Renungan Harian: “Kemerdekaan Sejati dalam Kasih Allah”

264

Renungan Harian, Minggu, 17 Agustus 2025 – HUT ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia

“Kemerdekaan Sejati dalam Kasih Allah”

Hari ini kita bersyukur merayakan 80 tahun kemerdekaan bangsa kita, Indonesia. Delapan puluh tahun yang lalu, para pendiri bangsa dengan keberanian, tekad, dan pengorbanan menyatakan: “Proklamasi kemerdekaan!” Sejak saat itu, kita keluar dari belenggu penjajahan dan memulai perjalanan sebagai bangsa yang merdeka.

Namun, kita patut bertanya kepada diri sendiri: apakah kemerdekaan itu sekadar bebas dari penjajah? Apakah kemerdekaan berarti bebas melakukan apa saja tanpa aturan? Atau, apakah kemerdekaan sejati adalah sebuah panggilan yang lebih dalam—yakni hidup dalam kasih, tanggung jawab, dan kesetiaan kepada Allah?

Dalam bacaan pertama (Sir 10:1-8), diingatkan bahwa seorang pemimpin yang bijaksana akan membawa kedamaian, sedangkan pemimpin yang lalim menghancurkan bangsanya. Ini berlaku bukan hanya bagi pemimpin negara, tetapi juga untuk setiap pribadi yang diberi tanggung jawab. Kebijaksanaan dan keadilan harus menjadi dasar kepemimpinan.

Dalam bacaan kedua (1Ptr 2:13-17), Rasul Petrus menegaskan bahwa kita harus taat kepada setiap lembaga manusia karena Allah, menghormati semua orang, mengasihi saudara-saudari seiman, dan menghormati Allah. Artinya, ketaatan kepada aturan negara tidak bertentangan dengan iman, justru menjadi wujud nyata kasih kita kepada Allah selama aturan itu adil dan demi kebaikan bersama.

Dan dalam Injil (Mat 22:15-21), Yesus berkata, “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah.” Yesus mengingatkan kita untuk menempatkan segala sesuatu pada porsinya: kita wajib mendukung kehidupan berbangsa yang tertib, tetapi lebih dari itu, Allah harus selalu menjadi sumber dan tujuan hidup kita.

Merdeka bukan berarti bebas tanpa batas
Saudara-saudari, kemerdekaan bukan berarti hidup semaunya. Merdeka bukanlah bebas dari aturan, melainkan bebas untuk mengasihi. Merdeka bukanlah kebebasan liar, melainkan kebebasan yang bermartabat.

Sejarah membuktikan bahwa kebebasan tanpa kasih justru berujung pada kekacauan. Kebebasan tanpa tanggung jawab melahirkan keserakahan. Itulah sebabnya kemerdekaan sejati harus dibangun di atas kasih yang mengalir dari Allah.

Kasih tidak pernah memenjarakan orang. Kasih tidak menindas atau membinasakan. Kasih justru memampukan kita menghormati perbedaan, membangun dialog, dan bekerja sama demi kebaikan bersama (bonum commune).

Jika kasih menjadi dasar kehidupan berbangsa, kekayaan budaya, suku, agama, dan bahasa bukanlah ancaman, melainkan kekuatan pemersatu.

Panggilan iman kita di usia ke-80 kemerdekaan Hari ini kita diajak untuk mensyukuri kemerdekaan sekaligus mengoreksi diri: Apakah kita sudah memaknai kemerdekaan sebagai anugerah Allah, bukan hanya hasil perjuangan manusia? Apakah kita sudah mengabdi untuk kebaikan bersama, atau masih sibuk memperjuangkan kepentingan pribadi dan kelompok? Apakah kita sudah memberi “kepada Allah apa yang wajib kita berikan kepada Allah”—yaitu hidup dalam iman, kasih, dan kesetiaan?

Sebagai umat Katolik, kita dipanggil untuk menjadi warga negara yang baik sekaligus saksi kasih Kristus. Kita menghormati pemerintah, menaati aturan, mendukung pembangunan, tetapi tetap menempatkan Allah di atas segalanya. 

Di usia ke-80 tahun kemerdekaan bangsa kita, marilah kita mempersembahkan doa dan karya nyata untuk Indonesia: Mendoakan para pemimpin bangsa agar bijaksana dan adil. Mendoakan rakyat agar hidup bersatu dan saling menghargai. Mendoakan agar kekayaan alam dan budaya bangsa tidak menjadi sumber pertikaian, melainkan sarana untuk kesejahteraan bersama.

Sebagaimana Yesus mengajarkan, “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar, dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah.” Semoga kemerdekaan sejati sebagai anak-anak Allah sungguh menjiwai kehidupan kita, sehingga kita bergandengan tangan membangun Indonesia yang lebih adil, damai, dan sejahtera.

Tuhan memberkati bangsa kita! Merdeka! Ave Maria!