AYATA, KOMSOSKMS.ORG – Perjalanan Salib Indonesian Youth Day (IYD) di Keuskupan Manokwari-Sorong kembali memasuki babak baru. Setelah sebulan penuh di Paroki St. Albertus Agung, Teminabuan, kini Salib IYD resmi berpindah ke Paroki St. Andreas Ayata, Aifat Timur. Prosesi arak-arakan yang dilaksanakan pada Sabtu, 1 November 2025 ini, menandai kunjungan kesembilan dari rangkaian Kirab Salib IYD di wilayah keuskupan.
Perjalanan Penuh Sukacita dan Harapan
Perarakan dimulai pukul 08.30 WIT, dengan iringan sepuluh kendaraan yang dipenuhi oleh para Orang Muda Katolik (OMK) dari Paroki Teminabuan. Rombongan menyusuri jalanan dari Teminabuan hingga Ayata selama empat jam perjalanan yang penuh semangat. Sepanjang rute, para OMK berkumandang dalam doa dan puji-pujian, menciptakan suasana iman yang hidup.

Di tapal batas paroki, tepatnya di wilayah Susumuk, puluhan OMK dan umat Paroki Santo Andreas Ayata telah menanti. Sejak momen itu pula, Salib IYD diarak bersama sejauh 28 Km kilometer menuju pusat Paroki Ayata. Walau melintasi jalan yang cukup rusak, wajah-wajah penuh sukacita tampak mengiringi iring-iringan puluhan kendaraan yang bergerak bersama.
Sambutan Penuh Keakraban dan Kesyahduan Budaya
Setibanya di Paroki St. Andreas, suasana semakin hangat. Umat dan OMK setempat menyambut Salib IYD dengan tarian-tarian budaya dari stasi-stasi sekitar. Tarian “Wiru” dari Stasi Don Bosco Sabah, “Surumsie” dari pusat Paroki, serta “Suoh” dari Stasi Santo Paulus Aisa dan Santo Stefanus Ainesra, bergantian ditampilkan sebagai ungkapan syukur menyambut Salib IYD. Mereka menari dengan gaya khas Papua yang membuat semua terharu.

Pastor Paroki Ayata, P. Ferdi Sabu, Pr, menyatakan kegembiraan sekaligus rasa bangganya atas kehadiran Salib IYD di paroki yang terpencil ini. “Saya merasa bangga dengan kehadiran Salib IYD di Paroki kami ini. Ini momen istimewa. Kami semua bersukacita dalam iman,” ungkapnya. Ia berharap kehadiran Salib ini menjadi pendorong bagi iman umat, terlebih para orang muda, agar semakin teguh dalqm iman dan hidup benar di tengah berbagai tantangan.
Perasaan serupa juga disampaikan oleh Pastor Paroki St. Albertus Agung Teminabuan, P. Zepto-Triffon Polii, Pr. Sebagai pihak yang mengantar salib, Pater Zepto berkesan dengan penerimaan umat Ayata. “Dari stasi-stasi dengan pakaian tradisional, umat menyambut dengan riuh, penuh suka cita. Ini menggugah hati, penuh kebanggaan dan rasa percaya diri,” ucapnya. “Salib menjadi sentral dari persaudaraan dan sukacita ini. Perjumpaan antara Teminabuan dan Ayata sungguh menunjukkan kesatuan iman kita.”
Ia juga menambahkan bagaimana suasana perjumpaan ini mengubah rasa takut menjadi keakraban: “Tadinya kami merasa takut dan seram. Tapi setelah sampai Ayata, kami dijaga, dirawat, dipelihara, disambut dengan penuh sukacita. Semuanya hilang.”
OMK: Semangat yang Menyala dalam Salib
Sukacita kehadiran Salib IYD sangat terasa di hati para OMK, baik Teminabuan maupun Ayata. Apolos Kosamah, Sekretaris OMK St. Andreas Ayata, penuh syukur. “Saya sangat senang, gembira, dan bangga. Harapan kami dengan kehadiran Salib ini, iman OMK semakin teguh dan semakin aktif dalam kegiatan Gereja,” ujarnya.
Lilis Eltyana Siampa, Sekretaris OMK St. Albertus Agung Teminabuan, menyampaikan betapa penyambutan Ayata mengubah persespsi mereka. “Semoga semangat OMK yang menyala ini terus bertumbuh. Kehadiran Kristus dalam Salib ini sungguh mengubah: dari ketakutan menjadi sukacita, dari suasana mencekam menjadi penuh harapan yang luar biasa,” ujarnya dengan penuh haru.
Makna Salib IYD dan Sejarahnya
Salib IYD sendiri adalah simbol kebersamaan dan kesatuan iman Orang Muda Katolik (OMK) se-Indonesia dalam rangka persiapan menyongsong Indonesian Youth Day – sebuah ajang nasional OMK yang pertama kali diinisiasi pada Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia (SAGKI) 2010 dan ditetapkan sebagai agenda rutin oleh Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) pada tahun 2015.

Kirab Salib IYD merupakan tradisi setiap keuskupan dengan membuat dan mengarak salib tersebut ke seluruh wilayahnya. Salib ini bukan hanya simbol kesetiaan dan pengorbanan Kristus, tetapi juga perwujudan kesatuan dalam keberagaman, kekuatan iman, dan komitmen para OMK untuk terus bersaksi dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan kehadiran Salib IYD di Paroki St. Andreas Ayata, perjalanan iman dan kesatuan komunitas OMK Keuskupan Manokwari-Sorong terus terbangun – menghadirkan harapan baru, membakar semangat muda, dan menjadi tanda bahwa Gereja hidup dalam dinamika anak-anak mudanya.
Rangkaian Kirab Selanjutnya
Setelah Ayata, Salib IYD dijadwalkan akan melanjutkan perjalanan ke paroki-paroki lainnya di Aifat. Kirab ini akan terus berlangsung hingga seluruh wilayah Keuskupan Manokwari-Sorong merasakan sukacita IYD yang universal, menuju puncak acara Indonesian Youth Day pada tahun 2027.
Salib yang diarak bukan sekadar kayu. Ia adalah lambang hidup: Kristus yang hadir, berjalan, menyapa, dan menguatkan umat-Nya – khususnya Orang Muda Katolik, untuk semakin teguh dalam iman dan berani bersaksi.





