Renungan Harian: Bukan Orang Sehat yang Memerlukan Tabib, Tetapi Orang Sakit

110

RENUNGAN HARIAN 08 Maret 2025
Bacaan I: Yes 58:9b-14
Mazmur Tanggapan: Mzm 86:1-2.3-4.5-6
Bait Pengantar Injil: Yeh 33:11
Bacaan Injil: Luk 5:27-32

Dosa sesungguhnya penyakit yang menghantar kita pada jurang kematian. Jika dosa tidak segera disembuhkan, perlahan tapi pasti, akan menjadi penyakit yang akut. Dan tentu itu sangat berbahaya bagi jiwa karena kita berada diambang maut. Kita dibawa pada kematian. Dan tragisnya, kematian itu bisa bersifat kekal!

Sementara itu, pertobatan merupakan proses penyembuhan dari dosa. Kita berproses untuk menjalankan diagnosis – menyadari segala bentuk dosa kita – dan melakukan pengobatan bagi aneka penyakit dosa kita.  Kita dijamah oleh Sang Tabib Sejati untuk mengalami pemulihan.

Surat Gembala Prapaskah 2025, Uskup Manokwari-Sorong, Mgr. Hilarion Datus Lega

Dengan kata lain, bertobat berarti meninggalkan cara hidup lama dan mengenakan pola hidup yang baru. Hidup yang ditandai dengan semangat kerendahan hati dan kerelaan untuk membangun belarasa dan belas kasih.

Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus digambarkan sebagai Tabib Sejati. Bermula dari perjumpaan-Nya dengan seorang pemungut cukai yang bernama Lewi. Ia menyapa dengan penuh kasih, “Ikutlah Aku”. Saat itu juga Lewi bertobat.

Dia, yang menyadari sebagai orang berdosa, merasakan pengalaman cinta yang sungguh membebaskan. Dia, yang dikucilkan dan dimusuhi karena sebagai pemungut cukai, meninggalkan pekerjaan dan segala sesuatu yang dimilikinya lalu mengikuti Yesus.

“Maka berdirilah Lewi dan meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Dia.” (Luk 5:28).

Uskup Manokwari-Sorong, Mgr. H. Datus Lega Mengeluarkan Pedoman Puasa dan Pantang Masa Pra Paskah 2025

Pertobatan Lewi itu juga diungkapkan dalam perjamuan kasih bersama Yesus. Ia pun mengundang pemungutan cukai lain yang notabene sebagai orang-orang yang dianggap berdosa (bdk. Luk 5:29).

Tindakan Yesus yang rela menyapa, mengasihi bahkan makan bersama dengan para pendosa itu, mendapat kecaman dan tanggapan negatif dari orang-orang Farisi dan ahli Taurat.

“Mengapa kamu makan dan minum bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?” (Luk 5:30).

Oleh karena itu Yesus menegaskan, “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat.” (Luk 5:31-32).

Yesus sungguh merangkul dan mengasihi orang-orang sakit (berdosa) agar mengalami pemulihan. Ia datang untuk membawa orang yang berdosa pada perdamaian dengan Bapa di Surga.

Marilah kita menyadari dan berintrospeksi diri, apakah kita merupakan orang-orang sakit yang membutuhkan tabib juga. Bisa jadi, kita adalah orang-orang sakit yang saat ini sangat membutuhkan tabib sejati itu. Kita membutuhkan jamahan kasih Tuhan agar dipulihkan dan dimurnikan.

Untuk itu, marilah membuka diri, menyadari sapaan kasih Allah yang selalu membebaskan. Kita bertobat dan mempersembahkan seluruh hidup serta karya kita dalam kesatuan dengan Allah.

Kita pun berani mengasihi orang-orang berdosa agar mereka pun mengalami pertobatan pula.

Tuhan memberkati n Ave Maria!