Homili Hari Komunikasi Sedunia; Membangun Komunikasi yang Baik dan Harmonis

123
Pastor Vian Arianto Foto Bersama dengan Beberapa Seminaris Usai Misa pada Minggu 21 Mei 2023, di Seminari Petrus van Diepen

Pastor Vian Arianto, Pr

Dunia akhir-akhir ini dihujani dengan berbagai problem yang tidak sedikit. Tentu ada penyebab dibalik kemunculan problem-problem itu, dan salah satu dari sekian banyak penyebabnya ialah komunikasi yang buruk. Komunikasi yang buruk ditandai dengan adanya manusia yang tidak mau menjadi pendengar dan pembicara yang baik.

Pada hari ini, hari Minggu Paskah VII yang ditandai dengan hari Komunikasi Sedunia, seluruh umat beriman kristiani diajak untuk membangun komunikasi yang baik dan harmonis, baik dengan Allah maupun dengan sesama . Sabda-sabda suci pada hari ini pun dapat menginspirasi kita untuk membangun relasi yang akrab dan harmonis dengan Allah dan sesama.

Dalam bacaan pertama (Kis. 1:12-14), penginjil Lukas menyuguhkan kepada kita tentang kisah perjalanan pulang Bunda Maria, para murid, dan saudara-saudara Yesus setelah mereka menyaksikan Tuhan Yesus naik ke Surga. Setelah peristiwa kenaikan Tuhan Yesus ke Surga, mereka kembali ke Yerusalem. Kembalinya mereka ke Yerusalem sesuai dengan amanat Yesus bahwa pewartaan mengenai Kerajaan Allah dimulai dari Yerusalem sampai ke ujung bumi. Sesampainya mereka di Yerusalem, mereka dengan sehati bertekun dalam doa. Para murid berdoa karena mereka baru saja berpisah dengan Tuhan Yesus, sebab kenaikan Tuhan Yesus ke Surga menjadi tanda berakhirnya tugas perutusan Tuhan Yesus sebagai manusia di dunia. Selain itu, para murid berdoa karena mereka baru saja menerima tugas perutusan dari Tuhan yang tentunya berat dan tidak mudah. Para murid berdoa menunjukkan dengan jelas bahwa kesanggupan mereka dalam menjalankan tugas perutusan mesti didahulukan dengan komunikasi yang baik dan harmonis dengan Allah.

Dalam bacaan kedua (1Ptr. 4:13-16), kita disuguhi wejangan-wejangan suci bahwa segenap umat beriman kristiani mesti bahagia karena beriman kepada Kristus, bersukacita karena menerima tugas perutusan dari Kristus yaitu mewartakan kebaikan Allah. Sebab, lebih baik menderita karena melakukan kebaikan yang diamanatkan Kristus daripada menderita sebagai pembunuh, pencuri, penjahat, dan pengacau.

Menderita karena melakukan kebaikan yang diamanatkan Kristus memperoleh jaminan kebahagiaan dan keselamatan di akhir zaman. Sedangkan, menderita karena melakukan kejahatan tidak memperoleh kebahagiaan. Sadar atau tidak, ketika orang melakukan kejahatan ia sedang menyiksa dirinya sendiri, ia sedang membuat dirinya menderita, dan merusak relasi Allah dengannya.

Saudara dan saudari yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus, baik bacaan pertama maupun bacaan kedua sekurang-kurangnya menginspirasi kita untuk membangun relasi yang harmonis dengan Allah. Relasi yang harmonis ditandai dengan ketekunan dan kesetiaan untuk berkomunikasi dengan-Nya. Tuhan Yesus dalam bacaan Injil, menunjukkan dengan jelas wujud komunikasi yang baik dan harmonis yaitu dengan berdoa kepada Allah Bapa.

Dalam Kitab Suci Perjanjian Baru, khususnya dalam keempat Injil dikisahkan bahwa Yesus selalu menyempatkan diri untuk berdoa disela-sela kesibukan-Nya mewartakan cinta kasih Allah kepada manusia. Bacaan injil hari ini (Yoh. 17:1-11a) menunjukkan dengan jelas Tuhan Yesus berdoa saat mengadakan perjamuan malam terakhir-Nya bersama para murid. Dalam doa itu, Tuhan Yesus memuliakan Allah Bapa. Sebab, Allah Bapa telah memberikan kuasa kepada-Nya. Ia juga memuliakan Allah Bapa, karena Allah memberikan umat-Nya kepada Tuhan Yesus, Putera-Nya. Selain itu, pada bagian akhir doa-Nya, Ia berdoa untuk para murid, karena para murid masih ada di dalam dunia dan harus melanjutkan tugas perutusan-Nya.

Ketiga sabda Tuhan ini tentu saja menjadi inspirasi yang baik bagi kita untuk berkomunikasi dengan Allah Bapa. Ada beberapa hal yang dapat kita petik dari sabda-sabda suci ini.

Pertama, kita dipanggil untuk menjalin relasi komunikasi yang harmonis dengan Allah secara sungguh-sungguh dan sepenuh hati. Komunikasi yang paling sederhana ialah berdoa kepada Allah. Dengan berdoa, kita bersyukur atas rahmat yang kita terima dari-Nya dan memohon rahmat kekuatan dari Allah. Rahmat kekuatan itu dapat memampukan kita untuk menjadi pendengar dan pewarta kebaikan di mana saja kita berada.

Kedua, kebaikan yang kita lakukan bisa dimulai dengan dan melalui aktifitas harian kita di mana saja kita berada: mencintai alur hidup yang sedang kita jalani, mencintai dan melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang dipercayakan Allah kepada kita dengan sebaik-baiknya, mengingatkan diri kita agar selalu peka untuk berbuat baik kepada sesama, setia dalam bekerja, dan semakin menjadi pribadi yang peduli, serta aktifitas kebaikan lainnya.

Ketiga, membangun komitmen dalam diri bahwa apa yang kita lakukan ialah untuk memuliakan Allah. Oleh karena itu, tugas perutusan yang kita terima mesti dijalankan dengan penuh suka cita. Tidak mudah, itu sudah pasti. Sebab, mewartakan kebaikan Tuhan orang akan mengalami penderitaan atau jalan salib. Penderitaan karena menjalankan tugas perutusan Allah mesti disadari diawal sehingga ketika kesulitan itu hadir kita sudah siap dan mampu menghadapinya.

Keempat, kesetiaan dalam mewartakan kebaikan Allah mesti kita teladani dari sosok Yesus yang adalah Tuhan dan Guru kita. Tuhan Yesus sudah memulainya, maka kini giliran kita dipanggil dan diutus untuk melanjutkan segala hal yang sudah Tuhan ajarkan dan lakukan. Selain itu, kita juga bisa belajar dari para murid yang dengan setia, jatuh dan bangun melaksanakan tugas perutusan yang mereka terima. Tuhan Yesus dan para murid kuat, karena mereka senantiasa berkomunikasi dengan Allah Bapa.

Kelima, apabila kita tidak membangun komunikasi yang baik dengan Allah, kita akan menjadi pribadi yang lemah, malas, tidak setia, mudah rapuh, tidak mau menjadi pendengar dan pembicara yang baik, merasa kehadiran sesama hanya sebagai pengganggu dan pesaing, dan menganggap tugas dan pekerjaan kita hanya sebagai beban hidup. Ingat! Komunikasi yang baik dengan Allah sangat berdampak dalam hidup kita sehari-hari. Oleh karena itu, marilah kita berusaha untuk membangun relasi komunikasi yang baik dan harmonis agar hidup kita menjadi lebih baik dari hari ke hari. Melalui komunikasi yang baik dengan Allah, kita bisa menjadi pendengar dan pewarta yang baik bagi Allah dan sesama. Dengan demikian, kehadiran kita pun menjadi berkat bagi sesama kita di mana saja kita berada. Amin, Tuhan memberkati!