Rm. Daniel W. Gobai, Pr.
(Mantan Mahasiswa STFT Fajar Timur)
Anak dari suku pedalaman Papua, wilayah adat meepago, dari kampung Uwebutu Yatamo Paniai, suatu kampung kecil, yang sesungguhnya tidak masuk dalam hitungan. Namun Allah mengindahkan kesetiaan dan dedikasinya. Loyalitas dan semangatnya.
Ketika menulis kisah singkat ini, penulis bingung memberi judul apa. Kebingungan ini membuat jeda yang lama. Berbicara tentang Pater Yan, sebutan akrab untuk Uskup Keuskupan Jayapura terpilih, Yang Mulia Mgr. Yanuarius Teofilus Matopai You memang tidak menarik, tidak unik, tidak mentereng, tidak popular bagi banyak kalangan. Dia tidak sepopuler imam lain, sebut saja misalnya Alm. RD. Neles Tebay atau Mgr. Jhon Saklil. Namun, ukuran Tuhan bukanlah ketenaran yang dilihat pertama. Juga bukan kekayaan, kenyamanan, yang menjadi tolak ukur seseorang untuk dipilih menjadi Uskup. Semua itu, rupanya bukan, walaupun kadang hal-hal itu perlu. Lalu apa saja keunggulan/keutamaan P. Yan You, sehingga ia dipilih oleh Paus Fransiskus? Barangkali itulah pertanyaan banyak kalangan di Papua maupun di segenap Nusantara yang belum mengenal Mgr. Yan You? Menurut penulis, jawaban paling kunci atau paling hakiki, hanya ada pada Tuhan. Mungkin juga jawaban ada pada Uskup pendahulu dan yang bersangkutan. Untuk itu, tulisan ini bukanlah sebuah ulasan lengkap komprehensif menyangkut segala keutamaan dan kelebihan Mgr. Yan You. Coretan ini, sifatnya berupa refleksi serta lebih bernuansa kekaguman pribadi penulis kepada sosok luar biasa, yang selalu berkobar-kobar ketika menegaskan ungkapan, “imam harga mati” kepada kalangan mahasiswa anak didiknya.
Momen khusus Pastor Yanuarius You (Kanan), Uskup terpilih Keuskupan Jayapura, sedang berfoto santai dengan salah satu mantan mahasiswanya, RD. Daniel W. Gobai (Kiri bertopi) |
Kebetulan Uskup terpilih adalah mantan dosen, mantan pembina dari penulis sendiri. Hanya ada dua kata: Kesetiaan dan Kejujuran bisa menggambarkan keseluruhan hidup dan karya Mgr. Yan You. Dia adalah imam senior dari segi tahbisan. Namun memberi teladan, hidup apa adanya, militan dan penuh semangat, bahkan kerap lebih bersemangat dari kebanyakan imam muda. Ia membawa kesegaran, memiliki daya pikat tersendiri, khas dan otentik. Kembali lagi, apa keutamaan/virtuesnya sehingga Allah bisa memilihnya?
Bagi penulis, Allah memilih dia bukan pula karena ia menang tender proyek di Vatikan. Juga bukan karena dia menyogok Uskup pendahulunya Yang Mulia Mgr. Leo Laba Ladjar OFM, atau terpilih karena ancaman banyak pihak kepada pihak tertentu. Juga dia terpilih bukan karena adanya aneka macam desakan sana sini, supaya orang jangan merasa sombong, berbangga hati seolah-olah berjasa kepada Uskup terpilih maupun kepada Allah yang memilihnya. Seakan-akan Allah tunduk dan patuh pada aneka desakan lalu memilih dan memutuskan. Bila poin-poin ini adalah demikian benar adanya, maka hal-hal itu, justru bertentangan dengan corak hidup Mgr. Yan You. Paling penting adalah, beliau hidup bersahaja, rendah hati, hidup tidak banyak menuntut, sederhana, tinggal di rumah tua, kendaraan operasional pun tidak layak untuk dipakai orang sekelas beliau. Lalu, lantas apa faktor utama dia terpilih menjadi Uskup Jayapura? Setelah namanya di umumkan, apakah sekarang dia merasa berutang budi kepada suku atau etnis tertentu, adat tertentu, bahasa atau budaya tertentu, warga di pulau tertentu karena merasa paling berjasa mengantar salah satu putra terbaik Keuskupan Jayapura menjadi Uskup Jayapura? Barangkali dalam kaitannya dengan keterpilihannya sebagai Uskup Jayapura, ia sama sekali tidak berutang budi dengan pihak manapun kecuali pihak Allah. Rahmat ini (baca: keterpilihan Uskup) semata mata hanya karena kebaikan Tuhan. Benar bahwa banyak umat mendoakannya, Allah mengintervensi perlbagai kalangan, mereka bergerak dalam diam. Dalam hal inilah Mgr. Yan tentu berutang budi kepada Allah atas segala cara-Nya. Walau sedikitpun dia tidak berhak memohon dirinya ditunjuk menjadi Uskup lantaran jasa-jasanya selama ini. Ia hanyalah seoarang Yanuarius Teofilus Matopai You. Anak berbudaya koteka, dari suku pedalaman Papua, wilayah adat meepago, dari kampung Uwebutu Yatamo Paniai, suatu kampung kecil, yang sesungguhnya tidak masuk dalam hitungan. Namun Allah mengindahkan kesetiaan dan dedikasinya. Loyalitas dan semangatnya.
Sekali lagi, Mgr. Yan You terpilih, semata mata semua karena rahmat kesetiaannya kepada Allah dan Gereja-Nya. Ia (Baca: Pater Yan) pribadi yang setia kepada Uskup dan setia pada aneka karya perutusannya. Bila kita membaca/menyimak riwayat hidup dan karyanya, memperlihatkan dengan jelas, tegas juga lugas, siapa dia sesungguhnya. Ia sejatinya adalah hamba yang setia. Imam sejati/imam selamanya (Mzm 110:4) menurut ketentuan Melkisedek.
Ia luar biasa, dasyat dan sungguh orang pilihan Allah. Keluar masuk pedalaman Keuskupan Jayapura Papua dan sebagian Wilayah Keuskupan Timika sewaktu belum dimekarkan menjadi keuskupan definitif sejak April 2004 silam. Ia setia mengabdi dan melayani dengan penuh rendah hati dan semangat. Dia bertugas di banyak tempat, matang secara pribadi, rohani, intelektual, dan hidup berpastoralpun sungguh mengagumkan.
Menjumpai banyak kalangan, merangkul umat dalam jumlah, tidak tebang pilih dalam bergaul/berteman, tangan dan hati yang terbuka untuk menerima dan menyambut siapa saja adalah keutamaan-keutamaan lain yang patut diperhitungkan. Ia gembala yang biak, tidak banyak neko-neko, berkata apa adanya, selalu berkata jujur. Itulah arti kata “Matopai”. Sebuah kata nama adat Mee: salah satu suku pedalaman Paniai, yang disematkan kepada Mgr. Yan You. Barangkali, jiwa kebapaan dan ketaatan kepada tugas dan peturusan, membuat dia mendapat tempat istimewa di hati Allah dan para wali gereja (baca: Para Uskup Papua) guna diperhitungkan sebagai salah satu calon kuat Uskup. Lebih daripada itu, kerendahan hati dan kesetiaannya pada imamat suci dan tugas perutusanlah yang membuatnya amat sangat diperhitungkan Tuhan. Dalam hal ini, ia memberi teladan dan pelajaran berharga bagi kami. Entah itu melalui pembelajaran maupun melalui praktek hidup harian bersama kami.
Mgr. Yan You bukan hanya pengajar di dua kampus berbeda, STFT Fajar Timur Abepura dan Sekolah Tinggi Pastoral Kateketik St. Yohanes Rasul Jayapura. Lebih daripada itu, dia adalah formator/pembimbing calon imam. Hampir satu decade lebih belakangan ini, ia hidup, makan dan minum bersama para frater, calon imam diosesan di Seminari Tinggi St. Yohanes Maria Vianey Keuskupan Jayapura. Sekali lagi, ia terpilih bukan atas dasar jasa sekalangan umat tertentu, suku tertentu, oknum atau kelompok tertentu. Akan tetapi, dia terpilih dan terpanggil, dikhususkan dan diistimewakan oleh karena kemurahan Allah semata di satu sisi namun di lain sisi kesetiaannya untuk merawat, menjaga, memelihara imamatnya membuat Mgr. Yan layak mendapat apresiasi banyak kalangan.
Sekali lagi, ia terpilih bukan atas dasar jasa sekalangan umat tertentu, suku tertentu, oknum atau kelompok tertentu. Akan tetapi, dia terpilih dan terpanggil, dikhususkan dan diistimewakan oleh karena kemurahan Allah semata di satu sisi namun di lain sisi kesetiaannya untuk merawat, menjaga, memelihara imamatnya membuat Mgr. Yan layak mendapat apresiasi banyak kalangan.
Kecuali itu, ia Uskup Papua Asli. Ini sungguh suatu sejarah baru, barangkali dia berhasil mematahkan anggapan atau kutukan masa lalu yang kolot tentang orang Papua. Terkait ini, Mgr. Yan You layak dan pantas mendapat tempat amat sangat istimewa di hati sanubari Orang Asli Papua. Namun, patut diingat Mgr. Yan You hanya asalnya dari Papua, dia adalah gembala umat, dia adalah Uskup untuk segenap orang berdosa dan orang benar, orang tua dan muda, kelompok kaya dan miskin. Singkatnya, ia bukan figur pemecah belah umat, bukan kelompok pengacau, melainkan dia orang pilihan Allah yang tepat. Mgr. Yan You tidak terpilih sebagai uskup untuk kelompok utara atau selatan melainkan ia Uskup terpilih untuk kelompok Timur hingga Barat. Untuk itu, Mgr. Yan selamat melayani. Kami mendoakan, kami mendukung, kami ada bersama engkau. Kami tidak ingin engkau dipenjara dalam kepicikan pikiran kami, primordialisme suku dan bahasa kami, kekolotan cara pandang kami, sebab bagi kami, engkau gembala baik, imam setia, imam teladan, senior berhati bapa. Atas semuanya itu engkau adalah Uskup Gereja Katolik, alat pilihan Allah, dipilih bukan karena aneka kelebihan, kemewahan, kekayaan, kehormatan, kepopuleran yang ada padamu. Dalilnya jelas engkau baik, bapa bagi kami semua, gembala bijaksana dan Gereja Katolik bangga memiliki engkau sang pekerja/pewarta handal Allah.*
Sorong, 30 Oktober 2022-Keuskupan Manokwari-Sorong