Renungan Harian: Ketaatan dan Penyerahan Diri kepada Allah selalu membawa Pemulihan

3

Renungan Harian, 23 Desember 2025**
Bacaan I: Mal 3:1–4; 4:5–6
Bacaan Injil: Luk 1:57–66

Dalam perjalanan hidup, kita tidak pernah lepas dari aneka persoalan dan pergumulan. Saat berhadapan dengan situasi sulit, kemanakah kita hendak mengadu? Kepada siapa kita mencurahkan kegelisahan hati? Sebagai orang beriman, kita diajak untuk menyadari bahwa Tuhanlah tempat mengadu yang paling utama. Dialah sumber pengharapan sejati, tempat berserah diri yang membawa pembebasan dan pemulihan hidup.

Berserah diri kepada Tuhan merupakan ungkapan iman yang mendalam. Kita mempercayakan seluruh hidup—sukacita, luka, kegagalan, dan harapan—ke dalam tangan-Nya, karena kita yakin bahwa Tuhanlah yang menyelenggarakan hidup kita. Namun, berserah diri bukanlah sikap pasif, apalagi menyerah tanpa usaha. Sebaliknya, berserah diri justru memberi kekuatan baru untuk terus berjuang, bertahan, dan melangkah maju tanpa putus asa.

Dalam bacaan Injil hari ini, kita melihat pengalaman iman Zakharia. Ketika Elisabet, istrinya, mengandung di usia lanjut, Zakharia mengalami pergulatan batin yang mendalam. Ia sulit memahami kehendak dan rencana Allah, sehingga keraguannya membuat ia menjadi bisu. Namun, Tuhan tidak meninggalkannya. Melalui proses iman dan ketaatan, Zakharia akhirnya sampai pada sikap berserah diri yang sejati. Saat ia menaati kehendak Allah—dengan memberi nama Yohanes kepada anaknya—ia mengalami pembebasan: lidahnya kembali terbuka, dan ia dapat memuliakan Allah.

Pengalaman Zakharia mengajarkan kepada kita bahwa ketaatan dan penyerahan diri kepada Allah selalu membawa pemulihan. Tuhan tidak pernah salah dalam rencana-Nya; yang sering kali perlu dibenahi adalah cara kita mempercayai-Nya.

Kini, di hari-hari terakhir Masa Adven, kita sedang mempersiapkan batin untuk menyambut kelahiran Kristus. Salah satu sikap rohani yang perlu kita pupuk dan hidupi adalah sikap berserah diri. Marilah kita mempersembahkan seluruh hidup dan pergumulan yang sedang kita hadapi kepada Tuhan. Kita percayakan semuanya pada penyelenggaraan ilahi-Nya, sebab rencana Tuhan selalu indah dan penuh kasih.

Semoga dengan hati yang berserah dan taat, kita layak menyambut Sang Juru Selamat yang datang membawa terang, pembebasan, dan keselamatan bagi kita semua.

Tuhan memberkati. Ave Maria.<span;> memberi nama Yohanes kepada anaknya—ia mengalami pembebasan: lidahnya kembali terbuka, dan ia dapat memuliakan Allah.

Pengalaman Zakharia mengajarkan kepada kita bahwa ketaatan dan penyerahan diri kepada Allah selalu membawa pemulihan. Tuhan tidak pernah salah dalam rencana-Nya; yang sering kali perlu dibenahi adalah cara kita mempercayai-Nya.

Kini, di hari-hari terakhir Masa Adven, kita sedang mempersiapkan batin untuk menyambut kelahiran Kristus. Salah satu sikap rohani yang perlu kita pupuk dan hidupi adalah sikap berserah diri. Marilah kita mempersembahkan seluruh hidup dan pergumulan yang sedang kita hadapi kepada Tuhan. Kita percayakan semuanya pada penyelenggaraan ilahi-Nya, sebab rencana Tuhan selalu indah dan penuh kasih.

Semoga dengan hati yang berserah dan taat, kita layak menyambut Sang Juru Selamat yang datang membawa terang, pembebasan, dan keselamatan bagi kita semua.

Tuhan memberkati. Ave Maria.