Renungan Harian: Mengampuni Tanpa Batas

133

Renungan Harian, Senin 10 November 2025
Bacaan I: Kebijaksanaan 1:1–7
Bacaan Injil: Lukas 17:1–6

Mengampuni Tanpa Batas

Mengampuni orang yang bersalah merupakan salah satu keutamaan yang paling tinggi dalam hidup sebagai pengikut Kristus. Yesus sendiri menunjukkan hal ini melalui hidup dan wafat-Nya di salib: Ia mengampuni bahkan mereka yang menyalibkan-Nya. Namun, kita semua tahu bahwa mengampuni bukanlah hal yang mudah. Terutama bila yang bersalah adalah orang yang sama, dengan kesalahan yang sama, dan dilakukan berulang-ulang.

Sering kali kita berpikir bahwa pengampunan itu ada batasnya: sekali, dua kali, tiga kali masih bisa ditoleransi, tapi kalau terus-menerus, rasanya mustahil. Di sinilah sabda Yesus dalam Injil hari ini menantang kita: “Jikalau saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia, dan jikalau ia menyesal, ampunilah dia. Bahkan jikalau ia berbuat dosa terhadap engkau tujuh kali sehari dan tujuh kali ia kembali kepadamu dan berkata: Aku menyesal — engkau harus mengampuni dia.” (Luk 17:3-4)

Yesus tidak memberi batas jumlah pengampunan, karena kasih Allah pun tidak berbatas. Ia menghendaki agar kita menjadi pribadi yang tidak bosan mengalirkan pengampunan, sebab di situlah kita menyerupai Dia.

Namun, Yesus tahu ini bukan hal yang mudah. Maka Ia juga menunjukkan jalan agar kita dimampukan untuk mengampuni: dengan mengarahkan hati dan pikiran kepada Allah. Kitab Kebijaksanaan menasihati, “Kasihilah kebenaran, hai para penguasa dunia, hendaklah pikiranmu tertuju kepada Tuhan dengan tulus ikhlas, dan carilah Dia dengan tulus hati.” (Keb 1:1)

Hanya dengan hati yang tertuju kepada Tuhan, kita akan menerima kebijaksanaan dan kekuatan untuk mengampuni dengan tulus. Hati yang berpusat pada Tuhan adalah hati yang lembut, damai, dan terbuka pada kasih.

Santa Faustina Kowalska pernah berkata, “Dia yang bisa mengampuni menyediakan bagi dirinya rahmat berlimpah dari Allah. Setiap kali aku memandang salib, sesering itu pula aku mengampuni dengan segenap hatiku.”

Pengampunan sejati hanya lahir dari hati yang telah disentuh oleh kasih Allah. Maka setiap kali kita merasa sulit untuk mengampuni, pandanglah salib Kristus. Di sana kita belajar bahwa kasih selalu lebih besar daripada luka, dan rahmat selalu lebih kuat daripada dendam.

Marilah hari ini kita mengarahkan hati kita kepada Tuhan, membiarkan kasih-Nya memurnikan jiwa dan pikiran kita. Maka, seperti Yesus, kita pun akan dimampukan untuk mengampuni tanpa batas.

Tuhan memberkati dan Ave Maria!