Wawasan

10
 DAPUR PRODUKSI IMAM PROJO DI TANAH PAPUA

(Fr. Anselmus Faan)

    Di tanah Papua, ada lima keuskupan, yakni Keuskupan Agung Merauke, Keuskupan Jayapura, Keuskupan Agats dan Keuskupan Timika. Setiap keuskupan memiliki jumlah umat yang banyak menyebar dari kota sampai pedalaman. Mereka sangat membutuhkan sentuhan pelayanan kasih dari Uskup dan para pastor dalam keuskupan yang didiami. Umat di wilayah pedalaman kurang dilayani, bahkan tidak mendapatkan pelayanan secara efisien karena  medan pelayanan pastoral di setiap keuskupan di tanah Papua sangat berat. Apalagi jumlah imam di setiap keuskupan tidak memadai. Akibatnya umat di stasi pedalaman hanya menerima komuni kudus pada Hari Raya Natal dan Hari Raya Paskah. Bahkan ada umat di sebagian stasi pedalaman lima keuskupan yang belum tentu menerima komuni pada Hari Raya Natal dan Hari Raya Paskah. Stasi Santo Yohanes Rasul Inofina, Paroki Santo Andreas Ayata, Keuskupan Manokwari-Sorong merupakan salah satu stasi yang belum tentu menerima komuni pada Hari Raya Natal dan Hari Raya Paskah.

    Apalagi pada Hari Minggu dan misa harian. Dari kondisi seperti itu, Uskup KMS, para pastor dan semua tenanga pastoral di KMS pasti berusaha untuk melayani umat di pedalaman. Para Uskup di empat keuskupan lain  juga pasti berusaha dengan baik untuk melayani umat di keuskupan masing-masing. Salah satu usaha dari lima Uskup, yakni mendirikan “dapur produksi” imam projo interdiosesan. Saya mengutip judul berikut “dapur produksi imam projo” dari Rektor Seminari Tinggi Interdiosesan Yerusalem Baru Abepura, RD. Maximilian Boas Pegan dalam renungan (tidak ingat persis waktunya). Pasti muncul penasaran tentang apa itu dapur produksi imam projo di tanah Papua? Dan siapa itu imam projo? Saya mencoba untuk menjelaskan yang dimaksud dengan “dapur produksi” imam projo dan siapa itu imam projo menurut refleksi saya.   

Apa Itu “Dapur Produksi” Imam Projo di Tanah Papua?

    Menurut pengetahuan umum bahwa dapur merupakan suatu tempat untuk menyimpan, menyiapkan bahan makan sehingga dapat diolah sebagaimana makanan tersebut dapat disajikan sesuai dengan standar yang dapat dikonsumsi. Menurut Orang asli Papua, dapur merupakan tempat adanya tungku api. Ada asap di dapur tanda adanya kehidupan.  Memasak adalah suatu proses mengolah bahan makanan  dari mentah hingga bahan makanan yang siap saji. Tujuan memasak adalah meningkatkan rasa dan aroma pada makanan. Pengertian dapur, manfaat dapur,  metode pengolahan makanan di dapur sebagai analogi “dapur produksi” imam projo Interdiosesan Papua. Untuk menjadi dapur produksi imam projo yang berkualitas, dapur ini memiliki visi dan misi yang sangat kontekstual di Papua. Visi: “Seminari Tinggi Interdiosesan ‘Yerusalem Baru’ membina calon imam diosesan sebagai pemimpin rohani, pendoa, nabi, dan misionaris yang mampu baik, dan terampil berpastoral.” Untuk mewujudkan visi itu, diperlukan misi. Misi: “Menghasilkan calon imam diosesan yang memiliki kedewasaan dalam kepribadian, kehidupan rohani yang mendalam, mampu berinteraksi dalam komunitas, memiliki intelektualitas yang bertanggungjawab, dan handal dalam berpastoral secara kontekstual.” (Lihat Buku Pedoman Pembinaan Calon Imam Diosesan Seminari Tinggi Interdiosesan “Yerusalem Baru” Abepura, 2022: 1).

    Di dapur ini, ada lima tungku api untuk memproduksi makanan bagi calon imam agar menjadi firman Tuhan yang hidup, menjadi jawaban teologis dan sacramental bagi umat. Tungku api itu terdiri dari: Yang pertama, tungku api kepribadian, para frater sebagai tungku api dan juga menjalankan hidup di dalam tungku api itu sendiri. Para frater harus mampu untuk menghidupkan setiap tungku apinya, agar tetap hidup dan menghangatkan diri sendiri dan umat. Tungku api kepribadian para frater diarahkan supaya hidup teratur, sehat, tertib dan disiplin, baik secara pribadi maupun bersama. Kedua, tungku api kerohaniaan, berusaha supaya menghidupi dirinya dengan doa, Sabda dan Ekaristi. Ketiga, tungku api berkomunitas, calon imam dilatih agar memiliki semangat berkomunio dan berkolegialitas, menjadi pribadi yang solider dan setia kawan, mampu memulai kerja sama imamat, mampu bersahabat, menerima orang lain, berkontribusi dalam hidup orang lain melalui talenta atau potensi diri. Keempat, tungku api intelektual, mengarahkan calon imam demi belajar secara terarah, teratur, mandiri, bertanggung jawab, berpikir secara kreatif, sistematis, metodis, koheren, bersikap kritis terhadap situasi ekologi, ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, dan keamanan serta memiliki budaya membaca. Kelima, tungku api pastoral kontekstual Papua. Dari tungku api ini, mengarahkan calon imam untuk memiliki kesediaan melayani, tampil dan professional berpastoral, melayani umat di Papua dengan kasih, (Pedoman Pembinaan, 2021: 12-15).  Dari lima tungku api itu mampu memproduksi pastor projo yang berkualitas baik di lima keuskupan Papua. Selain pastor, dari dapur tersebut telah melahirkan dua uskup, yakni Uskup Keuskupan Timika, Jonh Philip Saklil, dan Uskup terpilih Keuskupan Jayapura, Mgr. Yanuarius T. M. You. Para pastor dan uskup yang telah lahir dari dapur ini, mampu menjadi firman yang hidup, dan jawaban sakramental   dan pastoral kontektual bagi umat Papua.

 Siapa Itu Imam Projo?      

    Imam Diosesan adalah imam Paroki yang menyelesaikan proses pembinaan di dapur seminari tinggi. Sebagian besar imam diosesan lima keuskupan di tanah Papua tinggal dan mengikuti proses pendidikan dan pembinaan di dapur STIYB. Diosesan berasal dari kata Yunani, yang berarti menata rumah, dan kata Yunani ‘Paroki’ berarti ‘tinggal dekat.’ Seorang imam Diosesan adalah seorang imam yang terlibat dalam kehidupan sehari-hari umat. Ia tinggal dekat mereka dalam segala hal dan membantu uskup setempat untuk ‘menata rumah’atau menata keuskupan, khususnya lima keuskupan di tanah Papua. Menata rumah dalam keluarga Allah, entah sebagai seorang pastor rekan atau sebagai pastor kepala paroki dan kadang kala dalam pelayanan-pelayanan seperti pengajaran, atau melayani sebagai pastor mahasiswa, atau pastor di rumah pembinaan (seminiri menengah dan seminari tinggi), dan di rumah sakit.  Seorang Pastor paroki bertanggung jawab atas segala pelayanan yang diselenggarakan oleh paroki dan atas administrasi paroki. Para pastor paroki membantu Uskup menata iman umat dalam paroki. Kami sebagai calon imam projo yang kini berada di dapur STIYB, sebaiknya belajar dari teladan para pastor dan para Uskup yang telah selesai dari dapur STIYB. Kami berusaha untuk menghidupi kelima api dalam diri. Mampu menjaga tungku api agar tetap nyala dalam diri sendiri dan menghangatkan orang lain. Mampu menjadi firman Allah yang hidup di tengah umat dan menjadi makanan dan minuman rohani bagi umat.   (lihat https://parokicitraraya.or. Perbedaan RD dan RP, diakses 27 Oktober 2022).      
 

Sumber:
https://parokicitraraya.or. Perbedaan RD dan RP, diakses  27 Oktober 2022.  
Para Uskup Regio Papua. 2021. Buku Pedoman Pembinaan Calon Imam Diosesan Seminari Tinggi Interdiosesan “Yerusalem Baru” Abepura.