(Mateus Syukur)
Ia mampu meniadakan apa yang sudah ada, ia juga mampu mengadakan apa yang belum ada. Ia seperti manusia setengah dewa. Apabila tangannya menyentuh air, air bisa menjadi beku. Apabila tangannya menuding ke langit yang gelap, langit berubah menjadi cerah. Itulah sebabnya ia begitu disegani oleh masyarakat di desanya. Banyak yang berbondong-bondong datang kepadanya untuk minta pengobatan bagi anggota keluarga yang sakit. Yang lain lagi datang untuk meminta kekebalan, supaya tidak gampang diserang penyakit. Yang paling sering ia lakukan ialah menahan hujan agar jangan sampai turun tatkala warga sedang mengadakan pesta. Benar-benar luarbiasa. Hidupnya tidak sesulit yang manusia pada umumnya pikirkan. Tidak perlu bersusah-susah mencangkul di kebun, toh rejeki baginya ada dalam setiap saku warga desa yang telah berhasil ia kendalikan oleh ilmu sihirnya.
***.
Inilah sekelumit kisah tentang situasi yang paling menguntungkan baginya. Tatkala diadakan suksesi pemilihan kepala desa. Ia menjadi pusat perhatian dari setiap anggota masyarakat. Karena ia mampu memprediksi siapa calon yang bakalan akan terpilih untuk memangku jabatan kepala desa di daerahnya. Maka Pet yang adalah salah satu kandidat yang telah diusung oleh warga. Diam-diam mendatangi lelaki tua itu untuk meminta dukungan.
“Saya datang untuk minta dukungan kae, karena saya juga salah satu calon kepala desa kali ini,” Pinta Pet dengan penuh harap.
“O…soal itu gampang Pet, tidak perlu pikiran saya siap mendukung,” Jawab lelaki tua itu jumawa.
Ia tahu Pet salah satu warga yang masuk dalam nominasi orang berpengaruh dalam segi ekonomi di desanya. Uangnya melimpah, tanahnya juga banyak. Pet memiliki lahan dimana-mana. selain di desanya sendiri, ia juga memiliki tanah di desa lain. Lelaki tua itu tahu kekayaan Pet melimpah ruah. Adalah suatu keberuntungan baginya tatkala Pet bertandang ke rumahnya untuk sekadar meminta bantuan dukungan atas pencalonan dirinya sebagai salah satu kandidat, yang siap bertarung dalam pesta demokrasi di desanya. Benar-benar kehadiran yang sangat mendatangkan rejeki. Pikir lelaki tua itu. Ia mendukung Pet tetapi sebaliknya Pet juga harus mengerti apa yang paling dibutuhkan lelaki pemangku kekuatan gaib itu alias dukun. Disinilah mereka sedang menjalin hubungan berdasarkan kepentingan. Maka mulailah mereka berdua melakukan transaksi jasa.
“Pet kebetulan engkau datang, jujur saya juga sebenarnya butuh bantuan darimu,” Katanya.
“Kae, butuh apa saya siap membantu,” Sahut Pet.
Lelaki tua itu mulai menyihir Pet dengan jurus-jurus mautnya. Ia memutar-mutar pikiran mencari apa yang harus ia tawarkan kepada Pet. Sebenarnya ia ingin mengincar tanahnya Pet yang banyak. Namun pada saat itu ia sangat membutuhkan uang, maka ia mengurungkan niatnya untuk mendapatkan tanah. Suara hatinya berkata lain, uang yang paling penting. Uang itu mahakuasa dengan uang ia bisa menikmati hidup. Bukankah Pet memperoleh banyak tanah karena uang? Ia meyakinkan dirinya dengan pertanyaan retoris demikian. Selama ini juga ia hidup karena uang yang diberikan oleh warga desa sebagai imbalan atas jasanya terhadap mereka. Meskipun demikian ia selalu merasa kurang. Keinginannya untuk memperoleh uang yang banyak telah menggerayangi seluruh jiwa raganya. Ia mau menampung uang sebanyak-banyaknya agar kelak ia disapa bukan hanya sekadar dukun, tetapi dukun sekaligus orang terkaya di desanya. Ia mengharapkan agar Pet memberi lebih banyak dari sekian banyak warga desa yang telah memberikan sedekah kepadanya. Dengan begitu kekayaan Pet perlahan-lahan berkurang. Itulah yang ia impikan.
Ketika kekayaan pet melonjak turun maka secara otomatis ia bergerak naik. Strategi ini penting baginya dalam memperjuangkan gelar terkaya dan dukun yang memiliki ilmu terhebat di desanya. Dengan mendapatkan dua gelar sekaligus lengkap sudah kebahagiaanya di atas bumi ini. Kekayaan Pet memang tak tertandingi. Lebih banyak ia simpan harta kekayaan di luar desa. Strategi demikianlah yang ia gunakan untuk menjaga kemungkinan terburuk yang akan terjadi di desannya. Lelaki tua itu sudah lama mengincar kekayaan Pet, tetapi pengaruh ilmunya hanya sebatas desa, di luar itu ilmunya tidak manjur. Bisa dipastikan kekuatan sihirnya hanya berlaku di desanya saja, tidak bisa menjangkau seluruh dunia.
“Pet saya butuh dana lima juta rupiah,” Lelaki itu meminta.
“Kalau hanya itu gampang kae,” Jawab Pet enteng.
“Tetapi besok malam baru saya beri uangnya kae,” Pet melanjutkan.
“Terimakasih Pet, saya akan perjuangkan agar Pet bisa menang kali ini,” Lelaki tua itu meyakinkan Pet.
Sang dukun menjadi senang, mendapatkan dana besar dari Pet. Kemudian ia bergegas menuju kamar, mengambil sebilah pisau yang katanya berkekuatan gaib. Ia meyakinkan Pet bahwa itu bukan hanya sekadar pisau.
“Pet saya kasi engkau pisau ini,” Katanya.
“Untuk apa?” Tanya Pet ingin tahu.
“Untuk menjaga perjanjian di antara kita dua. Pisau ini mujarab. Saat engkau pegang pisau ini, engkau tidak akan takut kepada sesiapapun di desa ini. Pisau ini juga bisa menarik orang untuk menyukai kita,”
“Luar biasa benar pisau ini,” Pet melonjak kegirangan.
***
Seusai meminta dukungan dari pemangku kekuatan gaib itu, Pet kembali ke rumahnya dengan sukacita. Ia yakin pasti akan lolos menjabat sebagai kepala desa saat pemilihan tiba. Derak kakinya halus agar tidak menggagu tidur penghuni rumah tangganya, terutama istrinya yang adalah anggota salah satu kelompok doa di desanya. Ia membaringkan tubuhnya di kamar lain. Ia ingin menikmati malam itu dalam kesendirian. Lalu ia menyelipkan pisau gaibnya di bawah bantal. Pikirannya jauh melampaui cakrawala, hingga ia tiba di pulau mimpi.
Malam itu ia bermimpi. Sekelebat bayangan hitam jatuh dari atap rumah persis di atas dipan tempat ia membaringkan diri. Bayangan itu berubah bentuk menjadi seekor ular. Pet terjerembab bangkit dari tempat pembaringan. Lekas-lekas ia menjejalkan tangan di bawah bantal. Ia menarik pisau pemberian sang dukun, dan seketika menancapkannya pada leher ular itu. Ular menggelepar dan jatuh teronggok di bawah kolong dipan. Pet akhirnya terjaga, ia duduk merenung mengingat kembali mimpi yang barusan masuk dalam tidurnya yang lelap. “Baru kali ini saya mengalami mimpi buruk seperti ini,” Gumamnya dalam hati. Ia bolak-balik di atas pembaringan, mereka-reka arti mimpi itu namun tak kunjung menemukan jawaban hingga ia kembali ke pulau mimpi. Saat itu ia tak lagi menemukan mimpi yang sama.
***
Hingga keesokan paginya warga desa dihebohkan dengan berita duka. Berita yang menurut mereka tidak masuk di akal. Karena menurut mereka dukun yang mereka andalkan selama ini mati dalam keadaan tidak normal, tangannya mencekik lehernya sendiri. Berita itu menjalar ke seantero desa dan akhirnya bermuara di telinga Pet. Pet diberitahukan oleh istrinya. Istrinya juga dengar dari orang yang kebetulan berpapasan di jalan, saat hendak membeli kopi di kios yang hanya beberapa meter jarak dari rumahnya.
“Dukun itu sudah meninggal,” Kata istrinya.
“Aha..?” Pet mendengus sedih. Lalu teringatlah Pet akan mimpinya semalam tentang ular yang datang bertamu di rumahnya saat tengah malam.
Catatan: Kae artinya kakak laki-laki atau perempuan.