Renungan Harian, Senin, 1 September 2025
Bacaan Injil: Lukas 4:16–30
Setiap orang pasti pernah mengalami kekecewaan. Ada kalanya kekecewaan itu kecil dan cepat terlupakan, tetapi ada pula yang begitu dalam hingga terasa menyesakkan dada. Hidup menjadi tidak nyaman, bahkan kita bisa merasa seakan tidak ada jalan keluar. Martin Luther King pernah berkata, “Kita harus menerima kekecewaan yang terbatas, namun tak boleh kehilangan harapan yang tak terbatas.”
Kekecewaan memang wajar, tetapi jangan biarkan ia menguasai kita. Jika dibiarkan, kekecewaan akan membuat kita hanya melihat sisi gelap kehidupan dan melupakan kesempatan untuk bahagia. Sebaliknya, pengharapan mengarahkan mata kita pada kemungkinan akan perbaikan. Harapan membuat kita fokus pada hal-hal positif, membuka ruang untuk kehidupan baru, dan menyalakan semangat yang hampir padam.
Santo Paulus mengingatkan kita dalam bacaan pertama: “Jangan berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan” (1Tes 4:13). Sumber pengharapan itu tidak lain adalah Allah sendiri. Dialah yang tidak pernah mengecewakan.
Dalam Injil hari ini, orang-orang sekampung Yesus di Nazaret diliputi kekecewaan dan sikap skeptis. Mereka tidak bisa menerima bahwa Yesus, anak Yusuf si tukang kayu, adalah utusan Allah. Karena terperangkap dalam kekecewaan dan keraguan, mereka menolak Dia dan menutup diri terhadap rahmat yang hendak diberikan-Nya. Akibatnya, mereka melewatkan kesempatan untuk mengalami karya Allah yang luar biasa.
Marilah kita belajar dari kesalahan mereka. Jangan biarkan kekecewaan atau penderitaan menghancurkan harapan kita. Jangan sampai hati kita tertutup sehingga melewatkan rahmat Tuhan yang selalu tersedia. Biarlah pengharapan menuntun langkah kita untuk tetap percaya, tetap berpikir positif, dan tetap melihat terang meskipun keadaan tampak gelap.
Tuhan adalah satu-satunya sumber harapan kita. Peganglah Dia erat-erat, dan jangan lepaskan, apa pun yang terjadi.
Tuhan memberkati, Ave Maria!