
AYAWASI, KOMSOSKMS.ORG – Suasana gegap gempita memenuhi Kampung Ayawasi pada momen bersejarah penyambutan Salib Indonesian Youth Day (IYD) di Paroki St. Yoseph Ayawasi. Sejak pagi hari, masyarakat sudah berkumpul di sepanjang jalan kampung. Nuansa budaya terasa sangat kuat—mulai dari anak-anak, kaum muda, hingga orang dewasa mengenakan pakaian adat Maybrat. Hentakan kaki, tarian adat, dan sorak sukacita menjadi iringan meriah bagi Salib IYD yang diarak masuk ke pusat Paroki.

Perarakan Salib dari Paroki St. Andreas Ayata
Salib IYD datang dari Paroki St. Andreas Ayata, tempat Salib ini menetap selama satu bulan. Sepanjang waktu itu, berbagai kegiatan iman bagi Orang Muda Katolik (OMK) diselenggarakan, termasuk perayaan Hari Orang Muda Sedunia (HOMS) ke-40 Tim Pastoral Wilayah Maybrat.

Rombongan perarakan umat Ayawasi tang terdiri dari kendaraan roda dua dan roda empat telah menanti di Faitmayaf. Umat Paroki Ayawasi menyambut kedatangan mereka, lalu bersama-sama mengarak Salib menuju Kampung Ayawasi.
Turut hadir pula para tokoh pemerintahan: Sekda Kabupaten Maybrat Ferdinandus Taa, S.H., M.Si., anggota DPRK Maybrat, Kapolres, dan Dandim 1809 Maybrat, yang menandai dukungan penuh pemerintah terhadap perjalanan iman dan kebudayaan ini.

Tangis Haru, Sukacita, dan Iman yang Dipersatukan
Saat Salib tiba di Kampung Ayawasi, suasana berubah menjadi penuh haru. Tak sedikit umat meneteskan air mata ketika Salib—tanda keselamatan dan harapan—diangkat dan dipersembahkan bagi seluruh umat. Salib diserahkan oleh Pastor Ferdinandus Sabu, Pr kepada Pastor Felix Janggur, OSA, selaku Pastor Paroki St. Yoseph Ayawasi.

Sebagai bentuk penghormatan budaya, panitia, tokoh masyarakat, Ketua Dewan Paroki, serta pemerintah memasangkan atribut budaya Maybrat pada Salib sebelum diarak menuju Gereja. Tarian-tarian tetap mengiringi perjalanan Salib, menandakan bahwa iman dan budaya bersatu dalam satu gerak sukacita.

Perayaan Ekaristi: Tiga Makna Salib IYD
Setibanya di Gereja, Perayaan Ekaristi dipimpin oleh Pastor Paroki, Pastor Felix Janggur, OSA, didampingi Pastor Fransiskus Katino, Pr, dan Pater Valerius Serin, OSA.
Dalam homilinya, Pastor Fransiskus Katino, Pr menegaskan bahwa kehadiran Salib IYD membawa tiga makna penting bagi kehidupan umat: Salib memperkokoh militansi iman, Salib mempersatukan dan memperkuat persaudaraan dan Salib menjadi sumber misi dan pelayanan terutama bagi mereka yang menderita.

Ia mengaitkannya dengan iman perwira Romawi yang percaya pada kuasa Yesus.
“Perwira Romawi mengajarkan kepqda kita bahwa iman terbesar lahir ketika kita berserah pada kuasa Allah. Salib ini mengingatkan kita bahwa Allah mengasihi kita secara total, kita dipersatukan dalam kasih tersebut, dan kita diutus untuk mewartakan kasih itu,” tegasnya.
Pastor Felix: “Kita adalah satu, maka kita harus bersaudara”
Pastor Felix Janggur, OSA mengajak umat memperkuat persatuan dalam terang Salib. Mengutip Doa Yesus dalam, ia menekankan bahwa Kristus menghendaki agar semua murid-Nya bersatu.
“Kita adalah satu, maka kita harus bersaudara. Kita membangun semangat sehati dan sejiwa dalam iman,” tegasnya.

Dukungan Panitia, OMK, dan Pemerintah
Ketua Panitia, Titus Korain, menyampaikan rasa syukur dan bangga atas seluruh dukungan umat, tokoh masyarakat, dan pemerintah. Panitia sangat merasakan dukungan besar itu .
Koordinator OMK Paroki, Vincen Turot, mengajak kaum muda berjalan bersama, bersatu, dan berkarya bagi kemuliaan Tuhan di Tanah Maybrat.
Dari pihak pemerintah, Sekda Kabupaten Maybrat, Ferdinandus Taa, mengajak umat menyambut Salib dengan penuh iman dan menjadikannya momentum untuk memperkokoh kehidupan Gereja dan masyarakat.
“Silahkan, selama satu bulan ini, diiisi dengan aneka kegiatan yang dapat menumbuhkan iman. Selain doa-doa juga dilakukan gerakan kasih yang nyata,” tegas Ferry Taa.
“Pemerintah Kabupaten Maybrat terus mendukung setiap kegiatan-kegiatan Gereja,” tegasnya.

Ia juga menyerahkan bantuan 1 ton beras bagi para janda dan kaum miskin, sembari meminta OMK memastikan pembagiannya berjalan baik dan merata.
Iman dan Budaya Menyatu”
Penyambutan Salib IYD di Ayawasi memperlihatkan satu hal mendasar: iman Katolik tidak berdiri sendiri. Iman itu bertumbuh dalam budaya, menghidupi budaya, dan menyucikan budaya. Ketika kaki berhentak ke bumi, ketika tarian penyambutan dilakukan, ketika pakaian adat dikenakan, budaya Maybrat tidak sekadar tampil—tetapi memberi makna pada iman dan sebaliknya, iman memberi daya rohani pada budaya.
C0069 
Salib sebagai Jembatan antara Iman dan Budaya. Salib yang diiringi tarian adat menunjukkan bahwa Kristus hadir di dalam kehidupan masyarakat Maybrat. Ia tidak menghapus budaya, tetapi merangkul dan menyempurnakannya. Inilah wajah Gereja yang inkulturatif, Gereja yang berjalan bersama umat, Gereja yang menyentuh akar budaya dan memperkaya identitas lokal.
Salib Menyatukan. Saat Salib tiba, umat menangis, memuji, dan menari bersama. Tidak ada perbedaan suku, kampung, atau golongan. Salib mempersatukan—seperti dua kayu yang bersilangan namun menyatu dalam kasih. Gereja, umat, tokoh masyarakat, dan pemerintah menyatu dalam satu tujuan: memuliakan Tuhan melalui Salib-Nya.

Salib Mengutus. Dari Salib memancar perutusan. OMK dipanggil untuk menjadi garam dan terang di Tanah Maybrat. Salib IYD menjadi tanda: generasi muda harus bangkit, bergerak, melayani, dan menjadi saksi kasih Allah bagi yang miskin, tertinggal, dan menderita.
Salib telah tiba di Ayawasi. Namun lebih penting lagi, Salib harus tiba dalam hati setiap umat, terutama kaum muda. Dari Tanah Maybrat, dari budaya Maybrat, dari iman yang hidup—Salib itu diwartakan kembali ke seluruh penjuru.
Semoga Salib menjadi sumber kekuatan, persatuan, dan perutusan bagi seluruh umat di Keuskupan Manokwari–Sorong, terutama OMK yang terus berjalan menuju Indonesian Youth Day 2027.




