Renungan Harian: “Berdoa dengan Setia di Tengah Dunia yang Sibuk dan Tak Pasti”

154

Renungan Harian – Minggu, 19 Oktober 2025
Minggu Biasa XXIX
Bacaan I: Kel 17:8–13
Bacaan II: 2Tim 3:14–4:2
Injil: Luk 18:1–8

“Berdoa dengan Setia di Tengah Dunia yang Sibuk dan Tak Pasti”

Sejauh mana kita masih bertekun dan setia dalam doa di tengah dunia yang serba cepat dan penuh tekanan ini? Banyak dari kita mungkin mengawali hari dengan niat untuk berdoa, tetapi kemudian tenggelam dalam rutinitas, pekerjaan, dan kecemasan hidup. Ada pula yang sudah lama berdoa untuk satu hal — entah kesembuhan, pekerjaan, perdamaian keluarga, atau keadilan — tetapi belum juga terkabul. Akibatnya, doa terasa hampa, kering, bahkan sia-sia.

Injil hari ini (Luk 18:1–8) berbicara tentang seorang janda yang terus memohon keadilan kepada hakim yang tidak takut akan Allah dan tidak menghormati siapa pun. Sekilas, kisah ini tampak sederhana. Namun Yesus mau menunjukkan satu hal penting: Allah bukan seperti hakim itu. Jika hakim yang lalim saja akhirnya mendengarkan karena ketekunan si janda, apalagi Allah yang penuh kasih dan peduli kepada umat-Nya.

Yesus menegaskan: “Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya?” (Luk 18:7.

Artinya, Tuhan tidak tuli terhadap doa kita. Ia mendengarkan setiap seruan hati, meski jawaban-Nya mungkin tidak selalu sesuai waktu dan cara yang kita harapkan. Kadang Ia menunda bukan karena tak peduli, melainkan karena sedang mengajar kita untuk percaya lebih dalam, berharap lebih kuat, dan menyerahkan diri sepenuhnya pada-Nya.

Bacaan pertama dari Keluaran 17:8–13 menggambarkan Musa yang berdoa di atas gunung sambil mengangkat tangan. Selama tangannya terangkat, Israel menang; tetapi ketika ia lelah dan menurunkan tangan, musuh mulai unggul. Maka Harun dan Hur menopang tangannya sampai matahari terbenam.

Gambaran ini begitu indah: doa memang melelahkan, tetapi ketekunan dalam doa membawa kemenangan. Dalam kehidupan sekarang pun, kita butuh “Harun dan Hur” — saudara, teman, atau komunitas yang menopang kita saat iman kita mulai lemah.

Rasul Paulus dalam bacaan kedua (2Tim 3:14–4:2) juga menasihati Timotius agar tetap berpegang pada iman dan sabda Allah, “baik atau tidak baik waktunya.” Doa yang berakar pada Sabda Tuhan memberi kekuatan bagi kita untuk bertahan di masa sulit.

Marilah kita membangun semangat ketekunan dan kesetiaan dalam berdoa. Jangan jenuh, jangan putus asa. Percayalah: doa yang lahir dari hati yang tulus menembus langit dan sampai pada Bapa.

Mungkin bukan hari ini jawaban itu datang, tapi yakinlah — Tuhan sedang bekerja dalam diam untuk menyiapkan yang terbaik bagi kita.

“Bertekunlah dalam doa, bersyukurlah dalam segala hal.” (bdk. 1Tes 5:17–18)

Selamat Hari Minggu. Tuhan memberkati, dan Ave Maria!