
Komsoskms.org-Skema tahun liturgi Gereja Katolik, jika diurutkan dari pembukaan tahun liturgi kurang lebih sebagai berikut; masa Adven, masa Natal, masa biasa I, masa Prapaskah, masa Paskah, dan masa biasa II. Masa Adven yakni masa untuk mengenang kedatangan Yesus Kristus. Selanjutnya, masa Natal. Masa Adven merupakan masa yang dipersiapkan untuk hari Raya Natal. Natal bermakna kelahiran. Pada saat itu Gereja menyambut Yesus yang lahir sebagai anak manusia (Inkarnasi). Lalu, masa Prapaskah. Masa ini dimulai pada hari Rabu Abu hingga 40 hari seterusnya. Masa ini juga dikenal dengan masa puasa atau masa Quadragesima. Berikutnya adalah masa Paskah.
Dalam masa ini umat kristiani merayakan kebangkitan dan kenaikan Tuhan. Selanjutnya adalah masa biasa. Masa biasa merupakan kesempatan bagi umat kristiani untuk menunjukkan kesaksian di dunia sebagai pengikut Tuhan Yesus dalam setiap tugas dan tanggung jawabnya. Pada intinya, semua masa-masa dalam lingkaran masa litrugi gereja Katolik memiliki makna dan bahan refleksi masing-masing. Tujuannya, supaya iman penganutnya selalu diperbaharui dari waktu ke waktu dan bertumbuh di tengah kehidupan masing-masing.
Pada saat ini umat Katolik sementara berada dalam masa Prapaskah. Kewajiban utamanya adalah menjalankan pesan Tuhan yakni puasa, pantang dan beramal. Selain itu, ada juga sekelompok orang yang berupaya memaknai masa retret panjang ini dengan melakukan rekoleksi atau kegiatan rohani lainnya. Komunitas religius Matrida Sorong – Aimas misalnya. Kelompok ini mengisi waktu di masa Prapaskah ini dengan menjalankan rekoleksi bersama.
Pada Rabu, 22 Maret 2023, pada saat umat Hindu merayakan Hari Suci Nyepi, sejumlah biarawan dan biarawati datang dari berbagai komunitas biaranya masing-masing yang ada di Sorong dan Aimas, dan berkumpul bersama di biara Tarekat Maria Mediatrix (TMM) Sorong, yang letaknya tepat di belakang gereja Katolik St. Petrus Remu. Biara itu menjadi tempat yang dipilih untuk menjalankan rekoleksi bersama anggota Matrida. Pemimpin rekoleksi adalah Pater Anton Manehat, SVD, seorang imam-biarawan yang sudah cukup lama berkarya di Keuskupan Manokwari-Sorong ini. Tema yang dijadikan bahan rekoleksi selaras dengan tema APPN 2023; “Keadilan Ekologis bagi Seluruh Ciptaan; Semakin Mengasihi dan Lebih Peduli.”
Dalam permenungannya, Pater Anton berupaya menerjemahkan tema APPN tersebut ke dalam tugas dan tanggung jawab sebagai kelompok religius (Matrida) di keuskupan ini. Ia berpesan,”Sebagai komunitas religius (Matrida), kita harus ikut serta membangun Gereja lokal. Kita harus menjalankan fungsi dan tugas kenabian dengan menyambut dan mewartakan Sabda Allah. Berdasarkan tugas tersebut, maka kita bersatu dengan Allah melalui doa dan ibadat.
Komunitas religius (Matrida) merupakan suatu keluarga besar pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya. Dalam konteks kehidupan masyarakat, kita hidup dan berada di tengah-tengah masyarakat manusia yang majemuk, secara khusus menyangkut etnis, budaya, ras, agama, dan suku, maka kita dituntut untuk hidup rukun dan damai, suci dan kudus sesuai dengan kebajikan-kebajikan kristiani sebagaimana diamanatkan Kitab Suci.
Selain daripada itu, sebagai komunitas religius (Matrida), kita pun harus memiliki belas kasihan, kerendahan hati, kelemah-lembutan dan kesabaran. Di atas segalanya, sebagai komunitas religius kita harus memiliki kasih sebagai tali pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan. Kebajikan hidup kristiani merupakan warta universal yang mampu meruntuhkan tembok pembatas pluralitas kehidupan keluarga, masyarakat dan bangsa. Kita pun diharapkan mampu bertumbuh dan berkembang menjadi pribadi-pribadi yang saling bersaksi dan berbelarasa, saling membimbing dan mengasihi seturut amanat Yesus Kristus yang adalah tokoh penyelamat umat manusia dan model pewarta sejati.”
Dalam kaitan dengan tema APPN 2023, pastor yang berdomisili di paroki St. Petrus Remu itu pun berpesan kepada segenap anggota Matrida yang hadir pada kesempatan itu. “Lewat tema APPN 2023, “Keadilan ekologis bagi seluruh ciptaan; semakin mengasihi dan lebih peduli,” kita diajak untuk ikut bertanggung jawab dalam menjaga dan melestarikan lingkungan hidup. Kita harus paham bahwa hubungan antara manusia dan lingkungan hidup tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Manusia tidak bisa hidup di ruang hampa, tetapi terjalin erat dengan lingkungan hidupnya untuk menopang kehidupannya. Namun usaha ini tidak bisa dipisahkan dari lingkungan hidup di mana kita hidup dan berada. Lingkungan hidup yang bersih dan sehat dapat menjamin kelangsungan hidup manusia dan makluk hidup lainnya.”
Kegiatan rekoleksi ini dilanjutkan dengan perayaan Ekaristi dan serah terima tugas dan tanggung jawab dari pengurus Matrida yang lama ke pengurus Matrida yang baru; “dari Sr. Ignatio Nudek, CIJ ke Sr. Yohana Mandessy, TMM.” (Sekretaris Matrida Sorong – Aimas). (Matrida)