.
Yesus marah ketika agama dimanipulasi.
Ia marah ketika yang suci diperdagangkan.
Ia marah ketika orang mencari keuntungan dari penderitaan sesamanya.
Ia marah ketika hati manusia mengeras dan menjauh dari Allah.
Kemarahan Yesus bukan untuk menghukum, melainkan untuk mengajak bertobat. Tindakan keras-Nya lahir dari kerinduan agar manusia kembali kepada Allah dan menemukan keselamatan.
Yesus berkata, “Rumah-Ku adalah rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun.” (Luk 19:46)
Hari ini Gereja merayakan Peringatan Wajib Maria Dipersembahkan kepada Allah. Maria adalah pribadi yang mempersembahkan seluruh hidupnya sebagai “rumah doa,” tempat Allah tinggal. Ia murni, taat, dan penuh kasih—sebuah Bait Allah yang hidup. Melalui Maria, kita belajar mempersembahkan hidup bagi Allah dengan hati yang bersih.
Tubuh kita pun adalah Bait Allah. Bukan hanya gedung gereja yang harus dijaga kesuciannya, tetapi juga diri kita sendiri. Namun sering kali, tanpa sadar kita membiarkan hidup kita dikotori oleh dosa, kebiasaan buruk, pikiran jahat, kemarahan, iri hati, atau tindakan yang tidak sesuai kehendak Tuhan.
Karena itu, mari membuka diri terhadap karya Roh Kudus. Biarkan Ia menerangi hati kita supaya kita sadar akan noda dosa yang menempel. Mohonlah kekuatan untuk berani membersihkan diri, supaya hidup kita layak menjadi kediaman Roh Kudus.
Paus Emeritus Benediktus XVI pernah berkata: “Sangat membantu bagi kita untuk mengaku dosa dengan teratur, seperti kita membersihkan rumah kita, paling tidak sekali seminggu—bahkan bila kotorannya selalu sama.”
Semoga kita menjadi Bait Allah yang hidup—rumah doa yang tidak tercemar dan dipersembahkan sepenuhnya bagi Tuhan, seperti Santa Perawan Maria.
Tuhan memberkati. Ave Maria!





