Menghargai Diri Sendiri

2
(Pastor Petrus Plu’e, Pr)

Menghargai diri sendiri timbul dari rasa syukur terhadap pencipta yang maha cinta. Segala sesuatu di alam raya ini mempunyai makna khusus. Para ahli pelestarian lingkungan hidup semakin sadar akan kenyataan, bahwa lenyapnya suatu tumbuhan atau binatang itu mengacaukan keseimbangan di dalam lingkungan.  Semut yang paling kecil pun mempunyai makna. Setiap pribadi itu khusus sekali di mata Tuhan, karena Tuhan dari kekal sudah menandai orang itu untuk menjalankan tugas istimewa dalam hidupnya. Namun, Tuhan menghargai kebebasan setiap orang. Hanya bila kita menghargai diri sendiri, kita menjadi peka terhadap rencana Tuhan tentang setiap diri kita.  

Jika diri sendiri ditolak atau dibenci tanpa sadar, di situ orang tidak bisa merasa damai. Ia selanjutnya terus lari; rasanya mau menjauhi seseorang atau sesuatu. Kenyataannya, ia lari menjauhi dirinya sendiri dan Tuhan. Orang seperti ini, akan merasa hubungan dan doa itu menjadi beban berat baginya. Di masa lampau, kerendahan hati ditafsirkan salah dan dijadikan perendahan diri serta penolakan diri sendiri. Namun, rendah hati yang sejati itu berarti bersyukur dan mau menerima diri sendiri. Kita wajib menerima atas karunia-karunia yang Allah berikan kepada kita. Hanya kemudian, kita dapat menggunakannya untuk kebaikan orang lain dan kemuliaan Tuhan. Seperti kita menerima karunia-karunia yang diberikan kepada kita, maka kita juga harus menerima keterbatasan dan kesalahan-kesalahan kita. Tetapi kita tidak perlu menjadi kesal karenanya. Kita dapat berkembang dan memanfaatkannya demi kebaikan kita.

Helen Keller dengan segala hambatan fisiknya ( buta, tuli, bisu ) tidak merasa terhalang untuk berkembang berbuat baik dan menjadi berarti untuk banyak orang. Dia menjadi inspirasi bagi seluruh dunia. Bila kita memanfaatkan keterbatasan dan kesalahan kita itu merupakan unsur penting dalam proses perkembangan dan kedewasaan pribadi kita. St. Agustinus yang berahun-tahun berjalan melalui kesalahan, kesesatan dan bahkan dosa, tetapi ia mencapai kebesaran hanya karena menerima dirinya sendiri sepenuhnya. Kita mencapai keutuhan pribadi tidak dengan dilahirkan sempurna dari orang tua sempurna dan lingkungan sempurna, tetapi dengan menerima kenyataan bahwa hambatan-hambatan manusia itu sarana untuk mengembangkan kekuatan jiwa, yaitu jiwa yang membuka jalan menuju kedewasaan. 

Jika orang muak akan dirinya sendiri, dengan sendirinya ia muak akan orang lain juga. Jika ia tidak mencintai dirinya sendiri, dengan sedirinya ia juga tidak mencintai orang lain. Jika ia menghargai dirinya sendiri, maka dengan sendirinya ia pasti menghargai orang lain. Dengan menghargai diri sendiri berarti kita sudah mensyukuri anugerah ciptaan Tuhan dalam diri kita. Dengan menghargai diri sendiri berarti kita bisa menerima diri kita apa adanya; keterbatasan, kelemahan dan kekurangan yang ada padaku. Pribadi yang menghargai diri sendiri adalah pribadi yang menjadi matang karena penerimaan diri sendiri. Ia sadar akan keistimewaan dan keterbatasannya. Ia menghargai karunianya, tetapi sabar menerima kekurangannya sebagai manusia, kedosaannya dan kelemahannya. Apakah anda bisa menghargai diri sendiri?