Renungan Harian: “Berjuang Masuk Melalui Pintu yang Sempit”

121

Renungan Harian – Rabu, 29 Oktober 2025
Bacaan I: Roma 8:26-30
Bacaan Injil: Lukas 13:22-30

“Berjuang Masuk Melalui Pintu yang Sempit”

Dalam surat kepada jemaat di Roma, Rasul Paulus menegaskan suatu kepastian iman yang menguatkan hati kita: “Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia.” (Rom 8:28). Kata-kata ini bukan sekadar penghiburan rohani, tetapi merupakan jaminan bahwa Roh Allah selalu hadir dan menuntun kita dalam setiap langkah hidup, bahkan dalam kelemahan dan pergumulan kita yang paling dalam. Ketika kita tidak tahu harus berdoa apa atau berbuat apa, Roh sendiri berdoa untuk kita, menuntun kita agar tetap berada di jalan keselamatan.

Sementara itu, dalam Injil hari ini, Yesus memberi sebuah tantangan yang sangat serius: “Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu.” (Luk 13:24). Ia ingin mengatakan bahwa keselamatan bukanlah hasil dari kebiasaan atau status, melainkan buah dari perjuangan dan kesetiaan. Pintu menuju Kerajaan Allah itu sempit karena hanya dapat dimasuki oleh mereka yang mau menanggalkan kesombongan, keangkuhan, dan segala beban dosa yang menutupi hati.

Hidup iman memang bukan jalan yang mudah. Untuk menjadi murid Kristus, kita dipanggil untuk berjuang, bukan sekadar berjalan santai. Tidak ada jalan pintas menuju kekudusan. Kita perlu berproses terus-menerus, dengan disiplin, ketekunan, dan keberanian menghadapi tantangan hidup. Proses itu bisa terasa sempit, bahkan menyakitkan, namun justru di situlah kita dibentuk dan dimurnikan.

Salah satu sikap kunci agar bisa melewati pintu yang sempit adalah kerendahan hati. Hanya orang yang “mengecilkan diri” di hadapan Allah yang dapat melangkah masuk. Santa Teresia dari Kanak-kanak Yesus menulis dengan indah: “Meskipun saya sangat kecil, saya berani memandang kepada Matahari ilahi, Matahari cinta kasih.” Dalam pengakuan akan “kecilnya diri”, justru kita menemukan kekuatan besar dari kasih Allah. Ketika kita sadar bahwa kita bukan siapa-siapa tanpa Dia, saat itulah kita menjadi cukup ringan untuk melewati pintu yang sempit itu.

Mengecilkan diri berarti mengosongkan diri dari ego, keinginan pribadi, dan kepentingan diri sendiri—sebagaimana Kristus sendiri telah mengosongkan diri-Nya (bdk. Flp 2:7). Semakin kita rendah hati dan berserah, semakin Allah berkarya dalam diri kita. Dan pada akhirnya, bukan kekuatan kita yang membuat kita masuk ke dalam Kerajaan Allah, melainkan rahmat-Nya yang bekerja dalam setiap perjuangan kecil kita sehari-hari.

Tuhan memberkati. Ave Maria.