Renungan Harian: Ketaatan Kepada Kehendak Allah Sering Kali Menuntut Keberanian

104

Renungan Harian – 18 Desember 2025
Bacaan I: Yeremia 23:5–8
Bacaan Injil: Matius 1:18–24

Melaksanakan tugas perutusan dengan penuh tanggung jawab bukanlah perkara yang mudah. Tugas itu menuntut kerelaan untuk berkorban, kesediaan untuk menyangkal diri, dan hati yang bebas dari kepentingan pribadi. Perutusan sejati selalu mengajak kita keluar dari zona nyaman dan menyerahkan kendali hidup sepenuhnya ke dalam tangan Allah.

Dalam bacaan pertama, Nabi Yeremia mewartakan janji Allah tentang datangnya “Tunas Adil” dari keturunan Daud. Ia akan memerintah dengan keadilan dan kebenaran serta membawa keselamatan bagi umat-Nya. Janji ini menegaskan kesetiaan Allah yang tak pernah ingkar. Allah sendiri yang mengambil inisiatif untuk menyelamatkan umat-Nya, bahkan melalui cara-cara yang sering kali melampaui pengertian manusia.

Janji keselamatan itu mulai terwujud secara konkret dalam Injil hari ini melalui kisah Santo Yosef. Ia dipanggil untuk ambil bagian dalam karya keselamatan Allah dengan peran yang amat besar, namun dijalani dalam keheningan. Yosef dipercayakan tugas sebagai bapak yang mengasuh Yesus, Sang Putra Allah. Panggilan itu datang justru ketika ia berada dalam kebingungan dan pergulatan batin. Sebagai manusia, Yosef tentu memiliki rencana, harapan, dan masa depan yang ingin ia bangun. Namun rencana Allah ternyata berbeda.

Sabda malaikat, “Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu” (Mat 1:20), menjadi titik balik dalam hidupnya. Yosef memilih taat. Ia melepaskan ego, gengsi, dan kepentingan pribadinya. Ia membuka hati, menerima Maria kembali, dan mengambil tanggung jawab besar yang dipercayakan Allah kepadanya. Tanpa banyak kata, tanpa protes, Yosef menjalankan tugas itu dengan setia hingga akhir hayatnya.

Dari Santo Yosef kita belajar bahwa ketaatan kepada kehendak Allah sering kali menuntut keberanian untuk melepaskan diri sendiri. Kesetiaan tidak selalu ditandai oleh hal-hal besar dan mencolok, melainkan oleh kesediaan menjalankan tanggung jawab harian dengan penuh cinta dan ketulusan. Yosef mengajarkan kepada kita bahwa diam yang taat bisa menjadi jalan keselamatan bagi banyak orang.

Hari ini, kita pun diajak untuk menyadari tugas dan tanggung jawab yang telah Allah percayakan di atas pundak kita—baik dalam keluarga, pelayanan, pekerjaan, maupun hidup bermasyarakat. Mari kita menjalaninya dengan hati yang tulus, tanpa mencari keuntungan diri sendiri, dan dengan iman yang teguh kepada penyertaan Tuhan.

Tuhan memberkati. Ave Maria!