Renungan Harian: Ketaatan Sejati Selalu Lahir dari Kerendahan Hati

138

Renungan Harian, Selasa 11 November 2025
PW Santo Martinus dari Tours, Uskup
Bacaan I: Kebijaksanaan 2:23–3:9
Injil: Lukas 17:7–10

“Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang harus kami lakukan.” (Luk 17:10)

Hari ini Gereja memperingati Santo Martinus dari Tours, seorang uskup yang terkenal karena kerendahan hati dan semangat pelayanannya. Ia dikenal membagikan separuh jubahnya kepada seorang pengemis yang kedinginan, dan dari tindakannya yang sederhana itu, kita belajar makna sejati menjadi hamba Kristus.

Dalam Injil hari ini, Yesus mengingatkan kita bahwa di hadapan Allah, kita hanyalah hamba-hamba-Nya. Hamba bukanlah pemilik, bukan pula pengatur hidupnya sendiri, melainkan orang yang sepenuhnya bergantung dan taat pada kehendak tuannya. Maka, setiap orang beriman dipanggil untuk meneladani ketaatan itu — menjalankan tugas dan panggilan hidup bukan karena ingin dipuji, tetapi karena cinta dan kesetiaan kepada Allah.

Ketaatan sejati selalu lahir dari kerendahan hati. Kita mengakui bahwa tanpa Allah, kita bukan siapa-siapa; bahwa segala yang kita miliki dan lakukan hanyalah karena kasih karunia-Nya. Saat kita mampu berkata dengan tulus, “Kami hanya melakukan apa yang harus kami lakukan,” di situlah hati kita menjadi bebas dan damai. Sebab kita tidak lagi mencari pengakuan manusia, melainkan berkenan di hadapan Allah.

Allah tidak pernah lalai memperhatikan hamba-hamba yang setia. Ia mengaruniakan sukacita abadi kepada mereka yang rendah hati dan taat kepada-Nya. Seperti Santo Martinus yang hidup dalam kesederhanaan namun meninggalkan jejak kasih yang mendalam, kita pun dipanggil untuk menanamkan spiritualitas hamba — hidup yang selalu siap melayani, setia, dan rendah hati di hadapan Allah.

Tuhan memberkati. Ave Maria!