Renungan Harian: Hidup Dalam Api Kasih Allah Yang Terus Menyala

196

Renungan Harian, Kamis 23 Oktober 2025
Bacaan I: Roma 6:19–23
Mazmur Tanggapan: Mzm 1:1-2.3.4.6
Bacaan Injil: Lukas 12:49–53

“Aku datang untuk melemparkan api ke bumi, dan betapakah Aku harapkan, api itu telah menyala!” (Luk 12:49)

Pernyataan Yesus dalam Injil hari ini terdengar mengejutkan. Ia berkata bahwa Ia datang bukan untuk membawa damai, melainkan pertentangan. Padahal selama ini kita mengenal Yesus sebagai Raja Damai, Sang Pembawa Kabar Sukacita, dan Sang Penyelamat yang penuh kasih. Apakah Yesus berubah? Tentu tidak!

Sesungguhnya, kata-kata Yesus ini mengandung makna yang sangat dalam. Api yang dimaksud bukanlah api penghancur, melainkan api kasih Allah—api Roh Kudus yang memurnikan, menyucikan, dan menghidupkan. Api itu ingin membakar habis dosa dan segala kejahatan dalam diri manusia, agar kita benar-benar menjadi ciptaan baru. Yesus ingin agar api kasih ini menyala dalam hati setiap orang beriman, menerangi dunia yang gelap karena dosa dan ketidakadilan.

Namun, kehadiran Yesus dan kebenaran-Nya seringkali menimbulkan pertentangan. Mengapa? Karena terang selalu bertentangan dengan gelap, kasih dengan kebencian, kebenaran dengan kepalsuan. Ketika seseorang sungguh hidup dalam kasih Kristus, ia akan berhadapan dengan dunia yang sering kali menolak kebenaran itu. Seperti kata Santa Teresa dari Kalkuta: “Yesus berkata, ‘Akulah Kebenaran,’ dan adalah tugas kita untuk menyuarakan kebenaran itu—entah diterima, entah ditolak.”

Paulus dalam bacaan pertama menegaskan bahwa berkat kasih karunia Allah, kita telah dimerdekakan dari dosa dan kini menjadi hamba kebenaran. Hidup baru dalam Kristus berarti hidup dalam api kasih Allah yang terus menyala. Maka, tugas kita adalah menjaga agar api itu tidak padam—api iman, pengharapan, dan kasih yang memampukan kita untuk bersaksi di tengah dunia yang sering menolak Kristus.

Tuhan memberkati. Ave Maria!