Tahbisan Diakon Fr. Esebidius Kambia dan Fr. Charles Singpanki: Sukacita Iman dalam Perutusan Gereja

84
Fr. Esebidius dan Fr. Charles ditahbiskan oleh Uskup Manokwari-Sorong, Mgr. Hilarion Datus Lega

KOMSOSKMS.ORG, SORONG — Gereja St. Wenseslaus Klawuyuk, Remu, Kota Sorong, menjadi saksi sejarah penting bagi umat Katolik Keuskupan Manokwari-Sorong. Pada hari Minggu, 25 Mei 2025, dua calon imam muda, Frater Esebidius Kambia dan Frater Charles Singpanki, resmi menerima Tahbisan Diakon dalam suatu perayaan Ekaristi yang meriah dan penuh khidmat. Tahbisan ini dipimpin langsung oleh Uskup Keuskupan Manokwari-Sorong, Mgr. Hilarion Datus Lega, dengan puluhan imam dari Tim Pastoral Sorong, Aimas, dan Maybrat hadir sebagai konselebran.

Fr. Esebidius berlutut dihadapan Uskup dalam Prosesi Tahbisan Diakon

Momen tahbisan ini tidak hanya menjadi perayaan iman, tetapi juga momen haru dan penuh syukur bagi kedua keluarga calon diakon. Keluarga Frater Charles hadir dari Pegunungan Bintang, Oksibil, termasuk orang tua yang telah lanjut usia, menyaksikan anak kedelapan dari delapan bersaudara ini menerima rahmat tahbisan. Sementara itu, keluarga Frater Esebidius Kambia pun hadir dari Babo, dengan wajah-wajah bahagia dan penuh rasa bangga, mengiringi anak kedua dari enam bersaudara mereka menuju pelayanan Gereja yang lebih mendalam.

Fr. Charles berlutut di hadapan Uskup dalam prosesi tahbisan diakon di gereja St. Wenseslaus, Klawuyuk

Dalam homilinya, Uskup Hilarion Datus Lega menegaskan peran vital diakon dalam kehidupan Gereja. Ia menekankan bahwa para pelayan Tuhan harus senantiasa melekat pada Kristus Sang Pelayan Agung dan bersedia dibimbing oleh Roh Kudus.

“Dalam jemaat perdana, para rasul memilih diakon bukan untuk saling bersaing, melainkan untuk setia pada bimbingan Roh Kudus,” ujar Uskup. Ia menambahkan, “Pelayan Tuhan harus memberikan yang terbaik dan menjadi teladan bagi umat yang dilayani.”

Keluarga para diakon turut ambil bagian dalam prosesi tahbisan

Mgr. Datus juga menyoroti pentingnya sikap kerendahan hati dan semangat pengabdian sebagai ciri khas dari pelayanan seorang diakon. “Pelayan memiliki pemimpin dan pedoman, namun yang lebih penting adalah mengabdi. Mengabdi kepada dua tuan: Tuhan dan sesama manusia,” katanya. Uskup menutup homilinya dengan ajakan kepada seluruh umat untuk melihat kehadiran Roh Kudus dalam proses pemilihan para pelayan Tuhan, termasuk dalam diri Fr. Esebidius dan Fr. Charles.

Profil Singkat Diakon Esebedius Kambia

Fr. Esebidius Kambia lahir di Babo, Teluk Bintuni, pada 24 Maret 1995. Ia merupakan anak kedua dari enam bersaudara, buah hati dari pasangan Benedictus Kambia dan Lusia Manusama. Perjalanan panggilan hidupnya dimulai sejak bangku SD di YPPK St. Andreas Aroba hingga akhirnya menempuh pendidikan tinggi di Sekolah Tinggi Filsafat Teologi (STFT) “Fajar Timur” Abepura-Jayapura, di mana ia menyelesaikan studi hingga tahun 2025.

Para diakon didampingi oleh orang tua dalam prosesi tahbisan

Perjalanan formasi panggilan Fr. Esebidius ditandai dengan konsistensi dan semangat pelayanan, melalui masa orientasi rohani, pastoral, hingga karya, yang semuanya dijalani dengan kesetiaan dan pengabdian. Motto tahbisan diakonatya diambil dari 1 Yohanes 4:8, “Sebab, Allah adalah kasih.” Ia menekankan bahwa kasih Allah adalah dasar dari seluruh karya pelayanan. “Tindakan mengasihi sesama adalah bagian dari pernyataan kita untuk menindaklanjuti karya keselamatan Allah di dunia,” ungkapnya.

Profil Singkat Diakon Charles Singpanki

Fr. Charles Singpanki dilahirkan di Kabiding, Pegunungan Bintang, pada 11 April 1992, sebagai anak bungsu dari delapan bersaudara, dari pasangan Yan Singpanki dan Yustina Uropmabin. Ia mengenyam pendidikan dasar dan menengah di Oksibil dan Jayapura, kemudian melanjutkan pembinaan rohani dan akademiknya di STFT Fajar Timur Jayapura hingga jenjang Magister Teologi Pastoral, yang diselesaikannya tahun 2025.

Umat mengikuti tahbisan diakon dengan penuh hikmat

Dalam motto tahbisannya, Fr. Charles mengutip Roma 10:11, “Barangsiapa percaya kepada Dia, tidak akan dipermalukan.” Motto ini mencerminkan perjalanan batinnya yang penuh pergumulan. Ia mengakui sempat merasa kurang percaya diri dan sulit bersosialisasi di masa kecilnya. Namun, dorongan dari para pembina, guru, dan sahabat di seminari serta STFT membangkitkan tekadnya untuk menjadi pelayan Sabda Allah. “Jangan malu atau takut menjadi pelayan Sabda Allah. Roh Kudus senantiasa memberi kekuatan dan kemudahan,” ucapnya dengan penuh keyakinan.

Pelayanan yang Menjadi Jalan Hidup

Tahbisan Diakon menjadi pintu masuk penting dalam tahapan menuju Imamat Suci. Diakon dipanggil untuk melayani, bukan dilayani. Mereka menjadi jembatan kasih antara Tuhan dan umat-Nya, antara altar dan kehidupan nyata. Dalam konteks pastoral Keuskupan Manokwari-Sorong yang unik dan penuh tantangan, kehadiran diakon-diakon muda seperti Fr. Esebidius dan Fr. Charles membawa harapan akan semangat pelayanan yang tulus, cerdas, dan berakar pada kasih Kristus.

Puluhan imam hadir memberi dukungan dalam tahbisan diakon

Perayaan ini menjadi momen syukur bersama umat, keluarga, dan seluruh gereja lokal. Doa dan dukungan umat diharapkan terus mengiringi perjalanan mereka menuju tahapan berikutnya dalam Imamat, sembari tetap menjalani karya pelayanan sebagai Diakon dengan rendah hati dan penuh pengabdian.

Diakon Charles akan menjalani tahun diakonat di Praparoki Sausapor, sebuah Praparoki baru yang akan diresmikan pada 28 Mei 2025. Sementara Diakon Esebidius akan menjalani tahun diakon di Kantor Keuskupan. Kedua diakon ini akan ditahbiskan menjadi imam pada 08 Desember 2025 di Paroki Kristus Raja, Katedral.

Penulis: Fransiskus Katino
Editor: Komsos