Renungan Harian: Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?

115

Renungan Harian – Senin, 18 Agustus 2025
Bacaan Injil: Matius 19:16-22

Kelekatan pada harta duniawi dapat menjadi jerat berbahaya bagi jiwa kita. Ketika hati terlalu terpaut pada kekayaan, hidup kita mudah dikuasai oleh kerakusan dan ketamakan. Harta lalu menjadi tujuan utama, bahkan ditempatkan di atas segala sesuatu — termasuk di atas Tuhan sendiri. Padahal, sebagai pengikut Kristus, kita tidak dipanggil untuk membenci atau menolak harta dunia. Yesus pun tidak pernah melarang kita bekerja atau memiliki kekayaan. Namun, Ia mengingatkan agar kita tidak menjadikan harta sebagai tujuan akhir hidup ini.

Injil hari ini menceritakan seorang pemuda yang datang kepada Yesus dengan pertanyaan tulus: “Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” (Mat 19:16). Yesus pertama-tama menegaskan pentingnya menaati perintah Allah — sebuah kewajiban mendasar setiap orang beriman. Pemuda itu mengaku telah melakukannya. Namun Yesus menantangnya untuk melangkah lebih jauh: “Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di surga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.” (Mat 19:21).

Ajakan itu sungguh berat. Pemuda itu pergi dengan sedih karena hartanya banyak. Yesus tidak sedang mengajarkan bahwa setiap orang harus menjual seluruh hartanya, melainkan Ia sedang menyingkapkan bahaya kelekatan pada kekayaan: ketika harta menjadi penghalang untuk mengasihi Allah dan sesama.

Kesalehan Kristiani tidak berhenti pada ketaatan pribadi, tetapi harus tampak dalam kasih yang nyata. Kekudusan sejati akan mendorong kita keluar dari keegoisan dan menggerakkan kita untuk berbagi, melayani, dan berkorban. Harta dunia hanyalah sarana — bukan tujuan. Kebahagiaan sejati bukan terletak pada banyaknya harta, melainkan pada persatuan dengan Allah dan kehidupan kekal di surga.

Semoga kita belajar untuk memiliki “kemiskinan hati” di hadapan Allah — sikap lepas bebas terhadap harta benda. Dengan begitu, kita berani mengalirkan kasih dan rahmat yang kita terima kepada mereka yang membutuhkan. Biarlah harta dunia yang kita miliki menjadi batu loncatan untuk menggapai harta surgawi.

Tuhan memberkati. Ave Maria!