“Roh Kudus: Sosok Penghibur dan Pemersatu” (Renungan Hari Raya Pentakosta)

157
RD. Ardus Endi (Formator Seminari Petrus van Diepen)

Bersama Gereja sejagat, hari ini kita merayakan Ekaristi Hari Raya Pentakosta. Bacaan-bacaan suci yang direnungkan dalam perayaan ini bersumber dari Kis. 2:1-11; Gal. 5:16-25; dan Injil: Yoh. 15:26-27;16:12-15. Dalam perhitungan kalender liturgi, Perayaan ini dirayakan tepat pada hari yang ke-50 setelah Yesus mengalami kebangkitan mulia; atau 10 hari setelah Yesus naik ke Surga (Kenaikan Tuhan: Kamis, 9 Mei yang lalu). Perayaan ini juga sekaligus menutup seluruh rangkaian masa Paskah dan selanjutnya kita akan masuk dalam masa biasa dengan warna dasar liturgi masa biasa adalah Hijau (lambang pengharapan dan kesuburan).

Dalam tradisi Gereja Katolik, Hari Raya Pentakosta dirayakan sebagai hari turunnya Roh Kudus ke atas para Rasul. Atau dengan kata lain, hari di mana Yesus mengutus Roh Kudus untuk menaungi dan menyertai para Rasul, termasuk kita semua saat ini. Nah, barangkali muncul pertanyaan dalam benak kita: Mengapa Yesus mengutus Roh Kudus atau untuk apa Roh Kudus itu datang? Lalu seberapa pentingnya kehadiran Roh Kudus itu di tengah-tengah para Rasul dan kita semua?

Apabila kita menyimak secara cermat bacaan-bacaan suci hari ini, sebetulnya sudah terungkap secara jelas jawaban atas pertanyaan ini. Ada tiga hal yang patut kita renungkan bersama.

Pertama, Roh Kudus turun ke atas Para Rasul untuk merangkul dan mempersatukan mereka semua. Roh Kudus mengikatsatukan jalinan kasih persaudaraan di antara para Rasul. Kehadiran Roh Kudus ini juga telah dijanjikan Yesus. Sebelum naik ke Surga, Yesus menjanjikan Penolong atau Penghibur untuk menyertai para Rasul dan itu adalah Roh Kudus. Jadi, di sini menjadi jelas bagi kita bahwa Roh Kudus datang karena dijanjikan oleh Yesus dan kehadirannya untuk merangkul dan mempersatukan semua orang. Hal yang sama juga berlaku untuk kita semua hari ini. Roh Kudus datang untuk merangkul kita semua dalam dekapan kasih Allah yang satu dan sama, sebab kita semua ini adalah sesama saudara di dalam Allah.

Kedua, Roh Kudus datang untuk menaungi dan menyertai para Rasul dalam seluruh karya perutusan yang telah dipercayakan Yesus kepada mereka. Yesus telah naik ke Surga, dan karena itu, Ia mengutus Roh Kudus, terutama Roh Kebenaran untuk menyertai para Rasul dalam menjalankan misi perutusan mereka, agar mereka tetap setia kepada kebenaran, setia menjalankan tugas pewartaan dan kesaksian tentang kasih karunia Allah. Hal ini terungkap secara jelas dalam Injil tadi, Yesus dengan tegas katakan: “Apabila Roh Kebenaran datang, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang” (Yoh. 16:13). Saya kira hal yang sama juga Yesus alamatkan kepada kita. Bahwa Roh Kudus akan turun dan menaungi kita semua agar kita selalu setia pada kebenaran dan senantiasa melakukan perbuatan-perbuatan benar. Di sisi lain, Roh Kudus menyertai kita agar kita senantiasa mendengarkan bisikan Roh dan menuruti keinginan Roh dan bukan keinginan daging.

Lebih lanjut, Rasul Paulus, dalam salah satu suratnya kepada jemaat di Galatia menegaskan pentingnya kehadiran Roh Kudus bagi hidup kita. Hal yang paling penting adalah membantu kita untuk membedakan roh-roh atau dalam Ilmu Teologi Dogmatik sering pakai istilah: Discernment: pembedaan roh. Dengan bantuan Roh Kudus, kita akan mampu membedakan mana yang menjadi keinginan Roh yang mengantar kita kepada keselamatan dan mana yang menjadi keinginan daging yang kerapkali mengantar kita pada jurang kehancuran. Rasul Paulus dengan tegas katakan: “Saudara-saudara, hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging. Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh, dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging” (Gal. 5:16).

Lebih lanjut, Rasul Paulus menjelaskan bahwa keinginan daging itu nyata dalam perbuatan, seperti percabulan, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, iri hati, egoisme, dan kebencian. Menurut Paulus, hal-hal inilah yang mengantar kita pada jurang kehancuran, kemelaratan dan tentu menyengsarakan. Sedangkan, buah-buah Roh atau keinginan Roh adalah kasih (love), sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan hati, kesetiaan, kejujuran dan sikap lemah lembut. Menurut Paulus, hal-hal inilah yang membuat hidup kita bahagia dan akan selalu menjadi berkat bagi banyak orang.

Sekali lagi, kehadiran Roh Kudus sangat penting bagi kita, terutama agar kita mampu mengendalikan diri dan terus setia melakukan kebaikan-kebaikan bagi sesama. Dengan bantuan Roh Kudus kita dapat menjadi penyalur berkat bagi sesama dan menjadi pendengar sekaligus pelaksana Sabda Allah. Roh Kudus memampukan kita semua menolak keinginan-keinginan daging dan melawan segala tipu daya setan, dan kemudian dengan penuh keberanian dan kerendahan hati mengikuti bisikan Tuhan.

Ketiga, Roh Kudus hadir sebagai saksi kemuliaan Allah sekaligus juga memampukan kita untuk menjadi saksi Kristus bagi sesama. Hal ini secara tegas dikatakan Yesus dalam Injil: “Jikalau Penghibur yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang Aku. Tetapi kamu juga harus bersaksi, karena kamu dari semula bersama-sama dengan Aku” (Yoh. 15:26). Apa yang dimaksudkan Yesus di sini adalah tentang panggilan kita menjadi saksi Kristus. Kita semua dipanggil menjadi saksi kebenaran, saksi Kristus yang sejati. Model kesaksian kita sama seperti yang diperlihatkan Roh Kudus yang memberikan kesaksian tentang apa yang didengar-Nya dari Bapa, juga sama seperti Yesus yang selalu setia pada kebenaran. Kita pun hendaknya demikian. Setiap kesaksian hidup kita mesti berlandaskan kebenaran. Supaya hal itu tercapai, kita mesti membuka diri terhadap karya Roh Kudus. Ketika kita membuka diri dan membiarkan Roh Kudus berkarya dalam dan melalui diri kita, maka kita dapat melaksanakan pekerjaan-pekerjaan kita sesuai dengan kehendak Allah sendiri.

Tiga hal di atas, sekurang-kurangnya membantu kita untuk dapat memahami dan menyadari lebih sungguh kehadiran Roh Kudus. Karena itu, sebagai umat beriman kita semua diajak untuk membuka hati, budi dan pikiran kita terhadap karya-karya Roh Kudus. Hanya dengan cara demikian, kita tidak mudah jatuh dan tidak cepat takluk pada keinginan daging yang justru membinasakan kita, tetapi tetap setia dan berkanjang dalam naungan kasih Tuhan. Marilah kita terus membuka diri terhadap karya Roh Kudus. Kita membiarkan seluruh diri kita dipakai oleh Allah untuk menjadi berkat bagi sesama yang lain. Tuhan Yesus berkenan memberkati kita semua. Amin.